Fakta yang saya temukan sama sekali diluar dugaan bahkan belum pernah saya membayangkan situasi yang kemudian saya lihat sendiri.
Ceritanya begini.
Saya mempunyai keponakan yang mengalami broken home. Mereka terpaksa berpisah setelah merasa tidak cocok satu sama lain. Padahal ada 3 anak yang lahir dari buah perkawinanannya. Anak-anak itu adalah Vivi 9 tahun, Vera 8 tahun dan Ricky 6 tahun.
Akibat perpisahan kedua orang tuannya ketiga anak itu ikut dengan ibunya, tetapi sekolahnya dibiayai oleh ayahnya.
Ibunya, Lia 34 tahun bekerja serabutan bersama temannya menggarap Event Organizer (EO), sedang bapaknya, Fredy bekerja sebagai manager catering dari sebuah mata rantai usaha supermaket.
Ketiga anak-anak manis itu jika di masa sekolah tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang tidak terlalu besar bersama dengan orang tua ibunya. Orang tua Lia juga sudah bercerai. Lia bergabung dengan ibunya, Dina 50 tahun bekerja sebagai agen asuransi. Jika anak-anak libur, seperti akhir pekan, mereka menginap di rumah Fredy, yang mengontrak rumah di Karawaci, Tangerang.
Kesan saya ketiga anak-anak itu kurang kerasan tinggal bersama ibunya, karena begitu hari libur mereka selalu menuntut untuk menginap di rumah ayahnya. Jika mereka menginap di rumah Fredy, akulah yang dimintai tolong menjagai mereka. Aku memang sudah pensiun di usia ku yang 56 tahun. Di rumah aku tinggal bersama istri dan 2 anakku yang masing-masing sudah bekerja. Jika mendapat tugas menjagai ketiga anak itu aku hijrah dari rumahku di Depok ke Karawaci. Kadang-kadang sampai harus menginap 3 malam di sana.
Aku dan keluarga ini memang akrab sekali, karena Lia sejak kecil aku yang menyekolahkan. Ketika itu Dina hidupnya masih agak morat-marit karena polahnya sendiri. Lia adalah anak diluar nikah, akibat “kecelakaan” . Dia lahir ketika Dina masih umur 16 tahun. Dina tidak pernah mengurus Lia, karena sejak bayi anak ini sudah kami ambil untuk dibesarkan, sampai dia lulus sekolah tinggi dan menikah.
Aku perlu membeberkan latar belakang keluarga ini agar cerita selanjutnya lebih mudah dipahami.
Suatu kali ketika aku diminta menginap menjaga anak-anak itu, seperti biasa aku bekerja banting tulang di rumah itu. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, sampai membuat masakan untuk anak-anak dan kami semua. Masalah pekerjaan itu tidak terlalu memberatkan, karena aku hobby memasak dan mengurus rumah tangga. Aku perlu jelaskan sedikit, kenapa harus aku yang terjun, kenapa bukan istriku. Istriku karena penyakit rematiknya tidak mampu bekerja berat dan jalan jauh.
Aku sudah sekitar setengah tahun, baru kembali diminta untuk mengurus anak-anak ini. Mereka semua manja kepadaku. Tapi kadang-kadang aku kesal juga karena mereka nakal-nakal dan susah menurut jika diberitahu. Sering juga aku marahi, tetapi aku tidak sampai mengasari.
Aku menengarai kali ini mereka agak beda dengan sebelumnya. Mereka lebih suka bermain di kamarnya dan selalu dikunci. Sering aku tegur agar kamarnya tidak dikunci, tetapi jika aku lengah mereka berbuat begitu lagi. Padahal sebelumnya, kalau mereka main, rumah seperti kapal pecah, semua mainan bertebaran dan sering rebutan remote TV. Tapi kali ini tidak begitu.
Tidak ada prasangka apa-apa terhadap kegiatan mereka di dalam dengan mengunci diri. Aku malah lebih ringan bekerja membersihkan rumah, memasak dan mencuci. Semuanya jadi cepat selesai dan rumah rapi bertahan lama.
Namun lama-lama aku penasaran juga ingin tahu apa kegiatan mereka di dalam kamar, karena selalu kamar mereka dikunci. Apalagi tidak terdengar suara mereka seperti biasa kalau anak-anak bermain. Untuk mengintip ke dalam kamar, rasanya tidak mungkin karena tidak ada celah.
Aku mendapat akal, HP ku yang dilengkapi kamera aku sembunyikan di kamar mereka di tempat yang strategis . HP itu aku set silent, sehingga kalau ada panggilan masuk, tidak bersuara. HP ku kuletakkan di sudut kamar dan aku tutupi dengan kain-kain, sehingga tidak mencurigakan. Ini kulakukan ketika aku membersihkan kamar mereka. Biasanya kalau aku sedang membersihkan kamar itu, mereka aku suruh keluar semua.
Setelah selesai terpasang dan kamar sudah bersih, mereka kuminta pindah bermain di kamar. Dengan segera ketiganya langsung masuk. Tidak lama kemudian terdengar pintu sudah dikunci.
Aku berharap HP ku bisa merekam semua kejadian di situ. Aku meneruskan pekerjaan sampai selesai memasak makanan mereka. Memang HP ku tidak bisa terlalu lama merekam, tetapi untuk sekitar 1 jam, kurasa sudah cukup.
Selang 2 jam kemudian mereka kupanggil untuk makan siang. Ketiganya berhamburan keluar dan duduk mengelilingi meja makan. Saat mereka makan aku berkesempatan mengambil HP ku di kamar mereka.
Aku belum sempat langsung melihat rekaman di HP, karena harus mengurus makanan mereka dan membersihkannya kemudian. Selepas makan mereka kuminta untuk tidur siang.
Anehnya perintahku itu mereka turuti tanpa ada bantahan. Biasanya perintah tidur siang itu paling sulit dituruti.
Setelah semua pekerjaan selesai, aku pura-pura buang air di WC. Di situlah aku melihat hasil rekamanku.
Panas dingin aku melihat rekaman di HPku. Rekaman itu meperlihatkan mereka seperti melakukan pesta orgy sex. Si sulung Vivi yang 9 tahun menari-nari sambil membuka semua pakaiannya sampai telanjang bulat. Sementara Vera, 8 tahun kelihatan berciuman dengan adiknya Ricky 6 tahun. Tidak lama kemudian Ricky membuka celananya dan penisnya yang masih kecil kelihatan menegang. Dia duduk di tepi tempat tidur. Vera berlutut diantara kedua kakinya dan dia melakukan oral kepada adiknya. Tidak lama kemudian Vivi menggantikan Vera melakukan oral ke adik bungsunya. Vera kelihatan menurunkan celana dalamnya tetapi tidak membuka roknya. Dia naik ke tempat tidur lalu mengangkat roknya dan tidur telentang. Adegan terlihat bahwa Vera minta dioral memeknya oleh Ricky. Kamera HP ku menangkap adegan mereka dari samping. Tidak terlihat jelas bagian memek sebelah mana yang diorlah Ricky. Namun Vera bereaksi menglinjang-gelinjang. Tidak lama kemudian kepala Ricky ditarik keatas dan Vera memegangi penis kecil Ricky dan mengarahkan ke memeknya. Ricky lalu melakukan gerakan naik turun atau maju mundur seperti layaknya orang melakukan senggama.
Tidak lama kemudian Vivi mengambil alih. Ricky ditelentangkan lalu Vivi menduduki bagian penis Ricky. Tangan Vivi meraih penis Ricky dan mengarahkannya ke memeknya. Dia lalu melakukan gerakan maju-mundur. Tidak jelas terlihat apakah penis Ricky memasuki memek Vivi.
Kalau memang masuk, pasti selaput dara mereka sudah jebol, meski penis Ricky masih kecil. Dan kalau penis itu terbenam, rasanya tidak mungkin Ricky bisa bertahan demikian lama.
Namun rekaman itu meski tidak sempurna sudah cukup memberi bukti apa yang mereka lakukan.
Aku keluar dari kamar mandi dan berpikir keras apa yang harus aku lakukan. Apakah aku membawa rekaman itu dan menunjukkan kepada ayah dan ibunya. Kalau itu yang kulakukan apa akan memberi perubahan kepada mereka bertiga. Masalahnya mereka selama ini tidak terawasi. Selama di rumah Lia mereka juga sering ditinggal. Demikian juga jika menginap di rumah ayahnya mereka juga tidak banyak waktu bersama ayahnya.
Jika kedua orang tua mereka tahu, yang pasti mereka akan marah besar dan bisa-bisa bertindak kasar. Kasihan juga mereka jika dikasari. Atau kemungkinan kedua adalah kedua orang tua mereka pasrah dan membiarkan itu terus terjadi karena tidak tahu solusi apa yang harus diambil.
Aku rasa ada hal yang lebih penting dari itu, dari mana sumber pengetahuan persenggamaan itu. Rasanya anak seumuran mereka belum memiliki naluri untuk melakukan hubungan badan.
Aku masuk ke kamar mereka. Mereka sedang tiduran. Mereka kukumpulkan dan aku langsung memperlihatkan rekamanku. Terkejut, itu kesan pertama. Dan malu. Yang paling terkejut adalah Vivi dan Vera, tetapi Ricky kelihatannya tenang-tenang saja.
Aku langsung mengancam mereka akan menunjukkan rekaman ini kepada ayah dan ibunya. Vivi langsung memohon-mohon, demikian juga Vera sambil menangis. Aku diam sejenak membiarkan mereka stress.
“Ok ini tidak ditunjukkan ke orang tua kalian, tapi ada syaratnya,” kataku.
Vivi langsung memelukku juga Vera.
“Apa syaratnya oom,” tanya mereka. Mereka memang memanggilku Oom, padahal kedua orang tua mereka memanggilku juga oom.
Aku minta mereka menceritakan dari mana pengetahuan itu berasal.
Vivi sambil mengusap air mata bercerita bahwa mereka sudah cukup lama melakukan itu mungkin sekitar 4-5 bulan. Awalnya teman sekolah Vivi disebut namanya, Mariska dan Febri menunjukkan film bokep dari IPhone milik Mariska. Mariska dan Febri sering main ke rumah Vivi karena rumah mereka satu kompleks dan mereka juga sekelas di kelas 4 SD. Akibat seringnya melihat berbagai bokep, keinginan tahu mereka jadi makin besar. Mariska, Febri, Vivi dan Vera penasaran ingin tahu bagaimana rasanya seperti yang dilakukan di bokep itu.
Laki-laki yang ada satu-satunya adalah Ricky yang baru berumur 6 tahun. Ricky juga ikut nonton bokep. Sebagai percobaan, pertama yang mereka lakukan adalah mengoral penis Ricky. Mulanya Ricky tidak mau karena ketika dijilat penisnya dia merasa geli. Tapi setelah dibujuk beramai-ramai, Ricky akhirnya mau. Mulanya penis Ricky menurut Vera, belum berdiri. Setelah dijilat dan dilomot, penisnya mulai mengeras dan membesar.
Penis Ricky kemudian digilir dioral oleh mereka berempat.
Dari percobaan pertama, kemudian diteruskan pada hari berikutnya, sehingga Ricky pun tidak menolak lagi setelah kata Ricky lama-lama rasanya enak juga.
Menurut Vivi dan Vera, tidak ada rasa enaknya mengulum penis Ricky, tetapi lama-lama karena Ricky ketagihan mereka jadi terbiasa dan Ricky menuntut minta penisnya dioral.
Selanjutnya penasaran berikutnya adalah ingin merasakan jika memek mereka di jilat. “Mulanya Mariska yang punya usul,” kata Vivi.
“Kata Mariska memeknya terasa geli tapi lama-lama enak banget,” kata Vivi lagi.
Karena disebut enak, kita semua jadi pengin nyobain juga. Ricky lalu disuruh menjilati keempat memek mereka semua.
“Ricky pada mulanya tidak mau karena katanya memek kita bau. Jadi kita cuci dengan sabun dulu biar wangi, baru Ricky mau menjilati,” kata Vera.
Air mata mereka sudah mengering dan asyik bercerita mengungkap rahasianya.
Dari adegan menjilat kemudian berkembang menjadi adegan bersetubuh. “ Kita penasaran rasanya melihat bokep, karena kok kelihatannya mereka yang difilm itu keenakan,” kata Vivi.
“Awalnya Febri yang mencoba mengadu memeknya dengan kontol Ricky,” kata Febri agak sakit, tapi geli-geli enak. Kita semua penasaran, jadi ingin mencoba,” kata Vivi.
“Apa kontol Ricky masuk ke dalam memek,” tanyaku penasaran.
“Nggak tau deh oom, masuk apa enggak, pokoknya rasanya enak-enak geli aja,” kata Vera.
Dasar anak-anak aku jadi penasaran. Akhirnya mereka semua kuminta telanjang dan aku ingin melihat adegan ulang.
Vivi dan Vera kusuruh telanjang. Mereka malu, katanya. Tetapi setelah aku ancam akan menunjukkan rekaman itu, mereka tidak berdaya dan menuruti kemauanku. Ricky juga telanjang. Ketiganya bugil. Vivi dan Vera payudaranya belum tumbuh, sementara Ricky kemaluannya belum disunat. Mereka dari keluarga yang menganut agama tidak harus bersunat.
Penis Ricky masih kulup dan lemas. Mungkin dia takut, sehingga tidak terangsang. Aku memerintahkan Vivi melakukan adegan oral seperti yang terekam dalam HP. Vivi menurut dan mulai mengulum. Sementara Vera bersimpuh di atas mulut Ricky dan menghadapkan memeknya ke mulut Ricky. Dengan tangkasnya lidah Ricky menjilati belahan memek Vera. Baik Vera maupun Vivi, memeknya masih polos belum sedikitpun ditumbuhi bulu.
Kemaluan Ricky mulai menegang. Aku lalu menyuruh Vivi melakukan adengan bersenggama. Aku memperhatikan bahwa memang penis Ricky tidak sampai masuk ke lubang vagina Vivi. Kemaluan mereka hanya beradu dan berhimpitan saja. Ketika adegan yang sama dilakukan Vera keadaannya juga sama.
Menurut Vivi, Ricky tidak mau jika penisnya dipaksakan masuk ke lubang memek mereka. Ricky mengatakan bahwa penisnya ngilu kalau ditancapkan ke lubang memek Vivi atau Vera.
Aku dapat memahami. Penis Ricky masih belum siap melakukan senggama. Sehingga jika kulupnya dipaksa dibuka ketika menerjang lubang vagina, maka kepala penis yang telanjang itu akan merasa ngilu. Dengan posisi berhimpitan kedua kelamin lain jenis ini bagi mereka sudah menimbulkan kenikmatan. Namun aku yakin bahwa mereka mungkin belum mengenal orgasme.
Kesempatan langka ini aku manfaatkan sekalian untuk memberi pendidikan sex kepada mereka bertiga.
Vera kuminta tidur telentang dan melebarkan kakinya. Memeknya agak terbuka sedikit, sehingga terlihat bagian dalamnya agak merah. Di belahan memek itu terlihat menjembul kecil lipatan bibir dalamnya (labia minora). Ricky kuberi petunjuk bagian yang harus dia jilat. Ricky menurut dan ujung lidahnya menjilati ujung lipatan labia minora, dimana terdapat clitoris Vera. Vera menjerit lirih geli. Dia bergelinjang-gelinjang sehingga Ricky kerepotan mengikuti geraknya. Vera kuminta tenang sehingga Ricky bisa konsentrasi menjilat itil Vera. Vera merintih merasakan nikmatnya clitorisnya di jilat. Cukup lama juga sampai Ricky minta adegan itu disudahi. Tidak ada keberatan dari Vera. Namun Vivi penasaran ingin merasakan juga. Agak susah juga membujuk Ricky yang sudah bosan mengoral Vera. Tapi akhirnya dia mau karena Vivi membujuknya. Vivi seperti juga Vera menggelinjang-gelinjang. Tapi akhirnya bertahan tenang dan dia mendesis-desis. Tidak lama Ricky mau melakukan itu, karena kata dia lehernya pegal dan lidahnya sudah lelah.
Ricky aku minta istirahat dan tidur telentang. Giliran berikutnya aku mengajari mereka mengoral penis Ricky. Penis Ricky sudah menyusut. Vivi yang mendapat giliran pertama. Aku memberi pengarahan bagaimana cara mengoral kemaluan Ricky. Mulai menjilati batang penis, kantung zakar sampai mengulum dan menghisap penis. Ricky merasa nikmat sehingga akhirnya penisnya menegang. Vera penasaran, sehingga Vivi diminta minggir dan Vera meneruskan mengulum penis Ricky.
Vera belajar dengan cepat dia menghisap, menjilat sampai akhirnya Ricky mengejang dan mengusir kepala kakaknya agar menjauh dari penisnya. Tampaknya Ricky mencapai orgasme. Berhubung dia masih belum memproduksi sperma, maka orgasmenya tidak menyemburkan sperma. Dia mendorong kepala Vera, karena kata Ricky penisnya menjadi sangat geli.
Setelah adegan itu mereka duduk bersila di tempat tidur dalam keadaan masih tetap telanjang. Aku membrif mereka bertiga mengenai apa yang mereka lakukan tadi serta seebutan-sebutanny. Aku juga menunjukkan bagian-bagian dari kelamin perempuan dan kelamin pria dengan menunjukkan langsung kepada mereka.
Aku ingatkan, jika Ricky telah cukup umur, maka ketika mencapai puncak kepuasan akan menyemburkan mani. Sperma itu jika masuk ke dalam vagina wanita yang sudah mendapatkan mensturasi, maka pada saat-saat subur akan membuahkan janin dan menjadi bayi.
Aku pun menjelaskan cara-cara pencegahan agar hubungan dua jenis itu tidak sampai mengakibatkan hamil. Selain itu aku menjelaskan berbagai penyakit kelamin sampai dengan AIDS.
Mereka kelihatannya menyimak. Aku tidak tahu apakah Vivi yang kelas 4, Vera yang kelas 3 dan Ricky yang kelas 1 SD bisa memahami seluruh keteranganku.
Aku jelaskan bahwa penis Ricky tidak bisa masuk ke memek jika belum di sunat, kecuali Ricky sudah cukup umur atau dia disunat. Dengan sunat maka ujung penis Ricky tidak lagi terasa ngilu. “ Jadi oom Ricky harus disunat ya,” tanya Vera.
“ Ya sebaiknya dia disunat,” kataku.
Mereka pun menanyakan apa yang dimaksud disunat. Aku terpaksa menunjukkan kulup penis Ricky yang harus dipotong dalam proses sunat.
Ricky kemudian mengatakan ingin sunat. Aku ingatkan kepada kedua kakaknya agar jangan sekali-kali mengatakan kepada orang tua mereka soal sunat terhadap Ricky. Biarkan Ricky sendiri yang meminta. Karena kalau kedua kakaknya campur tangan soal sunat, akan menimbulkan kecurigaan. Mereka akhirnya memahami.
Sekitar 3 bulan kemudian Fredy dan Lia memberitahukan bahwa mereka akan menyunatkan Ricky. “ Entah kenapa tuh Ricky tiba-tiba merengek-rengek minta disunat, kayaknya dia ngotot banget,” kata Lia.
Mereka tidak mengetahui alasannya, tetapi aku paham. Aku mendukung agar Ricky segera disunatkan, karena bagus untuk kesehatan juga.
Ketika acara sunatan itu, aku kembali menginap di rumah Fredy. Dalam kesempatan itu ketika kami berkumpul Aku, Vivi, Vera dan Ricky, aku menjelaskan bahwa untuk beberapa saat kemaluan Ricky tidak boleh disentuh-sentuh, sampai lukanya sembuh.
“ Habis itu kita bisa nyoba masukin ke memek ya Oom, “ kata Vivi.
“ Ya nanti bulan depannya baru bisa,” kataku.
“ Nanti ajari ya oom, “ kata Vera menimpali.
“ Ya nantilah,” kataku.
Tepat sebulan kemudian aku mendapat undangan lagi untuk menginap di rumah Fredy.
Ketika aku sampai disana kudapati anak-anak ramai. Selain ketiga mereka, ada pula Mariska dan Febri.
Mereka berdua sudah diceritai soal aku memberi pendidikan sex. Rupanya mereka penasaran untuk mendapat pendidikan itu juga. Mariska kelihatannya tubuhnya agak lebih besar. Dia setahun lebih tua karena pernah tidak naik kelas. Mariska usianya hampir 11 tahun. Di balik bajunya terlihat teteknya agak menyembul kecil. Febri badannya lebih tinggi meski usianya masih 10 tahun. Teteknya tidak terlihat sudah tumbuh.
Setelah Fredy berangkat kerja, aku segera digeret anak-anak itu masuk ke dalam kamar. Mereka sudah tidak sabar ingin mencoba penis yang baru disunat milik Ricky.
Aku berlagak ogah-ogahan beralasan urusan memberesi rumah belum selesai. Mereka merajuk sampai akhirnya semua berjanji nanti akan membantuku memberesi rumah.
Aku setuju tapi mensyaratkan bahwa semua mereka di dalam kamar harus telanjang, sehingga aku lebih mudah memberi pelajaran.
Vivi, Vera, dan Ricky tidak keberatan dan langsung meloloskan pakaian mereka. Namun Mariska dan Febri kelihatan agak ragu-ragu. Mungkin mereka malu terhadap ku. Vivi dan Veralah yang berperan membujuk sehingga akhirnya mereka menyerah membuka bajunya satu persatu sampai telanjang bulat juga. Ternyata tetek Febri sudah mulai mancung, tetapi masih kecil. Tetek Mariska kelihatan sudah membengkak. Namun mereka semua masih polos kemaluannya. Belum ada sehelai jembut pun yang tumbuh. Memek Mariska paling tembem.
Penis Ricky sudah menegang. Aku menentukan giliran pertama yang mencoba penis Ricky adalah Mariska, karena dialah biang keroknya.
Mariska menurut dan mengangkangkan kakinya di tepi tempat tidur. Ricky sambil berdiri mengarahkan penisnya ke belahan memek Mariska. Aku membantu menguak belahan memek Mariska dan menunjukkan arah untuk dituju penis Ricky. Yang lainnya ikut memperhatikan proses itu. Kelihatannya Mariska belum siap, karena belahan memeknya masih kering. Aku lalu membubuhkan ludahku ke lubang memeknya dan membantu Ricky memasukkan penisnya ke lubang memek Mariska. Ricky pelan-pelan mendorongkan penisnya. Mariska mengeluh, katanya memeknya perih . Beberapa kali dicoba tidak juga berhasil dan Mariska akhirnya minta berhenti.
Giliran berikutnya adalah Febri. Dia mengambil posisi yang sama dengan Mariska. Febri menangis karena tidak tahan memeknya disumbat penis Ricky. Akhirnya dia minta disudahi. Selanjutnya giliran Vivi. Kejadiannya sama Vivi pun tidak tahan sakit. Apalagi Vera baru masuk sedikit saja dia sudah menjerit sakit. Keperawanan mereka semua masih utuh. Aku lalu mengatakan bahwa siapa yang ingin dioral memeknya harus mengoral penis ricky dulu. Vivi mengambil giliran pertama, setelah itu baru Ricky mengoral Vivi, lalu Vera. Menjelang Febri dan Mariska. Ricky sudah menolak karena dia sempat orgasme ketika dioral Vera.
Pelajaran sex akhirnya berakhir sampai di situ saja. Aku berusaha menahan diri tidak ikut memanfaatkan situasi itu, karena khawatir, jika kejadian semacam itu terbongkar, aku tidakbisa membayangkan betapa malunya aku di tengah keluarga besarku.
Di hari-hari berikutnya usaha mencoba memasukkan penis Ricky ke memek Vivi dan Vera masih juga belum berhasil. Maksimal hanya kepala penis Ricky saja yang terbenam di belahan memek Vivi dan Vera. Sementara selama aku menginap di rumah Fredy, Mariska tidak lagi berkumpul.
Sekitar 2 bulan kemudian aku kembali diminta menginap di rumah Fredy. Kali itu aku mendapat kabar yang mengejutkan. Menurut cerita Vivi dan Vera, ayah mereka akhirnya tahu kegiatan intim mereka di kamar, tetapi ibu mereka masih belum tahu.
Aku jadi berdebar-debar, karena khawatir ketiga anak ini membongkar cerita bahwa aku melakukan pendidikan sex kepada mereka. Ternyata mereka pandai juga menyimpan rahasia, sehingga sampai sejauh ini, aku aman.
Namun ada berita yang lebih mengejutkan. Fredy ternyata juga memberi pendidikan sex bahkan ikut berpartisipasi. Kata Vivi ayahnya ikut mencobai memasukkan penisnya ke memek Vivi dan Vera. “ Oom memekku sampai berdarah dan aku nangis, sakit banget sih abisnya,” kata Vivi. Vera juga membuat pengakuan yang sama.
Berarti Fredy memerawani kedua anak kandungnya.
Menurut mereka, terbongkarnya rahasia permainan intim mereka karena mereka lupa mengunci pintu. Ketika Ricky sedang coba-coba memasukkan kelaminnya ke memek Vera, Fredy masuk ke kamar. Anak-anak terkejut dan Fredy juga kaget.
“ Main apaan kalian kok pada telanjang semua, itu Vera ama Ricky ngapain tindih-tindihan, “ hardik Fredy seperti ditirukan Vivi.
Tapi ayahnya kemudian tidak marah, malah Ricky disuruh meneruskan yang dilakukan tadi. “Ricky hanya nempel-nempeli kontolnya ke memek Vivi dan Vera, oom, papa ngajari caranya biar kontol Ricky bisa masuk, tapi tetep nggak bisa,” tutur Vivi.
“ Papa terus ngasih contoh, kontol papa gede deh oom,” kata Vera.
Menurut Vivi, ayahnya melumasi cairan seperti jelly ke memek dan kontolnya lalu dicoba-coba dimasukkan ke memek. Pertama yang digarap adalah Vivi. Menurut Vivi dia disuruh menahan sakit. “ Sakit sedikit, tapi nanti lama-lama enak,” kata Fredy seperti ditirukan Vivi.
“Sakit banget oom sampai aku nangis, memek Vivi sampai berdarah, dan nggak ada enaknya, abis perih banget rasanya,” kata Vivi.
Aku tanya sebanyak apa kontol ayahnya masuk. “ Nggak tau deh, orang rasanya sakit dan kayaknya memek Vivi keganjel gitu,” katanya
“Eh kontol papa terus ngeluarin lendir kayak kencing di dalam memekku, memekku penuh lendir sampai tumpah ke sprei, Papa kok ngos-ngosan ya oom,” kata Vivi.
Vera juga bercerita bahwa di dipaksa ayahnya sehingga memeknya juga berdarah dan Vera nangis lama sekali karena sakit.
Setelah itu selang seminggu menurut Vivi, Fredy mencoba lagi memek anaknya. Menurut Vivi memeknya sudah tidak berdarah lagi, tapi ketika kontol papanya dimasukkan, rasanya masih sakit. “ belum ada enaknya oom,” kata Vivi.
Memek Vera pun dijajal lagi. Seperti Vivi, Verapun bercerita memeknya masih perih, tapi tidak berdarah lagi.
Selain ayahnya menurut cerita mereka Ricky juga coba-coba memasukkan kontolnya. “ Kalau kontol Ricky yang dimasukkan kata mereka nggak sakit, Cuma terasa geli-geli dan mengganjal.
“Enak oom kalau kontol Ricky udah masuk, gak ngilu lagi kaya dulu waktu belum disunat,” kata Ricky.
Fredy menurut mereka sampai 5 kali melakukan persenggamaan dengan anaknya. Yang terakhir rasa sakit itu tinggal sedikit, tapi nggak ada enaknya, kata mereka. “ Papa kalau jilatin memek Vivi, malah lebih enak Oom “ kata Vivi.
“Iya oom,” sambung Vera.
Sambil mendengarkan kisah mereka, aku antara terangsang dan bingung. Sebab terus terang aku juga ingin merasakan memek kecil mereka. Tapi aku berusaha menahan diri saja.
Aku memuaskan dengan mengambil film ketiga anak itu melakukan hubungan sex. Ini merupakan dokumentasi yang langka dan bersejarah.
Ketika aku sedang sibuk membersihkan rumah, aku digamit Vera. “Oom Mariska dan Febri mau dateng, tadi barusan nelpon,” katanya.
Menurut mereka Febri dan Mariska belum tahu bahwa mereka sudah diperawani papanya. Kedua anak itu ingin kembali belajar sex, sehingga ketika mendengar aku sedang berada bersama Vera dan Vivi, mereka ingin bergabung.
Sekitar jam 2 siang Kedua anak itu muncul di drop supirnya.
Aku sedang santai menonton tayang HBO di televisi. Anak-anak itu seperti biasa main di dalam kamar. Sekarang aku sudah tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan, karena hal yang paling buruk pun sudah ada di rekaman HP ku.
“Oom dipanggil Mariska,” kata Vivi menggamit lenganku dan menarikku masuk ke kamar.
Aku berdiri dan mengunci pintu depan terlebih dahulu untuk jaga-jaga jangan sampai ada yang mergoki kami.
“Oom si Mariska ama Febri minta diajari ngentot tuh,” kata Vera polos.
Disebut begitu Mariska dan Febri tertunduk malu.
“Vivi udah cerita oom main ama papa, jadinya Mariska dan Febri penasaran deh,” kata Vivi.
Aku duduk di pinggir bed, Mariska kupanggil dan aku pangku tetapi posisinya berhadapan dengan ku. Kupegang tangannya terasa dingin. Dia nervous juga ternyata.
Kusibakkan rambutnya lalu aku cium keningnya, lalu pipinya, belakang telinganya. Mariska mulanya badannya kaku, tetapi setelah kusarankan agar melemaskan badannya baru dia bisa melemaskan dan mengikuti gerakanku.
Setelah bertubi-tubi aku menciumi kening, pipi dan lehernya, dengan gerakan tiba-tiba aku langsung mencucup bibirnya. Mariska kaku dan bibirnya dibiarkan terkatup. Aku mengolah ciumanku dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Akhirnya dia agak membuka mulutnya dan menerima ciumanku. Mungkin “mesin” Mariska mulai panas, sehingga dia mulai bereaksi.
Sambil mencium mulutnya aku mulai membukai bajunya satu persatu. Setelah T shirtnya terbuka aku meloloskan celana pendeknya. Di bagian atas masih tersisa miniset bergambar kartun. Kuremas-remas sebentar dengan gerakan lembut tetek yang mulai membengkak itu, lalu tanganku kuselipkan ke balik minisetnya dan kembali meremas diselingi dengan pelintiran ke pentil susunya.
Nafas Mariska mulai mendengus agak cepat. Isyarat bahwa dia terangsang mulai terlihat. Aku meloloskan minisetnya dengan menarik ke atas melalui kepalanya dan meloloskan celana dalamnya.
Mariska aku baringkan lalu kedua puting susunya aku jilati. Dia menggelinjang sambil memegangi kepalaku. Kalau sudah dalam urusan sex begini, tidak dipedulikan lagi perbedaan umur. Padahal umur kami terpaut 45 tahun.
Ciuman menurun ke arah perut lalu ku kangkangkan kedua kakinya. Aku berpindah posisi di antara selangkangan dan langsung menangkupkan mulutku ke belahan memeknya. Terasa belahan memeknya sudah berlendir dan terasa sedikit bau pesing. Namun rangsangan di otakku sudah mengabaikan rasa jijik dan aroma pesing, sehingga lidahku masuk membuka lipatan memeknya dan menerjang tonjolan clitoris. Mariska mendesis dan menggelinjang setiap kali lidahku menyapu ujung itilnya. Tonjolan clitorisnya makin mengeras, terasa di ujung lidahku. Aku menengarai, wanita yang clitorisnya mengeras seperti ini biasanya sudah mendekati puncak orgasmenya. Benar juga tidak lama kemudian Mariska merintih dan kedua kakinya menjepit kepalaku dan rambutku dijambaknya. Terasa memeknya berdenyut beberapa kali lalu cairan makin banyak keluar dari vaginanya.
Kondisi memek Mariska sudah siap mendapat penetrasi penis, karena pelumasannya sudah sempurna. Mata Mariska masih terkatup, dia masih hanyut dengan gelombang orgasmenya. Aku meloloskan celana pendekku sekaligus dengan celana dalamnya.
Jelly yang biasa dipakai Fredy sudah kusiapkan dan sekujur batang penisku ku lumuri, begitu juga seluruh bagian lubang luar memeknya ku basahi dengan jelly.
Dengan posisi bersimpuh, penisku kuarahkan menuju gerbang vaginanya lalu ku geser-geserkan ke memeknya sambil membuka jalan untuk menancapkan kepala penisku yang ukurannya tidak seimbang dengan lubang memeknya yang terlihat merah mengkilat dan ukuran lubangnya masih kecil.
Ku tekan sedikit, kepala penisku agar bisa agak tertanam ke lubang memeknya. Mariska manarik badannya, karena dia merasa lubangnya agak perih. Kutekan sedikit lagi, tetapi dia menahan dan dia mengejangkan sekujur otot di bagian kemalauannya. Aku memintanya dia mengendurkan, dia menurut dan begitu terasa agak kendur aku majukan lagi penisku. Mariska menggit bibir bawahnya menahan rasa perih.
Kepala penisku berhasil masuk ke lubang sempit yang kecil. Lubang itu melebar mengikuti ukuran penisku. Kutarik sedikit lalu kumajukan lagi sampai agak lancar gerakan itu lalu ke dorong lagi sampai akhirnya masuk agak dalam lagi dan tertahan selaput daranya.
Aku memainkan gerakan kegel, dengan mengencangkan dan mengendurkan otot penisku. Lubang memeknya mulai bisa beradaptasi dengan ukuran penisku dan aku menggerakkan mundur dan maju sedikit sampai agak lancar.
Aku mengubah posisi dengan tiarap menindih tubuh kecil Mariska, tetapi tidak melepaskan berat badanku ke tubuhnya, karena aku berstumpu dengan kedua siku ku.
Pada posisi itu aku lebih mudah memaju dan memundurkan penisku di lubang dangkal memeknya. Untuk menerjang masuk memecahkan selaput perawannya aku kembali melakukan gerakan kegel sambil agak menekan. Ketika gerakan dorong disertai mengeraskan otot penisku, terasa penisku berhasil menerobos. Mariska berteriak lirih dan air matanya meleleh di kedua sisi matanya.
Penisku perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur bisa terus maju sampai tinggal sedikit lagi yang tersisa. Dengan gerakan hati-hati aku melakukan tarik dorong . Terasa sempit sekali lubang memek anak umur 11 tahun. Batang kontolku terasa agak nyeri juga karena jepitan yang terlalu ketat.
Sekitar 10 kali gerakan maju mundur, lubang vagina Mariska mulai bisa menerima ukuran batang penisku dan lubangnya terasa semakin licin. Aku terus menggenjotnya sampai sekitar 10 menit, aku tidak mampu lagi bertahan dan kulepaskan semburan mani ke dasar memeknya.
Aku menunggu sampai penisku menyusut baru perlahan-lahan ku tarik keluar. Tampak mani bercampur darah warna merah muda.
“Sakit sih tapi enak juga, “ kata Mariska ketika menjawab pertanyaanku.
Ritual tadi ditonton oleh anak-anak.
Aku berlalu keluar dari kamar sambil menenteng celana dan CD ku menuju kamar mandi membersihkan bekas mani dan darah.
Ketika aku kembali Mariska masih tidur telentang bertutup selimut. Dia terlihat seperti tertidur.
Febri yang menonton dengan rasa antusias tanpa malu-malu menuntut ingin mencobanya.
Namun senjataku masih belum siap bertempur lagi. Normalnya perlu waktu jeda sekitar sejam untuk mulai bisa bangun lagi.
Aku membuka celanaku dan telentang di sebelah Mariska. Aku minta Febri mengoralku, sambil kuajari cara yang benar melakukan oral.
Dari keadaan lemas, perlahan-lahan penisku mulai membengkak lagi. Sebetulnya untuk bertempur dengan wanita dewasa, tingkat ereksi 75 persen, sudah bisa kumasukkan ke memek. Tetapi karena tugasku adalah kembali memerawani, maka perlu menunggu sampai tegang 100 persen.
Untuk menambah rangsangan aku meminta Febri, Vivi dan Vera serta Ricky bertelanjang. Pemandangan anak-anak kecil bertelanjang itu menambah daya rangsang dan membantu penisku makin mengeras.
Aku bangkit setelah penisku makin keras dan Febri kubaringkan untuk kuciumi dulu tubuhnya. Sebelum memulai menciuminya aku memeriksa belahan memeknya. Terasa agak berlendir, menandakan dia terangsang.
Susu Febri yang bentuknya mancung aku jilati dan putting susunya ku hisap pelan-pelan. Febri masih merasa agak geli menerima jilatanku. Setelah puas bermain dengan tetek kecil aku turun kebawah dan mengangkangkan kakinya. Aku menjilati memeknya.
Febri meski tahu memeknya akan ku jilat, tetapi dia sempat terkejut ketika lidahku mengenai clitorisnya. Dengan gerakan pelan dan hati-hati kumainkan itilnya dengan lidahku. Febri menggelinjang sambil tangannya mencengkeram sprei.
Clitorisnya mulai mengeras dan menandakan dia segera mencapai orgasme. Tidak lama kemudian Febri mengerang seperti orang kesetanan. Aku menunggunya sampai dia reda dari gelombang kenikmatan tertingginya.
Setelah itu kukangkangkan dan aku juga melumuri jeli seperti pada Mariska. Aku menerapkan kiat yang sama terhadap Febri. Dia menurut saja dan pasrah mengikuti arahanku. Sampai kepala penisku terbenam Febri masih belum menyerah. Artinya dia mau bertahan dengan rasa sakitnya karena penasaran.
Agak lama juga waktu yang kuperlukan untuk menerobos selaput daranya. Febripun meneteskan air mata menahan rasa sakit. Aku memompanya pelan-pelan dan Febri merasakan terobosan penisku sambil mengernyit-ngernyitkan menahan rasa perih. Aku terus memompa sampai aku pun mencapai ejakulasi.
Penisku kembali belepotan mani dan darah. Lalu kubersihkan di kamar mandi. Febri masih tergolek telanjang. Sementara itu Ricky sudah menggarap Vera berganti-gantian dengan Vivi.
Aku membiarkan mereka istirahat dikamar setelah itu mereka kuminta membersihkan diri. Tidak terdengar suara dari dalam kamar, Ketika kuintip mereka, sudah tertidur pulas semua.
Aku meneruskan pekerjaan rumah. Sedang asyik-asyik nonton TV aku dikejutkan oleh getaran HP ku, kulihat di layar ternyata Fredy yang menelepon. Dia mengabarkan harus menginap karena ada kerjaan yang harus di selesaikan dan ke esokan paginya dia harus segera memimpin anak buahnya menyiapkan jamuan pesta di rumah pejabat.
Ketika anak-anak bangun ku kabari bahwa papanya malam ini tidak pulang. Yang bereaksi pertama adalah Vera. “ yessss,” katanya.
Vivi dan Vera membujuk Mariska dan Febri menginap saja malam ini. Keduanya setuju lalu menelopn ke orang tuanya. Kelihatannya mereka mendapat restu karena terlihat air mukanya senang.
Malam itu setelah makan malam dan menjelang waktu tidur mereka kugiring semua masuk kamar. Kasur kuhamparkan di bawah agar bisa memuat anak-anak lebih banyak.
Aku memilih tidur di sofa ruang keluarga sambil menonton TV. Sofa di ruang itu bisa diubah menjadi bed, sehingga aku leluasa.
Sekitar jam 11 ketika sedang asyik meonton, aku dikejutkan oleh Vivi yang menyelinap dan langsung menindih dan menciumiku yang sedang telentang dengan bantal agak ditinggikan. Anak ini langsung menciumiku lalu menarik celanaku dan langsung mengoralnya.
Aku masih belum siap sehingga penisku masih kuyu. Apalagi tadi siang aku bertempur menerobos dua benteng.
Aku diam saja menunggu apa saja yang akan dilakukan Vivi. Dia membuka celananya saja dan membiarkan kaus tidurnya tetap terpakai. Vivi mengangkangiku dan memegang penisku ke arah memeknya dimasukkan penisku yang sudah agak mengeras. Agak susah rasanya, karena penisku belum mengeras sempurna dan memeknya yang masih sempit. Tapi Vivi tidak putus asa, dia lebarkan belahan memeknya dengan tangan yang satu dan tangan lain membimbing penisku menerobos memeknya. Perlahan-lahan penisku memang akhirnya berhasil dijepit dan tenggelamg di lubang memeknya.
Vivi lalu menggenjotku dengan gerakan semau dia. Kadang-kadang naik turun, kadang-kadang maju mundur. Kubiarkan saja. Sambil terus menggerakkan pinggulnya dia menutup matanya. Aku merasa kami melakukan hubungan cukup lama. Aku terkejut karena tanpa suara Vera sudah berada di dekat kami menonton kakaknya menggenjotku.
Kakaknya makin semangat dengan gerakannya sampai akhirnya dia ambruk dan orgasme. Penisku seperti dijepit-jepit oleh denyutan orgasmenya.
Vivi menarik memeknya sehingga meninggalkan penisku yang berdiri tegak. Dia ikut berbaring di sampingku. Vera terangsang oleh adegan kami dia mengambil alih posisi kakaknya dan hanya membuka celananya saja. Berkali-kali dia berusaha memasukkan penisku tetapi tetap gagal. Aku membantu dengan memegangi penisku dan kedua tangannya melebarkan belahan memeknya. Setelah kepala penisku tepat di lubang memeknya Vera menekan tubuhnya kebawah dan perlahan-lahan penisku ditelan memeknya.
Aku merasa kedua memek mereka ini sama sempitnya meski sudah berkali-kali di kerjai ayahnya. Vera kupegangi kedua sisi pinggulnya untuk mengarahkan gerakan. Dia akhirnya menguasai gerakan yang kuinginkan dan terus melakukan. Dia juga cukup lama menderaku sampai akhirnya mencapai orgasme.
Luar biasa juga anak-anak ini bisa mencapai orgasme seperti wanita dewasa. Mungkin nafsu yang bergolak di dirinya yang membantu sehingga mereka bisa mencapai orgasme.
Sementara itu aku masih bertahan dan aku memang malam ini tidak ingin menuntaskan kepuasanku. Karena kalau malam ini kupancutkan lagi spermaku, tenagaku bisa habis dan besok pagi mungkin tidak kuat bekerja.
Aku bangkit ke kamar mandi sambil membersihkan diri kuambil handuk kecil lembab. Dengan handuk kecil itu kubersihkan kedua memek mereka lalu celana mereka ku kenakan kembali.
Kami sampai pagi tidur bertiga di sofa ruang keluarga.
Aku terjaga sekitar pukul 7 pagi. Kedua anak-anak itu masih lelap.Aku berjalan mengendap dan pelan-pelan kubuka pinta kamar tempat anak-anak tidur. Ternyata di dalam sudah terjadi pertempuran. Ricky sedang menindih Mariska yang sudah telanjang bulat. Sementara itu Febri melihatku langsung bangkit dan menarikku masuk.
Aku dipaksa lagi bermain dengan dia dan itu kuturuti. Aku tidak menyangka Febri kemudian bisa orgasme aku tindih. Setelah selesai Febri, Mariska dengan manja menarikku untuk menindih dia juga. Aku melanjutkan permainan dengan Mariska sampai akhirnya aku orgasme. Kurasa Mariska belum mencapai orgasme, karena ketika mengerjai Mariska aku tidak cukup lama menggarapnya.
Sejak itu, hampir setiap bulan aku diminta menginap menemani anak-anak. Kalau aku sudah di sana, maka Febri dan Mariska pun minta izin orang tuanya untuk menginap di rumah Vivi.
Seperti biasa aku diminta melayani keinginan mereka, dan mereka makin mahir bermain. Sehingga jika aku mendapat tugas menjaga anak-anak sebelumnya aku sudah mempersiapkan berbagai food suplemen sampai obat-obatan untuk menambah vitalitas.
Aku kemudian mulai berhati-hati setelah mereka mendapatkan mensturasi. Vivi tumbuh menjadi gadis cantik berkulit putih dengan rambut lurus tergerai sampai punggung. Badannya padat berisi, dengan tetek yang proporsional dan pantat tonggek. Vera teteknya lebih besar dari kakaknya, meski kalah tinggi, tapi mukanya manis dengan rambut agak bergelombang.
Sejujurnya aku agak menyesal menyeritakan semua hal ini. Namun ini aku anggap dokumentasi sejarah hidupku. Jika tidak aku tulis, mungkin banyak hal yang terlewatkan karena sudah lupa.***
Mereka semua telanjang, sementara aku masih lengkap mengenakan pakaian. Febri yang angkat bicara protes didukung Mariska lalu Vivi dan Vera. Mereka menuntut aku juga ikut telanjang. Alasan mereka ingin melihat penis dewasa.
Aku sempat berpikir berbagai risiko yang akan kuhadapi kalau menuruti kemauan anak-anak ini. Tapi otakku sudah agak miring, karena aku terus terang terangsang juga oleh adegan yang berlangsung. Pertahananku melemah dan aku turuti kemauan mereka.
Penisku masih setengah menegang.
Anak-anak itu mengamati kemaluanku dari dekat. Mariska memberanikan diri menyentuh penisku. Sentuhannya seperti mengandung aliran listrik sehingga perlahan-lahan penisku membengkak.
Tanpa disuruh Mariska mengambil inisiatif mencium kontolku. Aku jadi agak kelojotan juga diperlakukan Mariska. Aku mengehntikan sebentar, karena sebetulnya aku hampir mencapai puncak. Aku memberi petunjuk bagaimana cara yang benar melakukan oral. Febri ikut-ikutan pula dan ingin belajar. Mereka berdua bergantian melomoti penisku. Sementara itu Vivi, Vera dan Ricky hanya menonton saja.
Sebetulnya aku sudah hampir keluar, tetapi aku buru-buru menghentikan. Aku berlagak ingin menunjukan cara mengoral memek dengan memilih memek Mariska . Mereka menyima apa yang aku lakukan. Aku menjilati clitoris Mariska. Dia menggelinjang-gelinjang dan terus mengerang nikmat. Tanpa kuketahui Febri tiba-tiba meremas-remas kemaluanku
0 comments:
Post a Comment