“ Hallo ini kak Agung ya, “ suara di ujung telepon.
“ Ya siapa ini, ya,” tanyaku masih belum mengenali suara itu.
“ Ini Lia,kakaknya Merry, temennya Ade, ingat nggak,” suara agak cemas di ujung sana mencoba membangkitkan memoryku.
Aku baru ingat setelah disebutkan serangkaian nama-nama. Lia adalah salah seorang “mainanku” pada waktu itu. Lia kukenal sekitar 22 tahun lalu, makanya aku agak lupa ketika operator menyebutkan nama Lia. Nama itu kan cukup banyak, aku mengenal nama Lia ada beberapa orang.
“Eh apa kabar, di mana kamu sekarang, apa masih di Kalibata,” tanyaku.
“ Iya masih, kak ketemuan dong,” pintanya.
Aku langsung memutuskan untuk bertemu sore ini selepas jam kerja di Kalibata mall.
Tidak lama setelah aku duduk dan sedang menyeruput kopi muncul wanita setengah baya dan rombongannya.
“ Kak Agung ya,” kata salah seorang dari mereka.
“ Ya, ini Lia kan,” tanyaku sambil menyalaminya.
Satu persatu kemudian anggota rombongan itu menyalamiku. Lia mengingatkan aku pada Merry adiknya. Aku masih ingat raut wajahnya. Merry tersenyum-senyum. Lalu seorang gadis ABG manis adalah anak Merry.
“Sekolah kelas berapa,” tanyaku.
“ Kelas 8 oom,” jawabnya.
“Anak Merry ini sekarang model lho kak, anakku juga, lumayan buat tambah-tambah uang jajan, “ kata Lia yang menunjuk anak laki-lakinya berumur sekitar 10 tahun.
“ Ih kak Agung masih gini-gini aja, kayaknya nggak tua-tua, apa sih resepnya, daun muda ya,” kata Lia nyrocos.
Aku lalu menanyakan teman-temannya dulu yang pernah “kupakai”.
“Ade sekarang di Bali udah janda dia. Lakinya orang bule meninggal, warisannya banyak. Ade katanya mau ke Jakarta, tangal 28 nanti.” jelas Lia.
Berarti sekitar seminggu lagi.
“ Shinta juga sudah jadi janda. Lakinya dulu Jepang, sekarang dia punya usaha mebel. Kakaknya Niken sudah punya anak 4 sekarang dia pakai jilbab. Si Sarah tinggal di Bekasi, nggak jelas sudah janda apa masih punya suami, dia tinggal di rumah ibunya. Sari temennya Ade tinggal di Bintaro, udah kawin tapi belum punya anak sampai sekarang,” Lia menjelaskan posisi terakhir teman-temannya yang kukenal.
“Eh lupa si Shanti entah kemana sekarang gak jelas, dulu padahal dia cantik banget ya kak,” kata Lia.
Kami ngobrol kangen-kangenan.
“ Kak cari in job dong buat Cindy,” sela Merry menunjuk anak ABGnya.
“ Job apa dia kan masih kelas 2 SMP,” tanyaku.
“ Ya model-model iklan apa kek, atau main sinetron,” rengek Merry.
“Wah saya nggak punya relasi bidang seperti itu lagi sekarang, tapi cobalah nanti kalau ada kawan yang punya advertising,” jawabku sekenanya.
Cukup lama kami bercengkerama kangen-kangenan. Aku berjanji melakukan pertemuan lagi saat Ade sudah di Jakarta.
Ade kemudian mengontak no HP ku setelah diberitahu Lia. Dia mengatakan jadi ke Jakarta tanggal 28 nanti. Aku lalu meminta semua teman-temannya dulu berkumpul untuk makan siang pada tanggal 29 nya yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu.
Aku mencari catatan buku harian kenakalanku di laci. Untung ketemu. Di buku itu semua kucatat peristiwa-peristiwa penting, termasuk tanggal-tanggal aku memerawani Lia dan kawan-kawannya. Ingatanku jadi menerawang ke masa lalu.
Aku ingin membuat kejutan pada pertemuan kami nanti. Paling tidak mereka menerima kenang-kenangan dari ku. Pikiran nakalku mulai bangkit. Yang kucari apa simbol penjebolan perawan. Simbol itu nanti akan kubuat sebentuk liontin emas. Terpikirlah bentuk hati, tetapi ditengahnya berlubang mengikuti bentuk garis luarnya dan kayaknya kalau dibalik dengan bagian lebar yang dibawah dan di ujung atasnya ada sedikit tonjolan agak unik juga. Maksudku ini adalah gambar memek dengan clitoris di atasnya. Ok kayaknya cocok. Dibelakangnya ditulis hari dan tanggal mereka menyerahkan keperawanannya ke padaku. Sip deh dan komplit.
Aku segera ke toko emas dan memesan 7 liontin dengan bentuk yang kuinginkan. Mereka menyanggupinya, tetapi tidak bisa selesai dalam seminggu untuk liontin sebanyak itu. Dalam 5 hari baru bisa jadi 2 liontin. Aku berpikir sebentar, ok gak masalah. Aku lalu minta tukang emas menggambar dan ukuran besarnya. Aku menekankan agar dibuat dari emas 22 karat dengan berat 5 gram.
Setelah disepakati harganya, aku minta gambaran liontin yang akan dibuat. Selanjutnya aku mendatangi beberapa toko emas lain untuk membuat liontin seperti keinginanku yang digambar itu. Akhirnya dalam waktu 5 hari aku bisa memperoleh 7 liontin sesuai disain yang kuinginkan.
Sekembali dari toko emas ketika aku duduk di meja kerjaku, aku termenung, rasanya liontin emas itu masih kurang sebagai tebusan kenakalanku di masa lalu. Kayaknya kalau mereka dipersatukan lagi dengan sebuah ikatan, menyenangkan juga kayaknya. Aku lalu terpikir membentuk PT dengan saham dipegang oleh 8 orang termasuk diriku. Tentunya modalnya dari aku semua. PT kami sepakati dengan PT Tujuh Dara Agung.
Uang bagiku sekarang tidak terlalu masalah sejak banyak mendapat keuntungan dari bermain saham dan valas. Gajiku di kantor sebagai direktur mungkin hanya seperseratus perolehanku di bursa. Aku tetap bertahan kerja di kantor ini, karena aku senang dengan kesibukan dan paling tidak ada statuslah.
Pada hari yang dijanjikan aku sudah menyiapkan meja untuk 15 kursi di restoran masakan Thai di bilangan jalan Sudirman Jakarta
Aku memilih tempat di tengah agar enak ngobrol ke kanan dan kekiri. Pertama muncul adalah rombongan Lia. Bersama dia adalah adiknya Merry dan anaknya Cindy dan anak laki-laki Lia yang berumur 10 tahun, Kevin, Ade dan Sari. Kami salaman dan cipika-cipiki. Tidak lama kemudian muncul Shinta dan kakaknya Niken yang mengenakan jilbab. Shinta juga membawa anak gadisnya yang memperkenalkan diri dengan nama Mala. Katanya umurnya 16 tahun, cukup ayu. Niken datang tanpa buntut. Sedang cipika-cipiki muncul lagi Sarah dia juga membawa buntut seorang gadis yang memperkenalkan diri bernama Dinda katanya bulan depan genap 17 tahun.
Meja kami jadi ramai.
Aku diapit Ade dan Sari, didepanku Lia, Merry, Sarah, Shinta dan Niken. Selebihnya adalah anak-anak mereka.
Aku sudah memesan set menu, sehingga kami tidak perlu menunggu lama hidangan langsung di sebar di meja. Banyak cerita yang lucu-lucu di masa lalu mereka ceritakan. Ada sebagian yang masih aku ingat, ada yang sudah lupa juga. Entah apa yang mereka ceritakan mengenai diriku kepada anak-anak mereka, tetapi dalam obrolan di meja panjang ini mereka ngablak aja bercerita tentang masa lalu.
Kelihatannya Shinta, Niken dan Sarah agak kikuk sehingga kesanku dia Jaim (jaga image). Mereka semua sudah asli seperti emak-emak. Hanya Ade dan Sari yang kelihatannya tidak setua yang lainnya. Apa karena keduanya gak punya anak sehingga badannya tidak membengkak dengan timbunan lemak dimana-mana.
Aku lalu menjelaskan kayaknya kumpulan seperti ini harus dilestarikan. Mereka setuju dan mengusulkan buat arisan tapi kumpulnya 3 bulan sekali, Yang lain keberatan, apalagi Ade yang tinggal di Bali. Berbagai ide mereka lontarkan tetapi tidak ada yang dicapai kesepakatan. Aku melontarkan ide. Ketika aku berbicara mereka semua diam dan menyimak. Ide ku membentuk perusahaan dengan saham sama besarnya diantara 8 orang. Perusahaan bergerak di bidang apa, tanya mereka.
Aku melontarkan gagasan perusahaan itu menjalankan usaha waralaba dengan 4 macam waralaba, yaitu minimarket, apotek, lembaga pendidikan tinggi dan bimbingan belajar.
“Wah banyak amat, modalnya dari mana, kami mana punya duit,” protes mereka.
Soal modal kujelaskan kepada mereka tidak perlu dikuatirkan, itu bisa dicari, yang penting semua sepakat dulu. “ Kalau kita sih kayaknya setuju-setuju aja,” kata mereka sambil saling melihat rekannya kiri kanan.
Aku lalu mengutarakan bahwa perusahaan itu bisa menjadi sumber pendapatan para pemegang sahamnya dan mungkin juga bisa menjadi tempat magang atau malah menjadi lapangan kerja bagi anak-anak.
Akhirnya mereka setuju dan meminta aku yang membereskan semua mulai dari perizinan, modal sampai menemukan usaha-usaha waralaba yang tadi aku sebutkan. Aku lalu meminta persetujuan mereka untuk satu hari menghadap notaris untuk menandatangani akte pendirian usaha.
Di akhir pertemuan aku menyerahkan kenang-kenangan liontin. Mereka penasaran lalu membukai kotak perhiasan. “Bentukya aneh nih,” kata Shinta
“ Kak Agung nakal nih, sifat isengnya gak ilang-ilang, “ kata Lia sambil berbisik ke kiri kanannya. Dia menceritakan bahwa bentuk liontin itu adalah gambaran dari memek dan itilnya. Akhirnya semua tertawa dan senang.
.Pada hari yang dijanjikan mereka berkumpul di kantor notaris yang aku tunjuk di daerah Menteng. Kami masing-masing memegang saham 12,5%. Tentunya untuk itu semua aku yang membiayai termasuk saham mereka aku yang mengisinya.
PT telah terbentuk dan sebagian dari mereka ada yang bekerja di kantor PT itu. Aku berpikir bahwa usaha ini itung-itung sebagai ganti rugi seperti negara memberi dana pampasan perang kepada negara yang dulu dijajahnya, atau katakanlah ganti rugi semacam Iugun Iyanfu dari Jepang kepada wanita yang mereka renggut kehormatannya dimasa perang.
Aku ingin bercerita ke belakang bagaimana awalnya aku mengenal mereka satu persatu.
Aku pertama kenal dengan Ade dan Sari. Pada waktu itu aku dikenalkan oleh temanku. Temanku mengajak aku untuk “bermain “ di motel dengan kedua mereka. Pesan temanku bahwa kedua anak ini masih perawan, jadi hanya boleh ditelanjangi dan dicumbu saja, tetapi tidak disetubuhi.
Pada waktu itu aku setuju-setuju saja. Aku dan temanku Adi bersama Ade dan Sari meluncur ke satu motel di daerah Pluit. Aku berpasangan dengan Sari dan Adi dengan Ade.
Sari masih malu-malu karena umurnya pada waktu itu masih 15 tahun. Badannya masih kecil dan tingginya kutaksir sekitar 150 cm. Sari mempunyai kelebihan teteknya sangat besar. Meski umurnya masih remaja atau ABG, tetapi teteknya sudah besar menggelembung seperti ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya. BHnya kuingat no 34 C.
Mulanya Sari kugandeng ke tempat tidur. Dia masih malu dan menundukkan kepalanya. Aku merangkulnya dan menciumi rambutnya, pipinya, keningnya lalu mulutnya. Sari kelihatannya pasrah kucumbui. Nyaris tanpa perlawanan. Tanganku menjelajah meremas-remas kedua teteknya dari luar. Resleting bajunya dibelakang pelan-pelan aku buka dan kuturunkan baju bagian atasnya.
Terlihat BH yang seperti tidak muat menampung tetek Sari. Pengait BHnya aku lepas di bagian belakang dan kupelorotkan sehingga kedua buah dadanya bebas menggantung. Tetek Sari kelihatan sangat besar. Aku remas-remas terasa kenyal. Jariku mencari putingnya, tetapi tidak teraba. Ketika mulutku menelusuri buah dadanya, aku mencari pentilnya. Pentil susu Sari ternyata terbenam. Yang terlihat hanya lingkaran hitam. Aku sedot pentilnya dan ku jilat-jilat, sampai akhirnya pentilnya mencuat. Namun hanya kecil saja dan terasa mengeras. Sari kegelian ketika pentilnya aku jilati.
Sementara itu tanganku menelusur ke bagian bawah aku langsung meraba celana dalamnya. Gundukan memeknya terasa ditelapak tanganku. Aku meremas sebentar lalu berusaha memasukkan tanganku ke balik celana dalamnya. Jari-jariku merasa rambut kemaluannya masih sedikit. Kuraba belahan memeknya dan kumainkan sebentar clitorisnya. Sari berjingkat-jingkat ketika jariku menyentuh clitorisnya.
Aku lalu menurunkan celana dalamnya sekaligus membuka seluruh bajunya sampai dia telanjang bulat. Kuciumi sebentar lalu aku mengambil handuk dan menyerahkan ke Sari agar dia bersihkan diri dulu ke kamar mandi. Diraihnya handuk lalu dililitkan ke badannya.
Sari kembali dari kamar mandi dengan badan dililit handu. Aku mengajaknya berbaring di sebelahku. Sementara Sari ke kamar mandi aku sudah membuka seluruh bajuku sampai telanjang bulat.
Kubuka lilitan handuk itu lalu kusingkirkan. Aku kembali mencumbu Sari mulai menciumi teteknya lalu perlahan-lahan turun ke memeknya. Sari sempat menahanku agar memeknya tidak aku cium. Tetapi dengan mudah tangannya kusingkirkan dan lidahku langsung menyerbu clitorisnya. Sari kegelian dan berkali-kali meminta aku menghentikan aksiku. Permintaannya tidak aku perdulikan, sampai akhirnya Sari menikmati oral ku. Aku terus menyerang itil Sari. Dia terus bergelinjang-gelinjang sambil sekali-kali teriak “Ooooh…… ooooohh”
Cukup lama juga membuat Sari mencapai orgasmenya. Leherku sampai terasa pegal.
Kepalaku dijepit kedua kakinya dan memeknya bergerak-gerak serta cairan meleleh keluar dari belahan memeknya.
Kukangkangkan kedua kakinya dan kepala penisku ku usap usapkan ke belahan memeknya. “ Kak jangan dimasuki aku masih perawan,” katanya.
Aku katakan bahwa aku tidak memasukkan cuma mengoles-oles saja. Sambil duduk besimpuh kupegangin penisku dan ku oles-oleskan kepalanya ke belahan memek Sari. Sambil memperhatikan bentuk memeknya, dengan membuka belahan memeknya lebih lebar, penisku kucoba kudorongkan masuk sedikit. Kepala penisku bisa masuk sedikit. Sari mengeluh sakit. Aku hanya memutar-mutar kepala penisku yang sedikit terbenam di belahan memeknya sampai akhirnya aku merasa gelombang orgasmeku akan tercapai. Menjelang ejakulasi kutarik keluar penisku dan kutumpahkan ke perut Sari.
Puas sudah rasanya meskipun tidak melakukan hubungan. Aku membimbing Sari ke kamar mandi dan kami saling membersihkan diri. Sari keluar dengan lilitan handuk sedang aku masih telanjang bulat dengan penis yang sudah loyo.
Telepon kamar berbunyi, ternyata Adi minta tukar. Aku setuju. Sari kusuruh berpakaian karena temanku adi mau masuk. Sari langsung menyambar semua bajunya dan segera mengenakannya. Sedang aku banya mengenakan celana dalam saja.
Pintu kamarku diketuk. Ketika dibuka muncul Adi dan Adek. Adi masuk menarik Adek dan dia lalu mengajak Sari dengan menggandengnya. Sari mulanya tidak mau, tetapi Adi setengah memaksa dan menggelandangnya keluar kamarku lalu masuk ke kamarnya.
Adek duduk di tempat tidur. Aku tanyai mengenai diapakan saja tadi oleh Adi, Adek malu-malu dan menunduk, diciumi. “ Kak Adi orangnya kasar,” kata Adek.
“ Buka deh bajunya,” kataku.
Adek berdiri lalu melepas bajunya satu persatu. BHnya kelihatan masih kecil, mungkin baru no 32. Aku membantu melepaskan kaitan BH lalu memelorotkan celananya. Tetek Adek memang masih kecil, tetapi pentilnya menonjol dengan lingkaran kecil di sekelilingnya. Putingnya masih kecil pula. Jembutnya juga masih sedikit, hanya tumbuh di ujung lipatan atas. Sedangkan di cembungan memeknya kiri dan kanan masih polos.
Aku membimbing Adek ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan membersihkan juga memeknya dengan sabun. Adek kegelian ketika tanganku membersihkan memeknya, sehingga melakukan gerakan menghindar. Aku menyerahkan handuk yang tadi dipakai Sari dan kulilitkan ke tubuhnya. Adek kubaringkan dan handuknya ku buka. Kulitnya lebih putih dari Sari, telentang dengan perut rata dan tetek yang menggumpal kecil. Nonoknya menonjol dan di puncaknya ada sedikit jembut.
Aku mulai menciumi kedua teteknya dan menjilat serta menggigit pelan. Adek kegelian. Tanganku merabai memeknya dan memainkan belahannya. Jari tengahku ku coba memasukkan ke lubang vaginanya. Tanganku ditarik, karena katanya sakit. Aku lalu menekan-nekan clitorisnya sampai akhirnya agak mencuat. Mulutku berpindah operasi dari tetek ke memek. Aku langsung menyerbu clitoris Adek. Dia bergelinjang kaget, ketika itilnya tersentuh. Aku terus menjilati sekitar itilnya sampai dia merasa berkurang gelinya. Setelah kurasa Adek tidak merasa geli lagi aku langsung memusatkan jilatanku ke itilnya. Adek relatif lebih cepat mendapat orgasme dibanding Sari. Setelah dia menyelesaikan orgasmenya, memeknya terasa berlendir. Aku kembali besimpuh dan mengoleskan kepala pensiku ke belahan memeknya. Adek seperti juga Sari minta agar aku tidak memasukkan penisku ke memeknya. Aku berkilah bahwa hanya menempel-nempelkan saja. Meskipun begitu aku tetap penasaran ingin memasukkan sedikit penisku. Kepala penisku berhasil masuk. Lumayan juga. Aku mencoba lagi menekan lebih jauh. Seluruh kepala penisku berhasil masuk. Ketika kutekan lagi Adek mengeluh memeknya perih. Aku menghentikan terobosan penisku. Posisiku berubah dengan menindih Adek. Penisku masih tertancap di memeknya dan aku menggerakkan maju mundur sedikit-sedikit sambil berusaha juga memasukan lebih jauh. Tapi selalu gagal masuk lebih dalam karena Adek menarik pinggulnya. Dia merasa sakit. Aku bosan dengan posisi seperti ini lalu berbaring di samping Adek. Aku minta Ade mengulum penisku. Adek bangkit dan mengambil handuknya lalu membersihkan sisa lendir memeknya di ujung penisku. Dia mengulum penisku dan menyedot-nyedotnya. Rasanya nikmat sekali seperti air maniku dipaksa ditarik keluar. Aku tidak mampu bertahan lama-lma. Kepala Adek kudorong keatas dan aku langsung membekap penisku yang menyemprotkan maninya.
Puas sudah setelah klimaks, meskipun aku tidak menyetubuhinya secara lengkap. Kami lalu ke kamar mandi bersama. Segar dan lega rasanya. Kami kembali berpakaian. Setelah itu aku menelepon Adi, menanyakan apakah “permainan” sudah selesai. Ternyata di seberang sana juga sudah finish. Sebelum berpisah aku memberinya sekedar uang saku, yang menurut ukuran seumuran itu lumayanlah.
Kepada Adek dan Sari aku memberi no pager ku. Pada waktu itu belum ada HP, yang ada baru pager. Tentunya ini tanpa sepengatahuan mereka, maksudnya Adek tidak tahu aku memberi no ke Sari dan Sari tidak tahu aku memberi no ke Adek. Entah kalau kemudian mereka saling membukanya. Ku katakan kepada mereka kalau ingin menghubungiku, bisa melalui pager itu atau ke nomor telepon kantorku.
Aku dan Adi mengantar mereka ke daerah Mampang. Selepas itu aku dan Adi saling bertukar cerita mengenai pengalaman tadi.
Setelah acara bercumbu itu yang kuingat adalah hari Sabtu, hari Selasa kemudian operator menghubungiku dan menyambungkan telepon dari luar. Ternyata di seberang sana Adek. Dia minta ketemuan denganku sore nanti. Aku paham, bahwa dia menginginkan duit dariku. Permintaannya kusanggupi, tapi aku mau jangan hanya ketemu saja tetapi ke Motel. Ade setuju. Dia menunggu di satu klinik . Aku mengajaknya memasuki mobil. Dari situ aku langsung menuju motel di daerah Kemang. Waktu itu masih ada motel di belakang Hotel Kemang.
Kami masuk dan aku tanpa basa basi lagi memintanya membuka baju dan membersihkan diri ke kamar mandi. Adek menuruti kemauanku. Dia mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. Sementara itu aku langsung membuka baju sampai telanjang dan berbaring telentang dengan penisku mengacung ke atas. Adek keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja. Bajunya dia tinggalkan di kamar mandi. Adek duduk di pinggir bed lalu kutarik rebah disampingku. Handuknya kubuka dan kusisihkan ke meja kecil dekat tempat tidur. Aku menciuminya mulai rambut, kening, belakang kuping leher lalu ke mulutnya. Kami cukup lama berpagutan sambil tanganku meremas-remas tetek kecilnya lalu mengorek-ngorek memeknya.
Aku meneruskan menghisap-hisap kedua putingnya. Memek Adek terasa mulai berlendir. Aku berpindah mengoral memeknya sampai dia mencapai orgasme. Setelah itu giliran aku minta di service, maksudnya di oral.
Adek mengoral penisku . Mulanya dia duduk bersimpuh diantara kedua kakiku. Posisi itu membuat aku tidak bisa menggapai apa-apa dari tubuhnya. Aku minta Adek mengubah posisi dengan posi 69. Adek merangkak dengan selangkangan tepat di depan wajahku. Sambil dia terus mengralku, aku membukai memeknya dan melihat-lihat bentuk memeknya. Didalam belahan memeknya terlihat warna merah muda. Lipatan bibir dalamnya masih sedikit dan agak menonjol. Tonjolan itilnya agak samar terlihat. Lubang di bagian bawah memeknya terlihat masih rapat. Aku mencoba menusuk-nusukan jariku tetapi masih susah di terobos. Bosan memeriksa memek tanganku menjangkau kedua tetek kecilnya dan kuremas-remas. Aku merasa akan mendapat orgasme. Aku bangkit dan Adek kutarik dari penisku. Aku ejakulasi di dalam bekapan tanganku. Setelah itu aku membersihkannya di kamar mandi.
Aku kembali ke tempat tidur dan berbaring di samping Adek yang masih telanjang di bawah selimut. Kami ngobrol. Dalam obrolan itu, Adek bercerita dia butuh uang agak banyak untuk membayar uang sekolahnya yang sudah 6 bulan tidak dibayarkan. Uang sekolah dari orang tuanya dipakai untuk jajan dan nonton.
Aku setuju saja mengganti uang yang diminta itu, tapi aku minta diperbolehkan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Adek merangkulku. Dia kemudian setuju dengan menganggukkan kepala ketika kutanya ulang.
Penisku masih loyo kuminta Adek meremas dan mengocoknya. Pelan-pelan di tangan Adek penisku membesar. Kubuka semua selimut dan Adek kubaringkan telentang. Kakiknya dilebarkan dan kulipat ke atas.
Penisku yang sudah tegang sempurna mulai aku arahkan ke lubang memeknya. Dengan posisi duduk bersimpuh aku bisa melihat proses ujung penisku menguak belahan memeknya. Kepala penisku behasil masuk sedikit, tetapi dengan posisi begini aku kurang mempunyai daya mendorong penisku. Aku mengubah posisi dengan merangkak, Penisku kutancapkanlagi ke lubang memeknya. Pelan-pelan aku tekan dan aku tarik sedikit, lalu aku tekan lagi. Begitu berulangulang sampai akhirnyamentok di selaput keperawanannya. Adek mengeluh memeknya perih, dia minta aku pelan-pelan melakukan gerakan, karena memeknya terasa sakit. Aku paham, seorang perawan pada awal penetrasi penis pasti merasa sakit. Aku berusaha menekan agak kuat, sampai kemudian berhasil menjebol selaput perawannya. Adek kesakitan dan air matanya meleleh dari kedua sisi matanya. Sebenarnya aku kasihan, tetapi nafsu yang menguasaiku mengabaikan penderitaan Adek. Kubenamkan pelan-pelan penisku ke dalam memek Adek sampai akhirnya masuk seluruhnya. Vaginanya terasa sangat menjepit, mencengkeram penisku hingga agak susah bergerak. Kutarik pelan-pelan, Adek meringis menahan rasa sakit, aku tekan lagi dia masih merasakan rasa sakit sambil mengernyitkan keningnya. Begitu berkali-kali gerakan aku lakukan sampai akhirnya perjalanan naik turun penisku mulai lancar. Namun kesan menjepit itu masih terasa. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. Makin lama gerakanku makin cepat dan Adek sudah mulai kurang merasa sakit. Namun tampaknya dia masih belum bisa merasakan nikmatnya bersenggama. Aku tidak mampu bertahan lama sehingga kusemprotkan seluruh maniku ke dalam memeknya. Nikmat banget rasanya memperawani anak umur 15 tahun . Memeknya sempit dan badannya masih sekel.
Ketika kutarik penisku keluar dari memeknya, terlihat maniku berwarna merah muda. Di lubang belahan memeknya juga tertinggal sisa maniku berwarna merah muda. Lubang memeknya jadi menganga bekas tusukan penisku. Lubang itu kelihatan belum elastis langsung merapat.
Kami berdua istirahat sebentar sambil berbaring. Aku menanyakan rasa yang dialami Adek. Dia mengatakan perih dan belum terasa enaknya. Penisku yang loyo habis memuntahkan isinya. Dia terkulai layu, tetapi bekas mani kusudah mulai mengering. Aku berusaha tidur sebentar.
Entah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun Adek masih tergolek di sebelahku dalamkeadan masih telanjang. Dia mulai kuciumi lagi dan teteknya kuremas-remas. Birahiku bangkit dan penisku mulai berdiri lagi. Aku lalu mengambil posisi merangkak di atas tubuhnya dan mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Penis kuarahkan memasukui memek Adek. Perjuangan di ronde kedua ini tidak terlalu sulit. Kepala penisku agakmudah masuk ke dalam memeknya. Aku menekannya pelan-pelan sampai akhirnya ambles seluruhnya. Adek masih merasa sakit, tetapi tampaknya tidak sesakit tadi. Dia hanya mengernyitkan dahinya menahan rasa sakit. Aku aktif memompa penisku terus di lubang sempit memeknya. Liang memeknya yang masih terlumari oleh lendir maniku tidak sertamerta terasa licin, tetapi masih saja aku berasakan jepitan memeknya yang baru kuperawani. Sensasi bersetubuh dengan memek sempit anak umur 15 tahun, membuat aku tidak mampu bertahan lama. Sekitar 10 menit dengan main di satu posisi saja, akhirnya aku menyemportkan maniku kembali ke dalam memeknya. Paripurna sudah kepuasanku yaitu memerawani dan melebarkan jalan yang kuperawani.
Setelah istirahat sebentar kami berdua lalu ke kamar mandi dan mandi bersama saling menyabuni dan menyiram tubuh.
Sebelum meninggalkan kamar aku menyelipkan sejumlah uang dan kulebihkan sedikit untuk uang jajannya. Aku tidak perduli apakah benar uang itu untuk bayar sekolah atau untuk yang lain.Aku malah beruntung bisa memperoleh perawan Adek.
Sekitar 10 hari kemudian, Sari meneleponku di kantor. “ Kak aku bagi duit juga dong kayak Adek, masak cuman Adek sih, “ katanya di telepon.
Aku bilang jangan sekarang, ntar nunggu gajian dulu yang tinggal 5 hari lagi. Sekarang aku gak punya duit segitu. Sari akhirnya setuju dan kami janjian ketemu di satu tempat pada hari yang kami sepakati.
Sari juga kuajak ke motel tempat aku memerawani Adek. Aku tidak menanyakan untuk apa Sari minta duit segitu banyak. Pikiranku adalah mendapat keperawanan Sari. Dia ketika ksusuruh buka baju masih agak malu. Aku terpaksa membantunya melepaskan seluruh bajunya. Aku senang memandangi tetek Sari yang eksrta large. Kutoel-toel kedua susunya sehingga menimbulkan gerakan yang menggairahkan. Kedua putingnya masih tenggelam.
Aku mencumbu Sari dengan mencium dan terutama menghisap putting teteknya. Dia kutelentangkan dan kedua susunya kupegang kiri dan kanan lalu penisku kujepitkan diantara kedua susunya. Aku menyetubuhi bongkahan susunya. Enak juga rasanya. Puas bermain dengan susunya aku lalu minta Sari mengoralku. Sambil telentang dia meraih penisku dan mengulum-ngulumnya. Aku mengambil posisi seperti menyetubuhi mulutnya, sehingga melakukan gerakan maju mundur. Nikmat sekali melakukan oral dengan cara seperti ini sampai akhirnya maniku hampir keluar dan kutarik penisku menjauh dari mulut Sari. Mani kutumpahkan ke susu Sari lalu aku lumari seluruh tetek Sari dengan cairan maniku. Aku kemudian meremas-remasnya terasa licin. Jangkauan genggeman tanganku tidak muat di bongkahan teteknya. Luar biasa besarnya tetek Sari.
Kami berdua lalu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah terasa segar kami tiduran sambil beselimut. Kami ngobrol. Baru keketahui bahwa Adek dan Sari berdekatan rumah. Adek tinggal di rumah abangnya dari lain ibu. Kedua orang tua mereka bercerai. Ayahnya sudah kawin lagi tinggal di Bogor, sementara ibunya tinggal di Madiun. Sedang Sari, orang tuanya masih lengkap, tetapi ayahnya tidak bekerja karena terlibat PKI. Ibunya yang banting tulang berdagang.
Sambil bercerita aku meremas-remas tetek Sari. Rasanya tidak ada puas-puasnya meremas tetek kenyal dan besar ini dari remaja yang masih berusia 15 tahun. Puas meremas-remas aku mengorek-ngorek memek Sari. Belahannya ku gesek-gesek dan itilnya kutekan-tekan dengan gerakan memutar. Sari agak terganggu dalam bercerita karena kadang-kadang dia berhenti dan seperti merintih ketika itilnya ku tekan-tekan. Kurabai belahan memeknya mulai terasa berlendir. Sementara itu tangan Sari kuarahkan untuk meremas-remas penisku yang masih loyo. Aktifitas kami membuat birahiku bangkit. Pelan-pelan penisku mulai mengeras. Kusibak selimut yang menutupi kami dan aku langsung merangkak di atas tubuh Sari. Penis kubimbing memasuki gerbang vagina Sari. Berkali-kali kutekan selalu meleset. Sari kemudian membantu mengarahkan penisku memasuki lubang memeknya. Aku hanya tinggal menekan, maka melesatlah kepala penisku tenggelam di memeknya. Sari agak berjangkit sedikit, karena sakit yang dia rasakan. Aku dimintanya pelan-pelan melakukan gerakan. Aku mendorong terus perlahan-lahan penisku sampai akhirnya tertahan penghalang selaput daranya. Kucabut sedikit lalu kudorong lagi. Begitu ku lakukan berulang ulang dan setelah terasa lubang memeknya licin aku dalam gerakan maju mundur melakukan dorongan tiba-tiba yang lebih keras dan menekan masuk penisku lebih dalam. Penisku berhasil mengoyak selaput daranya. Sari merintih dan air matanya keluar menetes ke samping. Aku berhenti sejaenak setelah dia merasa berkurang sakitnya aku mulai melakukan gerakan naik-turun. Mulanya pelan, lama-lama makin cepat. Sensasi jepitan memek Sari nikmat sekali. Tapi jika boleh aku beri penilaian, memek Adek lebih legit dibanding Sari. Meskipun begitu, jepitan memek Sari terasa cukup mencengkeram. Aku terus memompanya. Aku mengubah posisi dengan duduk bersimpuh agar bisa melihat gerakan penisku maju mundur di liang vaginanya. Aku melihat batangku agak kemerah-merahan, karena terkena darah perawan maju mundur di memek Sari yang terkuak lebar. Sensasi jepitan memek perawan dan pemandangan penis menerobos memek membuat rangsangan diriku makin tinggi. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan kulepas begitu saja spermaku di dalam memeknya..
Aku memeluk Sari dan menindih badannya yang kecil, yang tidak seimbang dengan badanku. Setelah kenikmatan ejakulasiku usai, aku menarik penisku yang sudah mulai mengecil. Kelihatan sekali penisku berselemak mani bercampur darah sedikit.
Aku berbaring di samping Sari sambil terengah-engah.
Aku menarik selimut dan langsung tertidur. Mataku terasa mengantuk sekali.
Aku terbangun karena desakan ingin pipis. Bangkit dari tempat tidur aku berjalan sambil dalam keadaan telanjang menuju kamar mandi melampiaskan hajatku lalu membersihkan sisa-sisa mani dan lendir Sari di kemaluanku.
Aku kembali berbaring di samping Sari. Dia kelihatannya tidak bisa tertidur, mungkin dia memikirkan keperawanannya yang baru hilang. Aku memeluknya dan kembali meremas-remas tetek besarnya yang menggemaskan. Kuraba celah memeknya masih berlendir. Lendir itu mungkin sisa maniku dan lendir dari memeknya sendiri. Memeknya aku rangsang sampai makin banyak lendirnya. Sementara itu penisku sudah berdiri lagi. Sari kuminta berada di posisi di atasku. Dia mengatakan tidak bisa. Aku mengatakan akan membimbingnya. Sari berjongkok diatas penisku dan dia memegangi penisku lalu dituntunnya masuk ke lubang memeknya. Sambil membenamkan penisku ke memeknya dia meringis menahan rasa sakit. Penisku agak lebih mudah masuk ke memeknya. Aku kembali merasakan sensasi jepitan memek yang baru kuperawani. Sari mulai kuajari bergerak naik turun. Dia mengikuti petunjukku. Namun kontrolnya kurang bagus sehingga penisku sering lepas dari lubang memeknya. Dia terlalu tinggi mengangkat badannya. Aku terpaksa ikut mengontrol gerakan naik turunnya dengan memegangi kedua pinggangnya. Aku menyaksikan kedua bongkahan payudara yang berguncang-guncang bebas seirama dengan gerakan naik turun tubuh pemiliknya.
Unik juga pemandangan di depanku. Seorang gadis kecil dengan dada yang mengelembung bergerak naik turun di atas tubuhku. Cukup lama dia berada di posisi ini. Dia mengeluh lelah bergerak seperti itu. Aku lalu mengajarkannya agar tidak usah bergerak naik turun lagi tetapi maju mundur, sambil mengusahakan bagian memeknya yang sensitif menggerus jembutku. Sari menuruti arahanku dia mencoba-coba posisi dimana itilnya bisa bersentuhan dengan bagian jembutku. Badannya agak melengkung ke depan dan dia menemukan posisi nikmatnya. Sambil bergerak dia mulai merintih-rintih sendiri. Makin lama makin cepat dia bergerak dan mengabaikan teteknya yang pontang-panting. Tiba-tiba dia berhenti dan ambruk di dadaku. Dadaku tertekan dua bongkahan empuk teteknya. Kurasakan seluruh memeknya berkedut-kedut. Rupanya Sari menemukan orgasmenya. Sementara aku masih belum mencapainya.
Aku membalikkan posisi dan mulai memompa Sari dari atas . Gerakanku terus semakin cepat dan akhirnya aku pun sampai di penghujung batas kenikmatan.Aku melepas spermaku dengan menekan dalam-dalam penisku di dalam vaginanya.
Kami istirahat sebentar melepaskan kelelahan. Setelah itu mandi bersama di kamar mandi. Rasanya nikmat sekali memeluk Sari dari belakang sambil meremas-remas teteknya yang licin karena lumuran sabun.
Aku menyelipkan sejumlah uang yang sama seperti yang kuberikan kepada Adek.
Sejak saat itu di waktu-waktu berikutnya mereka berdua bergantian mengajakku ketemuan, alias minta duit alias ngembat. Aku terpaksa menjarangkan pertemuan, karena keuangan tidak mampu mendukung. Meskipun pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka tidak menuntut uang sebesar ketika kuperawani, tetapi kalau jaraknya terlalu rapat, berat juga membiyayainya. Mereka akhirnya terbuka satu sama lain bahwa sering main denganku. Keduanya akhirnya berkali-kali main bersamaku bersama-sama. Aku melawan kedua cewek itu. Kalau sudah petandingan yang tidak seimbang itu, aku selalu memintanya di hari libur. Sebab diperlukan waktu agak panjang untuk mengimbangi kekuatan mereka. Biasanya aku chekin jam 11 siang dan chek out jam 5 sore.
Sari dan Adek mungkin sudah kusetubuhi lebih dari 10 kali. Rasanya bosan juga. Oleh karena itu tidak setiap kali aku mau memenuhi permintaan mereka, selain masalah biaya juga masalah jenuh. Akhir akhir ini aku hanya menggauli mereka sekali dalam sebulan.
Di satu saat yang aku lupa harinya, sekitar jam 4 sore, aku dihubungi Adek, “ Kak ada yang mau kenalan nih,” katanya.
Dia memperkenalkan teman sebayanya, namanya Lia. Mereka tidak bertetangga tetapi satu kelas di kelas 3 SMP. Aku ngobrol sedikit dan buntutnya Lia ingin ketemu dengan ku. Permintaannya kupenuhi setelah aku mendapat konfirmasi dari Adek bahwa Lia juga “bisa diajak”.
Aku menjemput Adek yang sudah bersama Lia di Blok M di toko buku Gramedia. Setelah makan fast food di sekitar situ. Adek mempersilakan aku jalan berdua dengan Lia. Adek katanya mau tinggal di Blok M saja. Aku menyisipkan uang sekedarnya untuk ongkos taksi dan jajan Adek sebelum kami berpisah.
Lia lumayan manis, rambutnya pendek dan teteknya lumayan gede, meski tak sebesar Sari. Aku tidak pikir panjang dan basa basi lagi langsung mengarahkan mobil ke motel. Lia juga tidak memperlihatkan rasa takutnya kubawa masuk ke motel. Di dalam motel kukorek mengenai apa saja yang diceritakan Lia mengenai diriku. “Kakak orangnya baik, cakep, ya itu aja,” katanya.
“Masak sih cuma itu,” mencoba mengorek lebih jauh.
“Duitnya banyak,” tambah Lia malu-malu.
Lia kurebahkan ke tempat tidur dengan kaki masih menggantung di pinggir tempat tidur. Aku langsung menyerang dan menciumi seluruh wajahnya dan berakhir di mulutnya. Sambil menciumi mulutnya aku membetulkan posisi dia berbaring dengan mengangkat kedua kakinya ke atas tempat tidur. Lia kutindih dan terus kuserang dengan ciuman dilehernya. Dadanya aku remas-remas dari luar T shirtnya. Tanganku lalu masuk ke balik T Shirt dan mencari pengait BH dibelakang. Kuraba-raba tidak ketemu juga. Lia rupanya mengerti aku mencari pengait BH, dia membantu membuka kaitan BH yang ternyata ada di bagian depan. Teteknya lumayan keras dan putingnya kecil. Kusingkap kaus dan BHnya lalu aku menyerang kedua susunya dengan sedotan di kedua putingnya. Lia mengerang-ngerang mendapat serbuanku. Tanganku langsung beroperasi menyusup dari bawah roknya dan langsung menemukan gundukan memek dibungkus celana dalam. Celana dalamnya terasa agak longgar, maka kukuak saja dari samping dan jariku langsung menerobos masuk ke belahan memeknya. Belahan memeknya sudah basah. Aku korek-korek memeknya dan jari tengah ku lalu menekan-nekan itilnya. Lia menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan oleh jariku pada itilnya.
Aku semakin tidak sabar, sehingga rok dan celananya ku pelorotkan ke bawah sampai lepas dan kausnya aku lepas dari atas. Dia sudah bugil 100 persen dan aku juga membuka seluruh pakaianku sampai bugil juga. Aku menindih Lia sambil terus menghisap teteknya. Rasanya sudah mendesak sekali keinginanku, maka penis kuarahkan memasuki lubang vagina. Agak susah dan terut terpelest. Tapi akhirnya bisa juga mematuk dan sedikit terbenam.
Kedua tangan Lia menahan gerak maju pinggulku. “ Kak aku masih perawan, belum pernah beginian,” katanya.
“Boleh nggak aku teruskan, “ tanyaku yang nafsuku sudah diubun-ubun.
Lia diam saja, tidak juga menggeleng. Dia hanya menutup mata. Aku kembali melakukan gerakan pendek memaju mundurkan penisku yang agak terbenam sedikit. Aku memang merasakan rintangan di dalam vaginanya. Pertahanan kedua tangan Lia yang tadi memegangiku melemah, kini malah pindah posisi memeluk pantatku. Setiap kali aku berhenti pada batas portalnya dia menarik pantatku agar aku maju lebih jauh. Lia kelihatannya sudah terangsang berat. Ketika pada gerakanku yang pantatku ditariknya kuturuti sehingga aku menekan lebih keras untuk maju. Terasa ada yang jebol di dalam, dan Lia menjerit lalu air matanya keluar. “ Perih kak,” katanya.
Aku tentu mengerti, tetapi aku terus menekan perlahan sampai batas panjang penisku. Setelah sekujur penisku tenggelam, aku berhenti untuk istirahat sebentar. Lalu kembali menarik penisku pelan-pelan agak jauh dan mendorong lagi pelan. Gerakan itu dilakukan berulang-ulang dan makin lama tentunya makin cepat. Jepitan memek Lia lumayan ketat dan nikmat. Jembutnya adalah yang terlebat dibanding Adek dan Sari. Aku terus memompanya dan tidak mampu bertahan terlalu lama, aku merasa akan segera menyembur air mani dari dalam. Kutarik buru-buru penisku dari lubang kenikmatan lalu kulepaskan diatas perut Lia. Penisku juga terselaput sedikit darah perawan. Kami istirahat sejenak dan aku membersihkan penisku ke kamar mandi. Lalu berbaring di samping Lia.
Dalam keadaan penis yang masih loyo, aku minta Lia mengulumnya agar bisa menegang lagi. Lia menuruti tetapi minta diajari caranya. Aku mengajarkan cara-cara yang kusukai, termasuk menjilati kantong buah zakarku dan mengulumnya sekalian. Lia adalah pengoral yang berbakat. Kulumannya sangat nikmat sehingga aku lebih cepat bisa menegang lagi. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan aku segera menaikinya dan memasukkan penisku. Jalan masuk terasa lebih lancar, meskipun belum terasa ada pelebaran jalan. Aku menggenjotnya. Pada waktu penisku masuk, penisku masih belum sepenuhnya tegang. Di dalam perjalanan menggenjot ini penisku makin mengeras. Akibatnya aku mampu bertahan lama sekali sampai aku kelelahan. Aku membalikkan posisi dan Lia berada di atas Dia memang belum pernah dijamah laki-laki sehingga masih belum tahu apa yang harus dilakukan ketika berada diatas tubuhku. Aku mengajari cara-cara dia menggerakkan tubuh serta mengatur posisinya. Nafsunya yang tinggi ikut menuntun dirinya cepat menerima pelajaranku. Meski memeknya baru terluka, Lia berhasil mencapai orgasme ketika dia berada diatasku. Dia ambruk dan aku langsung meminta dia nungging. Aku memposisikan diri untuk menyodok memeknya dari belakang. Memeknya kelihatan merekah merah dari belakang. Pemandangan yang menggairahkan. Aku menyusupkan penisku di belahan memeknya dari belakang lalu menggeonjotnya ddengan menabrak-nabrakkan badanku ke pantatnya. Bongkahan pantatnya yang gemuk juga menambah kenikmatan dengan meremas-remasnya. Setiap kali kutabrak pantatnya, daging lemak di bongkahan pantatnya bergetar. Posisi ini kurang kurasa nikmat. Aku kembali ke posisi misionaris dan disitulah kukonsentrasikan sampai aku mencapai ejkaluasi. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya, takut hamil.
Permainan dua babak sangat menguras tenagaku. Aku mengakhiri permainan itu dan sebelum kami beranjak keluar kamar aku menyelipkan uang sejumlah yang kuberikan ke Adek dan juga ari ketika kuperawani. “ Kak banyak amat, duitnya, makasih ya,” katanya sambil menciumku.
Sejak Lia kuperawani aku hanya sempat mengulang 5 kali. Keuanganku makin tipis. Bahkan pernah aku sebulan penuh tidak meladeni permintaan mereka. Aku jenuh dan ingin menghemat uangku. Aku memang masih melakukan kontak seksual dengan Ade, Sari dan Lia, tetapi frekuensinya makin jarang.
Pertemuanku dengan Shinta terjadi secara kebetulan. Ketika itu aku sedang jalan-jalan sendiri di Blok M. Hari Sabtu siang itu sebenarnya aku ingin mencari sesuatu di Blok M. Apa yang kucari sekarang aku sudah lupa. Tiba tiba aku ditepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh ternyata, Adek dan Sari dan seorang lagi yang kelihatannya masih agak culun, maksudnya umurnya masih sangat belia. Dia memperkenalkan namanya Shinta. Kami berempat lalu ngopi-ngopi dan makan kue di salah satu Café di Pasar Raya. Shinta diojok-ojokkan ke aku. “ Kak ini Shinta katanya pengen kenal ama cowok yang umurnya jauh lebih tua, “ kata Sari.
“ Iya bener Shin,” tanya ku ke Shinta yang mereka dudukan di sebelahku.
“Ah kak Sari bisa aja,Shinta malu ah,” katanya.
“Kak, Shinta kasihan lho, dia udah tiga hari gak sekolah, ya itu gara-gara uang sekolahnya dia tilep, untuk jalan bareng temen-temennya, nonton kali ya Shin,” kata Sari.
“ Minta gih ama kak Agung, kalau Shinta pinter ngrayunya pasti dikasih,” kata Sari.
“Iya kak, Shinta gak boleh ikut ulangan umum, Ibu marah-marah waktu Shinta terus terang, dia katanya gak mau tau, Shinta mau sekolah ke, mau nggak ke,” kata Shinta.
“Lho kamu sekolah kelas berapa sih, satu sekolah ya sama Sari dan Adek,” tanyaku.
“ Kelas 2 kak, 2 smp , iya kak Sari dan kak Adek kakak kelas,” katanya.
“Berapa lama gak bayar sekolah,” tanyaku.
“ Ya ada sih 7 bulan,” katanya.
“ Yah lebih parah nih dari Adek,” kataku.
Aku minta izin mereka mau ke WC sebentar, yang kebetulan berada agak jauh di belakang tempatku duduk dan Shinta. Sebelum masuk WC aku mengasi kode ke Sari untuk datang. Lalu aku berlalu di balik tembok sebelum ke masuk ke pintu wc. Sari datang. “ Ada apa kak,” tanya.
“Shinta bisa gak,” tanyaku.
“ Ya bisalah kan ada lubangnya,” katanya.
“Ah ngaco kamu, coba kamu tanya dulu , kalau dia bisa aku bantu deh bayarin utangnya ke sekolah, “ tanyaku.
Sari kuminta jangan segera memanggil Shinta, tetapi menunggu sampai aku kembali duduk di meja.
Sari mengajak Shinta ke WC.
“ Aku belum kebelet kak,” kata Shinta.
“ Udah sini deh pokoknya,” Sari memaksa.
Terasa lama mereka pergi ke WC berdua. Sementara itu, aku menginterogasi Adek mengenai keluarga Shinta. Ternyata dia produk dari broken home, Ibunya ditinggal kawin oleh ayahnya. Menurut Adek, Shinta kelakuannya agak genit, kayaknya sih “ bisa” kata Adek.
Baru kami selesai berbicara mereka berdua datang. Dengan sembunyi-sembunyi Sari mengangkat jempolnya ke aku. Aku mengerti dan mengangguk-angguk.
“Shin kamu jalan ama Ka Agung ya, kita berdua masih mau cari baju nih, ntar minta Kak Agung aja beliin baju kamu,” kata Sari sembarangan.
“ Kak bagi duit dong buat beli kaus” pinta Sari tanpa tedeng aling-aling.
“ Gue juga dong,” kata Adek gak mau ketinggalan.
Aku terpaksa mengeluarkan uang jajan ke mereka yang taksiranku pada waktu itu bisa beli 3 kaus dan ongkos taksi pulang.
“ Tengkiu ya kak,” kata mereka serempak.
Kami pun bubar dan Shinta mengikutiku ke mobil.
Dalam antrian membayar parkir, aku tanyakan ke Shinta, mengenai apa yang dikatakan Sari kepadanya.
“ Kata kak Sari, kalau saya mau diajak ke motel ama kak Agung, nanti uang sekolah Shinta dilunasi ditambah uang jajan , gitu kak katanya,” kata Shinta polos.
“ Terus kamu terpaksa gak mau jalan ama kakak,” tanya ku.
“Gak juga ah, kakak cakep kok,” katanya setengah merayu.
Langsung kontolku mengeras mendengar jawaban Shinta.
Tanpa ragu lagi aku langsung mengarahkan ke Motel terdekat. Hanya perlu 15 menit mobilku sudah masuk ke garasi motel. Waktu itu jalan belum semacet sekarang. Kalau sekarang bisa lebih setengah jam.
Kugandeng Shinta masuk ke dalam kamar motel. Kami duduk di sofa dan aku mengambil dua botol minuman ringan dari kulkas yang tersedia di kamar motel. Ku buka tutupnya dan kuletakkan di depan sofa.
“Sini Shin kakak pangku,” kataku sambil menarik tangannya.
Shinta duduk dipangkuanku. Terasa bener anak ini masih kecil. Badannya ketika kupeluk terasa seperti memeluk anak-anak.
“Shinta jangan takut ya sama kakak, kan Shinta sendiri tadi yang mau,” kataku meyakinkan dirinya bahwa gadis kecil ini nanti akan kugarap.
Shinta hanya mengangguk.
Kuciumi tengkuknya. Dia kegelian.
Di punggung baju kulihat terdapat resleting, rok terusan.
“ Tenang ya Shin jangan takut kakak mau buka baju kamu,”
Shinta diam saja dan badannya terasa kaku. Resleting belakangnya aku buka perlahan lahan dengan menariknya kebawah, lalu aku meloloskan lengan kanan dan kirinya. Setelah itu Shinta kuminta berdiri sebentar untuk melepas rok terusannya itu . Dia kini tinggal bercelana dalam dan mini set.
Shinta kembali aku pangku dan kembali kuciumi tengkuk dan rambutnya, Kuputar tubuhnya sehingga posisinya seperti aku gendong. Kedua kakinya kunaikkan ke sofa agar bisa lurus tidak menjuntai kebawah. Aku ciumi keningnya, pipinya. Shinta diam dan kaku, matanya tertutup. Pelan-epen kukecup mulutnya dan aku mulai melahap mulutnya mengulum bibirnya . Shinta masih tidak bereaksi. Aku lepas sebentar. Shinta kuminta rileks dan membuka sedikit mulutnya. Dia mengikuti saranku dan badannya agak melemas. Mulutnya terbuka sedikit langsung aku lahap aku masukkan lidahku ke rongga mulutnya dan menggelitik lidahnya. Pelan-pelan Shinta mulai bereaksi, bibirya bergerak-gerak menyambut kulumanku, lidahnya ikut dia mainkan. Nafas Shinta mulai memburu dan detak jantungnya terdengar semakin cepat. Aku terus menciuminya. Ciuman kumenelusuri lehernya yang jenjang dan berbau wangi, lalu kembali mengecup mulutnya cukup lama.
Tanganku yang sedang nganggur merabai teteknya yang masih terbungkus mini set. Rasanya sembulannya masih kecil. Aku remas pelan-pelan sebelah kanan dan sebelah kiri. Tidak ada reaksi penolakan. Kedua tangan Shinta malah merangkul leherku dan menarik kepalaku agar lebih rapat. Dia mulai terpengaruh rangsanganku.
Tanganku berganti haluan menyusup dari arah bawah memasuki cembungan payudaranya. Terasa kenyal dan masih kecil. Berhasil menysup ke tetek kanan, lalu berpindah menyusup ke sebelah kiri. Kuremas-remas halus sambil memainkan putting kecilnya dengan memelintir-melintir. Besar putingnya tak beda dengan putting susuku, tapi terasa mengeras.
Kutarik sehingga dia agak tegak, lalu pelan-pelan kuangkat miniset melalui celah kepalanya. Aku belum berpengalaman membuka mini set. Terlihatlah tetek kecil dengan lingkaran kecil berwarna coklat. Aku menciumi kedua tetek kecil itu dan menghisap-hisap pentilnya. “ Kaaaakkk geli kaakk,” kataya melenguh.
Ku mengabaikannya dan terus menjilati kedua teteknya bergantian. Unik juga rasanya menjilati tetek kecil begini. Dagingnya masih sangat kenyal dan kencang. Tanganku beroperasi di daerah lain, membekap selangkangannya. Jari tengahku mencari-cari belahan memeknya. Setelah menemukan kutekan-tekan ke dalam lalu aku mencari posisi kelentitnya. Bagian itu lalu kutekan-tekan. Rabanku rupanya tepat. Shinta menggelinjang-gelinjang.
Aku penasaran terhadap memeknya . Tanganku ku telusupkan memasuki celana dalamnya. Tidak terasa ada jembut di situ, Aku merasa cembungan nonoknya dan langsung maju ke belahan memeknya. Kutekankan jari tengahku diantara lipatan memeknya. Jari tengahku berhasil menelusup. Terasa agak berlendir di bagian lubang vaginanya. Lendir di lubang vagina kubawa naik mengarah ke clitorisnya lalu aku gesek-gesek clitorisnya. Shinta menggelinjang ketika clitorisnya aku gesek. “ Buka ya,” kataku sambil menarik kebawah celana dalamnya.
Shinta sudah total bugil lalu kugendong ke tempat tidur. Dia kubaringkan telentang. Sementara itu aku melepas celana dan bajuku sampai aku pun bugil. Shinta berubah posisi jadi telungkup. Aku memandang tubuhnya dari belakang. Kelihatan tidak ada bedanya dengan tubuh anak-anak. Daging di bokongnya belum terlalu membengkak, pinggangnya juga masih lurus.
Aku menciumi tengkuknya. Shinta kegelian. Kesempatan itu aku gunakan untuk membalikkan badannya. Kelihatan tetek kecilnya hanya mencembung kecil di dadanya dengan putting kecil di selangkangannya menyembul gundukan kecil dengan belahan rapat. Aku kembali menciumi tetek kecil dan menjilati putingnya sambil tanganku membelai-belai belahan memek di bawahnya. Jari tengahku kupaksa menyelinap di jepitan memeknya, Agak susah, sehingga aku mendorong kedua kakinya melebar. Meskipun begitu belahan memeknya tidak terbuka, tetapi jari tengahku bisa menyelinap di jepitan memeknya. Aku kembali merasakan sensasi jepitan memek dan lendir di lubang vaginanya.
Aku berpikir sejenak, apakah mungkin anak sekecil ini diperawani, apa muat lubang vaginanya jika kuterobos. Apakah dia nanti tidak pingsan. Tapi nafsuku terus mendorongku untuk melanjutkan aksi, karena Shinta nyatanya sudah pasrah. Aku menciumi perutnya lalu pelan-pelan turun ke arah selangkangannya. Shinta pasrah saja ketika kakinya kulebarkan dan berada diantara kedua kakinya. Kedua kakinya kuangkat keatas, sehingga tereksposlah belahan memek Shinta yang berwarna merah. Aku memperhatikan lubang vaginanya, yang kelihatan sangat kecil. Kelihatannya jariku saja tidak muat dimasukkan ke situ.
Aku menjilati belahan memek itu mulai dari pinggir belahan kiri lalu sebelah kanannya. Shinta bergoyang-goyang menahan geli. Aku senang karena Shinta bukan tipe cewek yang pemalu, sehingga dia membiarkan saja aku mengangkangkan belahan memeknya. Hanya rasa geli saja yang menjadi kendala. Pelan-pelan kuturunkan kakinya setelah seluruh mulutku menangkup ke belahan memeknya. Jika di awalnya aku mengecup mulut atas, kini giliran mulut bawahnya aku kulum. Lidahku menjulur mengorek-ngorek belahan memeknya.
“Aduh geli banget kak,” kata Shinta.
Kegelian yang dirasakan shinta adalah hal yang wajar, yang dirasakan semua cewek, apalagi cewek yang masih dibawah umur gini, dimana nafsunya belum stabil bisa meningkat terus. Pada cewek dewasa yang sudah siap dibuahi dan disetubuhi biasanya mempunyai emosi nafsu yang stabil. Jika dia sudah melai terangsang, tidak terasa geli jika memeknya dijilati. Tapi kalau belum ada rangsangan dia tidak akan kuat menahan rasa geli.
Pada kasus Shinta, emosi dan nafsunya masih turun naik, sehingga aku harus menjaga agar nafsunya tidak turun terlalu jauh. Itulah makanya aku tidak boleh langsung menyerbu bagian clitorisnya. Bisa melompat dia jika clitorisnya terkena sapuan lidahku.
Sambil menjilati sekitar lubang vaginanya aku terus mengikuti perkembangan nafsu Shinta. Aku mencoba lidahku menelusuri bagian atas clitorisnya. Dia agak menggelinjang tetapi kemudian diam. Batang clitoris di pertemuan bibir luar memeknya aku tekan-tekan dengan lidah lalu pelan-pelanmenelusur kebawah. Menjelang lipatan bibir bawah dibmana Clitoris bertengger, lidahku menyerang sisi kiri dan kanannya tanpa menyentuh ujung clitoris. Shinta mulai stabil pada rangsangannya. Aku mencoba menyentuh ujung clitorisnya dengan bagian bawah lidahku. Dia agak terjungkat sedikit. Aku mulai melakukan gerakan lidah menyapu bagian ujung clitorisnya dengan gerakan kekiri-kekanan.
Shinta sudah tidak merasa geli lagi, Dia malah merintih-rintih. Serangan aku tingkatkan dengan ujung lidahku menyapu ujung clitorisnya. Bagian ini adalah bagian yang paling sensitif. Dia bagaikan ujung penis anak-anak yang belum terbuka kulupnya, jika tersentuh bisa terasa ngilu. Namun jika terbius rangsangan, bagian ujung itil ini merupakan bagian yang paling mendatang nikmat. Shinta melonjak-lonjak tidak mampu menahan kenikmatan ujung clitorisnya dijilati. “ Adduuuuhhhhh kaaakkk enak bangettt kakkk aduuuuuuhhhh,” lalu diikut gerakan mengejang di seluruh tubuhnya termasuk kedua kakinya secara spontan menjepit kepalaku. Memeknya berdenyut berkali-kali.
Selesai denyutan orgasmenya aku berpindah mencium mulutnya dengan mulutku yang masih belepotan lendir memeknya. Shinta mungkin tidak menyadari itu, dia sambut mulutku dan dilumatnya mulutku dengan ganas.
Setelah semua reda. Aku bertanya kepada Shinta, mengenai sensasi rasa yang baru dia alami. “ Enak gimana gitu bingung rasanya,” katanya
Dia mengaku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini.
Aku menjelaskan bahwa secara tahapan, vaginanya sudah siap untuk dimasuki penis. Aku minta agar Shinta jangan tegang dan sebaiknya rileks saja. Memang ada rasa sakit sedikit, tetapi kalau ditahan, lama-lama bisa berubah nikmat.
Aku mengoles-oleskan ujung penisku dan mencoba menekankan ke bagian lubang vaginanya. Sulit sekali rasana hanya untuk memasukkan kepala penisku, Daging di sekitar kiri dan kanan memeknya seperti nya ikut masuk. Aku meludah di tanganku lalu dengan ludah itu kuoleskan kepala penisku dan lubang memeknya. Kucoba lagi, lumayan ada kemajuan. Daging di kiri kanan memeknya, tidak ikut masuk. Kepala penisku bisa sedikit terbenam di belahan memeknya. Shinta mengatakan memeknya sakit di tusuk penisku. Aku memintanya menahan sakit itu sebentar. Aku menekan lagi meski licin, tetapi masih sangat susah karena bekali-kali Shinta menarik tubuhnya. Aku tidak berputus asa terus melakukan penetrasi sampai akhirnya berhasil juga kepala penisku terpeleset masuk ke lubang vaginanya. Sampai tahap itu aku tidak bisa menahan gelombang ejakulasiku. Sehingga menyemprotlah air maniku memenuhi lubang vaginanya. Aku lemas dan gagal menerobos masuk.
Aku berbaring di samping Shinta sementara memeknya penuh dengan cairan maniku sampai meleleh ke sprei tempat tidur.
Aku berusaha membangkitkan kembali penisku agar segera menegang. Aku minta tangan kecil Shinta mengocok penisku. Hasilnya lumayan penisku mau dibangunkan kembali dalam waktu tidak terlalu lama. Aku mencoba untuk kedua kalinya melesakkan penisku masuk ke dalam memek Shinta yang super sempit ini. Dengan bantuan ludah aku melicinkan jalan masuk. Ludahku bercampur sperma yang masih tertinggal di sekitar mulut vagina melicinkan jalan sehingga kepala penisku kembali bisa masuk. Merasa aku sudah tepat posisinya, aku menekan sedikit demi sedikit. Shinta terus menarik badannya ke atas sampai akhirnya mentok di kepala tempat tidur. Di situlah aku mulai bisa terus menekan. Aku melakukan penerobosan tidak semata-mata mengandalkan tekanan di penisku, tetapi mengkombinasikan dengan menegangkan dan melemaskan kekerasan penisku. Lumayan juga hasilnya, karena penisku bisa maju sedikit demi sedikit, sampai akhirnya terbentur selaput daranya. Aku tidak berani menarik penisku karena kuatir nanti susah lagi untuk mencapai posisi yang sekarang. Air mata Shinta sudah meleleh di ujung-ujung matanya. Aku terus melakukan gerakan kombinasi sampai akhirnya berhasil menjebol pertahanan memeknya. Merasa tidak ada halangan ketika penisku kutekan terus bisa masuk lebih dalam dan semakin dalam sampai akhirnya terbenam seluruhnya. Aku berdiam agak lama pada posisi seperti ini. Pertahananku masih cukup bagus. Maksudnya belum ada desakan air maniku akan keluar.
Rasa sempit luar biasa mencekam penisku, sampai terasa agak sakit juga. Aku lalu menarik pelan-pelan dan mendorong lagi pelan. Shinta menjerit lirih kesakitan. Aku terus memompa sampai akhirnya seluruh bagian dalam memeknya licin. Penisku secara dijepit keras sekali meskipun sudah bisa maju mundur. Gerakanku masih terus berhati-hati dan pelan. Tusukanku mungkin sudah lebih dari 30 kali bahkan sampai 50 kali. Shinta kelihatannya sudah pasrah atau mungkin juga rasa perihnya agak berkurang, sehingga dia pasrah dan diam saja aku genjot. Penisku yang dicekam keras tidak mampu menahan gelombang ejakulasi. Aku melampiaskannya di dalam memek Shinta sehingga sampai tumpah keluar. Aku menunggu agak lama sampai penisku benar-benar menciut baru kukeluarkan dari lubang memek Shinta. Agak banyakdarah di sekitar penisku demikian juga di memek Shinta. Kuperiksa lubang bekas hunjaman penisku terlihat masih menganga. Bagian dalamnya merah terang. Aku memeluk Shinta yang menangis. Akumenciumi mulutnya sampai akhirnya tangisnya mereda.
“Sorry ya Shin, kalau gua menyakiti kamu,” kataku.
Shinta mengangguk lemah.
Aku dan Shinta beristirahat cukup lama. Bahkan aku sempat tertidur sebentar. Membayangkan di sebelahku ada cewek cantik di bawah umur yang baru tumbuh dengan muka ayu, nafsuku bangkit kembali. Penisku perlahan-lahan mulai mengeras lagi. Aku kembali mengangkangkan kedua kakinya dan tetap dengan bantuan ludah aku melumuri ujung penisku untuk membantu pelumasan penisku masuk kedalam lubang sempit memek Shinta.
Meskipun masih sering terpeleset, penisku relatif agak mudah menghunjam ke lubang memeknya. Aku tidak berani bertindak kasar. Penisku kudorong pelan-pelan sampai akhirnya masuk semua. Aku mulai mengocok maju mundur. Liang vagina shinta sudah terasa bisa menerima penisku. Sehingga penisku tidak merasa sakit lagi seperti tadi. Mungkin air maniku yang bercampur dengan lendir kewanitaan shinta membuat liangnya menjadi semakin licin. Meskilicin, tetapi tetap msih sempit.
Aku terus menghunjam-hunjamkan senjataku sampai lebih dari 15 menit. Shinta kelihatannya tidak merasa sakit lagi, kalaupun merasa sakit mungkin hanya sedikit. Aku agak leluasa melakukan gerakan agak cepat sampai akhirnya aku melepaskan muatanku dengan menghunjam dalam-dalam ke memek Shinta.
Aku rasa permainan hari ini dicukupkan. Mudah-mudahan Shinta tidak terluka serius. Kucoba dia untuk berjalan. Jalannya masih agak ngangkang ketika kukoreksi akhirnya dia bisa berjalan normal. Aku lalu memandikannya di kamar mandi sekaligus membersihkan memeknya dari darah dan bekas air maniku. Kusuruh dia kencing sambil berjongkok. Air kencingnya agak tertahan-tahan karena katanya masih agak perih.
Aku bersihkan kembali seputar memeknya lalu kukeringkan badannya. Stelah dia berpakaian lengkap, kuminta di berjalan-jalan mengitari kamar, sampai jalannya normal.
Shinta kuberi uang sejumlah yang aku berikan kepada temannya ketika kuperawani. Dia terheran-heran melihat uang sebanyak ini. Aku minta dia merahasiakan uang itu dari orang tuanya. “Besok langsung bayarkan ke sekolah, “kataku.
Sejumlah iang itu membuat Shinta sejenak melupakan rasa sakitnya. Dia kulepas agak jauh dari rumahnya sekitar 100 m dia harus berjalan. Aku memperhatikan jalannya. Terlihat dia bisa berjalan normal.
Sekarang ada 4 cewek yang bisa kukencani setiap waktu, Semuanya masih ABG. Pengalamanku mematahkan mitos yang selama ini kuyakini kebenarannya. Mitos itu mengatakan, bahwa seorang wanita akan mempertahankan keperawanannya sampai dia menikah. Kalaupun dia melepas keperawanannya maka itu diberikan hanya kepada pacarnya yang menjanjikan kelak akan mengawini. Cewek ABG 4 orang yang kuperawani baru-baru ini tidak menuntut apa-apa, kecuali diberi imbalan uang. Kelihatannya jumlahnya juga tidak relatif besar. Sebelum ini menurut berita dan kata orang, harga keperawanan itu sangat mahal bahkan sampai puluhan juta. Nyatanya tidak semahal itu. Bahkan kalau aku mau melayani, banyak cewek-cewek ABG yang bersedia kutelanjangi dan kucumbu, hanya untuk imbalan yang tidak seberapa. Mereka umumnya belum pernah pacaran bahkan belum pernah disentuh laki-laki. Jadi dibalik keluguan dan kepolosan anak-anak tingkat SMP, sebenarnya ada juga dorongan dan keberanian untuk coba-coba bercumbu untuk tujuan mendapatkan uang. Isi didalam kehidupan mereka sebenarnya tidak selugu kelihatannya. Jadi para orang tua perlu mencurigai jika tiba-tiba anak perempuannya berduit, melebihi uang jajan yang diberikan kepadanya.
Aku agak kewalahan juga memenuhi keinginan ABG-ABG asuhanku. Para stok lama aku hindari untuk sering bertemu alias “main” dengan mereka.
Akhir-akhir ini aku hanya memenuhi permintaan ingin bertemu dari Shinta, koleksiku yang paling imut. Lubang memeknya sekarang sudah lancar dan dia mampu mencapai orgasme dalam persetubuhan. Sudah lebih 15 kali aku bertemu dengan Shinta. Kecil-kecil, Shinta berani berinisiatif menelponku bahkan mengatakan kepengen aku gauli. Aku mendengar di telepon, permintaannya ingin digauli, yang dalam bahasanya dia menyebut “pengen main” membuat penisku langsung tegang.
Namun terakhir dia sudah 3 kali menghubungiku untuk berkencan, aku tolak, karena sedang jenuh dan juga keuangan menipis. Meski begitu dia tidak putus asa. Dia tetap menghubungiku, bahkan kali ini dia berjanji memperkenalkan teman sekolahnya yang kata dia cantik dan putih. Pada waktu itu aku lagi benar-benar kering, alias tongpes. Jadi kujanjikan ketemunya setelah proyekku dari side job goal. Paling tidak aku mengantongi uang yang lumayanlah untuk berselancar.
Dasar Shinta memang cewek yang gigih, dia kemudian menghubungiku lagi. Kali ini aku tidak bisa menolak. Kami janjian ketemu makan siang di Blok M. Jam 1 siang aku sudah stand by di tempat yang dijanjikan. Setengah jam kemudian baru muncul Shinta bergandengan dengan seorang cewek yang tubuhnya lebih tinggi dan memang benar wajahnya cantik dan kulitnya putih. Sambil jalan aku berkenalan dia mengaku bernama Niken. Shinta lebih banyak berbicara ketika kami sedang menyantap makanan fast food. Sementara Niken kelihatannya belum bisa menyingkirkan rasa malunya.
Makan siang di gerai fast food, sebetulnya kurang kusukai, tetapi demi anak-anak ABG gini aku terpaksa membawa mereka kesana. Jujur saja aku lebih puas menyantap masakan padang, apalagi untuk makan siang. Tapi rasanya kurang gaul kalau membawa ABG ke restoran padang untuk bercengkerama. “Ayo dong kak jalan,” ajak Shinta.
“ Jalan kemana,” tanyaku.
“ Biasaaaa kak.” kata Shinta.
“Terus gimana,” tanyaku.
“Sebetulnya yang pengen jalan, nih dia nih, tapi gak berani jalan sendirian, minta gua temani, ya udahlah kak gak apa-apa, kita bedua kompakan, kok,” kata Shinta.
Aku sebenarnya masih agak bimbang, tetapi untuk bertanya terus terang apakah masuk motel dengan mereka berdua tidak masalah.
Dari pada bingung aku langsung saja menuju motel yang biasa kugunakan. Kami bertiga masuk kamar. Aku tidak tahu harus berbuat apa dengan mereka berdua. Apakah aku boleh bercumbu dengan Shinta di depan Niken, atau sebaliknya. Tapi apa Niken memang tahu bahwa tujuan ke motel ini berarti dia menyerahkan diri untuk aku cumbui, itu minimal atau maksimalnya aku setubuhi.
Terus terang aku agak gamang juga terhadap Niken. Dia kelihatan sangat cantik, agak pendiam, pemalu dan kayaknya belum tentu mau aku cumbui.
Aku baru tahu jawabannya setelah Shinta menarik tanganku ke arah kamar mandi. Shinta mengatakan, bahwa Niken pengen punya duit seperti Shinta juga. Dia mau bantu ibunya yang single parent membayar kontrakan, karena sudah nunggak lama.
Sebetulnya melihat sosok Niken aku rela membantu begitu saja, tanpa minta imbalan apa-apa. Sebab aku lihat Niken adalah sosok remaja yang sopan, kesannya jauh dari mesum dan terlihat juga anggun, meski dia masih muda.
Tapi kalau aku kasih uang begitu saja, bisa-bisa Shinta ngamuk, karena tentunya aku bertindak tidak adil. Aku memahami kesulitan Niken, tetapi rasanya kalau aku harus membujuknya untuk mau kucumbui apalagi kutelanjangi, aku merasa tidak percaya diri.
Shinta kusuruh keluar kamar mandi duluan, menemani Niken yang bingung sendirian di kamar motel. Aku mengeluarkan uang dari dompetku sejumlah yang sama jika aku memerawani cewek-cewekku.
Tanpa dibungkus amplop, karena memang tidak ada amplop aku langsung serahkan ke Niken. Dia terperanjat menerima uang itu. Sikapnya seperti serba salah antara mau menolak tapi juga menginginkan. “ Untuk apa ini kak kok banyak sekali, “ katanya.
“ Ya untuk kamu, tadi Shinta cerita kalau kamu butuh uang,” kataku.
“ Tapi ini banyak bener kak,” katanya. Entah dia basa-basi atau memang belum pernah menerima uang sebanyak itu.
“Udah gih sana, “kata Shinta lalu dia bangkit masuk kekamar mandi dan menutup pintunya.
“ Kak saya harus ngapain kak,” tanya Niken.
“ Ya terserah kamulah,” jawabku juga bingung mau ngomong gimana lagi.
Aku lalu tanyakan apakah Shinta pernah bercerita mengenai apa yang dia lakukan bersamaku.
“Semua dia ceritakan, malah setiap kali pergi ama kakak, pulangnya dia sering traktir,” katanya.
“Shinta juga cerita kalau perawannya dikasihkan ke kakak,” katanya.
“ Lha kamu gimana,” tanyaku.
“Ya kayak Shinta juga nggak apa-apa sih,” katanya.
“ Bener kamu berani, gak malu, sakit lho, Shinta apa gak cerita kalau dia kesakitan,” tanyaku terus mendesak.
“Tanggunglah udah disini kok dan udah dikasih duit ama kakak, gimana nanti aja kak. Kalau sakit ya ditahan, kan Shinta aja bisa nahan,” katanya.
“ Shinta sih orangnya gak pemalu, kamu apa gak malu sama saya,” tanyaku.
“ Biarin deh,” katanya.
Setelah aku yakin bahwa dia tidak terpaksa, dan mengerti risiko yang akan diterimanya aku menantangnya.
“ Kalau gak malu buka dong semua bajunya ,” kataku sambil tetap duduk di sofa.
“Disini kak,” tanyanya.
Aku mengangguk. Dia lalu berdiri membelakangiku dan melepas satu persatu bajunya, sampai tinggal BH dan celana dalamnya.
Aku menyaksikan pemandangan body yang putih bersih tanpa cacat. BHnya dia lepas pelan-pelan dengan membuka kaitannya dibagian belakang lalu dia letakkan di meja. Setelah itu celana dalamnya diturunkan dan dibiarkan begitu saja dilantai. Niken selanjutnya hanya berdiam sambil tetap membelakangiku. Aku melihat bongkahan pantatnya yang sangat menggairahkan karena menonjol kebelakang.
“Balik dong,” kataku setelah menunggu agak lama dia diam mematung.
Niken berbalik kedua tangannya menutup dadanya dan kemaluannya.
“ Lho katanya berani malu, kok masih ditutupi,” kataku.
Tangannya lalu dilepas. Dia berdiri mematung dihadapanku. Teteknya belum begitu besar, tetapi lumayanlah untuk anak seusianya. Jembutnya juga baru meremang sedikit di sekitar lipatan kemaluannya.
Aku memanggilnya mendekat dan dia kuminta duduk dipangkuanku berhadapan. Aku memperhatikan kedua teteknya yang mengkal dengan puting kecil berwarna merah muda disekitar putingnya.
“Sekarang bukain dong baju kakak semuanya,” pintaku.
Dia berdiri dan memulai membuka kancing bajuku, lalu kaus dalamku, selanjutnya resleting celanaku lalu memelorotkan celana luar sekalian dengan celana dalamnya. Senjataku terlepas dari kekangan sehingga langsung mencuat.
Aku meminta dia duduk di pangkuanku dengan posisi berhadapan. Niken pasrah menuruti semua kemauanku. Aku menciumi keningnya, rambutnya dan menariknya dalam pelukanku erat-erat. Terasa debaran jantungnya detaknya kuat sekali. Aku mengelus-elus pungungnya, sementara penisku yang tegak ke atas ditekan oleh bagian depan kemaluannya.
Ku renggangkan kepalanya lalu kucium pipinya telinganya dagunya dan sekitar lehernya. Ciumanku merambat naik lagi lalu aku mengecup mulutnya. Dia masih kaku dan terlihat bahwa belum punya pengalaman dicium begini. Aku terus menyerang dengan ciuman dan dengan lidahku kupaksa dia membuka sedikit mulutnya. Dia mengikuti kemauanku dan mulai melakukan balasan dengan gerakan mulutnya. Lidahnya juga menanggapi lidahku yang masuk ke mulutnya. Ciumanku merambat ke lehernya. Niken mendongakkan kepalanya, aku mulai mengarah ke kedua pentil teteknya, tetapi sulit mencapainya. Niken kuangkat agar dia berdiri pada lututnya . Kedua kakiku rapat berada diantara kedua kakinya yang mengangkang. Posisinya sekarang tepat, sehingga aku leluasa menjilati kedua putingnya. Dia mulai mendesah-desah karena rangsangan di kedua putingnya. Niken lalu kuminta berdiri membungkuk dengan kedua tangannya bertopang pada sandaran sofa. Wajahku kudekatkan ke kemaluannya dan dengan sapuan lembut aku menjilat belahan memeknya. Dia menggelinjang. Kedua tanganku memegang pinggulnya untuk mengatur posisi memeknya. Aku terus menjilati belahan memeknya dengan sapuan lidah dari bawah ke atas. Terasa sedikit bau pesing, tapi aku tidak peduli. Setiap kali itilnya tersentuh lidahku, dia menggelinjang. Posisi oral seperti ini melelahkan, baik untukku maupun bagi Niken. Aku mengajaknya dia duduk bersimpuh dengan lutut dilipat. Kuangkat sedikit tubuhnya dan aku duduk agak melorot. Maksudnya agar penisku bisa tepat dibawah lubang kemalauannya. Kupegangi penisku agar tegak lalu Niken kuminta merendahkan badannya. Penisku bertemu dengan lipatan memeknya. Niken menahan badannya agar tidak turun lagi. Aku menguak lipatan memeknya untuk memastikan letak yang tepat bagi kepala penisku di depan lubang vaginanya. Kepala penisku tepat berada di depan lubang vaginanya, tetapi ketika badannya lebih direndahkan, terasa penisku terhambat masuk. Kelihatannya pelumasannya masih kurang aku menampung ludah di tanganku untuk melumuri kepala penisku dan seluruh permukaan vagina. Penisku bisa tepat dilubang vagina. Niken merendahkan badannya sambil meringis menahan rasa sakit. Aku merasa kepala kemaluanku terus melesak ke dalam. Tiba-tiba Niken berhenti. Dia mengatakan memeknya perih. Kedua tanganku yang memegangi pinggangnya mengarahkan agar badannya dinaikkan sedikit. Kemauanku diikutinya, lalu aku menariknya lagi agar dia merendah. Niken menahan gerakan turun. Semua proses itu bisa aku lihat langsung. Aku tidak bisa memaksa mendorong masuk penisku karena jika aku dorong, Niken menaikkan badannya. Untung aku menyimpan senjata rahasia, yang sudah kusiapkan , yaitu sebatang bulu ayam. Aku katakan kepada Niken, dengan bulu ayam ini rasa sakit di kemaluan bisa hilang. Dia terheran-heran, bagaimana bisa bulu ayam meredakan rasa sakit. Dia kuminta mengilik hidungnya dengan bulu ayam, karena aku berbohong dengan mengatakan bahwa simpul rasa sakit itu ada di hidung. Jadi jika lubang hidung dikilik oleh bulu ayam, maka rasa sakitnya akan hilang. Niken penasaran dan mau mencoba . Dia mengilik bulu ayam ke hidungnya. Baru beberapa saat dia terlihat sudah geli dan terangsang akan bersin. Aku sudah bersiap-siap. Saat dia bersin, aku menarik tubuhnya kuat-kuat. Kebetulan gerakan bersin Niken menurunkan badannya, sehingga dengan kontra gerakanku, penisku langsung tertancap dalam-dalam di kemaluannya. Aku memang harus menerima risiko disembur bersinnya Niken, Tapi tidak masalah, karena hasilnya selaput perawannya bisa aku tembus. “Aduh perih kak,” rintihnya. Aku menahan sejenak penisku tenggelam di dalam lubang memeknya. Setelah itu badannya kuangkat keatas pelan-pelan. Terlihat darah segar meleleh di batang penisku. Darahnya agak banyak, berarti selaput daranya cukup tebal dan hampir menutupi seluruh lubang vaginanya.
Selagi aku asyik menaik-turunkan tubuh Niken, Shinta keluar dari kamar mandi. “ Nah lho pada ngapain,” katanya mengejutkan kami. Niken tampaknya lebih terkejut. Shinta kuminta duduk di sebelahku tapi dia kusuruh membuka bajunya semua, agar telanjang sama seperti kami.
Shinta menurutinya dan duduk disampingku. “ Sakit ya ,” tanya Shinta ke Niken.
“Banget,” kata Niken.
“Gua juga dulu sakit, tapi lama-lama enak banget tau,” kata Shinta.
“ Gak kebayang enaknya gimana, yang jelas ini perih,” kata Niken sambil mengikuti gerakanku memaju mundurkan penisku di dalam lubang vaginanya.
Aku cukup lama berhubungan dengan Niken di persenggamaan perdananya . Posisiku tetap bertahan duduk bersandar di sofa dan berada di bawah Niken. Menjelang aku ejakulasi kuangkat tubuhnya dan aku menangkap penisku yang memerah darah dan mengocoknya sampai akhirnya spermanya muncrat di atas perutku sendiri.
“ Udah ya kak, “ tanya Niken.
Aku mengangguk dan seperti orang terkapar di sofa. Sekitar 10 menit aku menunggu tenagaku pulih lagi baru berdiri dan menuju kamar mandi. Sebelumnya Shinta membimbing Niken ke kamar mandi membersihkan memeknya dari percikan darah perawannya. Dari kamar mandi mereka langsung duduk di tempat tidur.
Aku berbaring dan mengajak mereka berbaring disamping kiri dan kananku. Kami bertiga dalam keadaan telanjang. Sambil berbaring begitu, tangan Shinta meremas-remas penisku yang masih lemas karena baru selesai bertempur. Shinta bangkit dan duduk disampingku lalu merendahkan kepalanya dan mengulum-ngulum penisku yang lembek.
Harus kuakui teknik oral sangat dikuasai dengan baik oleh Shinta, Dia tidak hanya menghisap-hisap penisku tetapi menjilati sekujur kantung zakar sampai ke dekat lubang anus. Niken memperhatikan yang dilakukan Shinta. Kedua mata mereka bertatapan lalu Shinta mengajak Niken melakukan apa yang dia lakukan. Niken bangkit menuruti Shinta setelah aku juga mendorongnya. Shinta menjadi instruktur Niken dalam hal mengulum dan menjilati kemaluanku. Dia masih kaku, tetapi untuk pemula sudah cukup lumayan juga. Penisku bergantian dikulum oleh kedua anak ABG.
Menyaksikan pemandangan penisku dikerubuti dua ABG membuat sensasi yang menggairahkan. Pelan-pelan penisku mulai memuai. Kutarik kedua agar berbaring. Aku mengangkangkan kedua kaki Niken dan langsung mengoral kemaluannya. Niken menggeliat-geliat menahan rasa geli. Tetapi aku mengabaikannya sampai akhirnya Niken pasrah memeknya aku oral. Dia mulai terangsang karena terasa lendirnya makin banyak di lubang kemaluannya. Aku terus menyerang clitorisnya sampai akhirnya Niken mencapai orgasme. Setelah itu aku menggarap Niken dan memasukkan penisku ke memeknya. Terasa agak seret tetapi pelan-pelan memeknya bisa menerima penisku sampai seluruhya tenggelam. Aku terus menggenjotnya. Cukup lama aku menyetubuhi Niken sampai aku akhirnya menarik penisku dan memuntahkan laharnya di perut Niken.
Aku langsung berbaring. Shinta dengan sigap mengambil handuk dan membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan mani. Dia juga membersihkan ceceran mani di perut Niken. Aku jatuh tertidur cukup lama.
Terasa geli di bagian kemaluanku sehingga akhirnya aku bangun. Ternyata Shinta sedang merangsangku dengan mengulum dan menjilati penisku. Setelah penisku mengeras, Shinta langsung menancapkan ke memeknya dan dia mulai bekerja naik turun dan maju mundur diatas badanku. Dia berusaha mencapai orgasme sehingga gerakannya makin liar. Niken terus memperhatikan polah Shinta, sampai akhir Shinta mencapai orgasme dan ambruk ke pelukanku. Merasa permainan tanggung aku membalikkan posisi dan menindih Shinta lalu menghajarnya cukup lama sampai aku mencapai orgasme juga. Aku menarik penisku keluar dan melepas maniku di perut Shinta.
Tiga ronde yang cukup melelahkan. Setelah tenagaku pulih aku mengajak mereka berdua mandi bersama.
Sebelum meninggalkan kamar aku tidak lupa menyelipkan uang ke Shinta yang diterimanya dengan suka cita.
Sejak itu berkali-kali kemudian Niken dan Shinta selalu berdua main bersamaku.
Sudah 5 ABG koleksiku. Aku serasa memiliki 5 istri yang siap kuterkam kapanpun. Kendalanya adalah masalah keuangan, sehingga aku menjarangkan berkencan dengan mereka.
Ada saja akal mereka untuk bertemu denganku. Berikutnya Shinta menyodorkan temannya bernama Sarah yang usianya diatas dia atau seusia Niken yakni 15 tahun. Aku tidak usah menguraikan cerita detil lagi soal menggarap keperawanan Sarah, karena nyaris sama dan pasti akan membosankan embacanya. Kemudian Lia menyodorkan Merry yang seusia Shinta. Aku juga mendapatkan keperawanannya.
Semua akhirnya lubang memek mereka tidak sulit lagi aku terobos, dan mereka tidak lagi kesakitan. Baru kemudian aku ketahui bahwa umur Shinta belum genap 13 tahun begitu juga Merry. Yang lebih mengejutkan Niken ternyata adalah kakak kandung Shinta dan Merry adik kandung Lia.
Aku bingung mengikuti jalan pikiran mereka , ada adik yang menjerumuskan kakaknya dan ada juga kakak yang menjerumuskan adiknya. Entah mengapa ketujuh ABG koleksiku itu menjadi akrab satu sama lain, mereka bersahabat erat.
Beberapa dari mereka bahkan pernah aku ajak menginap di hotel di Jakarta dan juga di Bandung. Ternyata mereka cukup bebas bisa menginap. Menurut anak-anak itu mereka berpamitan ke orang tuanya menginap di rumah teman mengerjakan tugas sekolah. Entah benar entah tidak aku tidak harus menyelidiki kebenarannya, karena tidak ada gunanya juga.
Kami sering janjian makan malam bersama dengan mereka bertujuh. Pertemuan kami selanjutnya tidak selalu berujung persetubuhan. Sering pula aku mengajak mereka ke Dufan. Aku jadi seperti guru yang sedang mengajak murid-muridnya berdarmawisata.
Hubungan aku dengan masing-masing anak itu cukup akrab dan diantara mereka juga tidak ada rasa cemburu, karena aku memperlakukan mereka sama.
Menjelang akhir tahun muncul gagasan di otakku untuk merayakannya bersama ke tujuh anak itu. Aku ingin merasakan sensasi bercumbu dengan mereka bertujuh sekaligus. Mereka menyambut dengan sangat senang dan mengatakan bisa mendapat izin untuk menginap dari orang tuanya. Aku minta mereka untuk menginap 2 malam, agar aku benar-benar puas.
Tempat yang kupilih adalah Putri Duyung Cottage di Ancol, karena tempat itu romantis dan perayaan pergantian tahun di Ancol sangat meriah. Mereka setuju dan semuanya berhasil mendapat izin menginap 2 malam.
Aku memesan cottage yang terbesar. Harganya lumayan mahal, tetapi aku sudah memperhitungkan dengan kemampuan keuanganku. Kami bergerak menuju Ancol, tanggal 31 siang. Sebelumnya kami sudah membekali berbagai makanan kecil dan minuman ringan. Selesai kami makan siang langsung menuju Ancol. Kami menempati cottage dengan 2 lantai. Ruangannya lumayan lega untuk menampung kami berdelapan.
Aku hanya duduk menyaksikan tayangan televisi, sementara mereka berkeliaran menikmati berbagai fasilitas yang ada disitu. Jam 5 sore mereka sudah mulai kembali dan berkumpul lagi.
Aku meminta mereka agar selama di dalam cottage untuk menanggalkan semua baju, alias nudist. Mulanya ada yang protes karena ACnya dingin. Aku menaikkan suhu sehingga nyaman untuk tubuh telanjang. Keinginanku akhirnya bisa mereka terima. Kami mulai membuka baju masing masing dan melipatnya .
Lucu juga melihat kumpulan cewek-cewek ABG berkeliaran semua dalam keadaan telanjang. Modelnya bermacam-macam, ada yang teteknya gede, ada yang baru tumbuh, ada yang putih bersih, tapi ada juga yang sawo matang, ada yang jembutnya sudah lebat, ada yang masih gundul. Wah pemandangan sangat mengasyikkan. Sementara itu aku merasa seperti raja minyak dengan 7 selir yang siap kutarik dan kusenggamai.
Mereka memang pada awalnya malu-malu. Aku tidak tahu apa dasar mereka malu bertelanjang. Semua memek mereka toh sudah aku lihat malah sudah aku jilatin habis, kalau malu kepada temannya juga tidak logis, karena sesama perempuan harusnya kan tidak malu.
Namun lama-lama mereka jadi terbiasa dan bercanda berlarian-larian cekikikan dan kadang-kadang menjerit-jerit khas perempuan ABG. Aku mendatangi mereka satu persatu lalu kupeluk kucium mesra bibirnya dan kuremas-remas payudaranya dan ku rogoh memeknya. Lalu berjalan lagi menarik yang lain begitu seterusnya sampai semuanya mendapat giliran. Suasana mulai cair dan tidak ada lagi rasa malu. Seharusnya aku yang malu karena berjalan dengan penis mengacung ke depan. Artinya ketahuan banget nafsunya. Tapi aku harus mengabaikan kondisi ini.
Mereka cekikikan melihat temannya aku cumbuin. Tapi ada juga yang iseng, sementara aku mencumbu temannya ada saja yang meraih penisku dan mengulumnya lalu melepas dan ketawa cekikikan. Asyik bener rasanya game kali ini. Mungkin kenikmatannya tidak didapat dari hubungan sex, tetapi kenikmatan didapat dari sensasi bersama 7 wanita bugil.
Dari mencumbu mereka akhirnya aku melakukan aksi yang lebih berani menyetubuhi mereka di depan teman-temannya. Aku tidak menyetubuhi secara sungguh-sungguh, karena patner yang kutarik aku minta merunduk dan dari belakang kusodok memek mereka. Lalu yang lainnya kuminta melakukan posisi yang sama berjajar. Seterusnya aku berpindah-pindah menancapkan penisku dari belakang ke memek mereka semua bergantian. Memang tidak ada kenikmatan bersetubuh secara maraton begini, tapi aku hanya menikmati sensasinya. Selanjutnya mereka kuminta duduk berjajar di sofa lalu melipat kakinya dan mengangkang. Aku kembali menancapkan penisku dan memompa sebentar lalu berpindah ke memek lain begitu seterusnya sampai semua dapat kunikmati. Menjelang orgasmeku datang aku agak lama menyetubuhi yang sedang mendapat giliran. Aku tidak berani lagi melepas maniku di dalam memek mereka, karena kuatir risiko hamil.
Setiap penisku menegang aku menarik salah satu dari mereka untuk kusetubuhi lalu aku berpindah lagi kelainnya begitu terus sampai akhirnya muncrat lagi.
Aku mengumumkan satu game yang akan kami mainkan nanti malam setelah selesai acara pergantian tahun. Game itu adalah, siapa cewek yang berhasil mencapai orgasme ketika berhubungan denganku dia akan mendapat hadiah uang yang lumyan besar pada waktu itu. Mereka tidak boleh berpura-pura mencapai orgasme karena aku mengetahuinya dari denyutan memeknya. Mereka tertarik oleh hadiahnya sehingga semuanya mau ikut bertanding. Oleh karena itu aku minta mereka istirahat dulu tidur, agar nanti malam tidak ngantuk.
Menjelang waktu pergantian tahun kami jalan-jalan keliling menyaksikan keramaian dan pesta kembang api. Kami kembali ke penginapan lalu membersihkan diri dan telanjang lagi.
Aku mengumumkan game dimulai. Aku berbaring di kasur dengan penis yang sudah menegang. Mereka bebas siapa yang akan mengawali. Ade tunjuk tangan menjadi yang pertama, tapi katanya dia minta waktu dulu. Dia berbaring di sampingku lalu melakukan masturbasi. Cukup lama aku menunggu sampai akhirnya dia orgasme. Setelah itu dia buru-buru menancapkan memeknya ke penisku yang sudah tegak sedari tadi. Ade memainkan posisi yang dia sukai sambil terus menggenjot. Dia berhasil mendapatkan orgasmenya dan aku memang merasa denyutan memeknya. Aku umumkan bahwa Ade berhasil, berikutnya rupanya Sarah sudah bermasturbasi di sebelahku, sesaat dia mencapai orgasme dia langsung melompat ke atasku dan menggenjot. Dia juga cepat mendapatkan orgasmenya dan aku menyatakan orgasmenya sah. Kulihat yang lain sedang sibuk melakukan masturbasi. Begitu ada yang mencapai orgasme mereka langsung melompat menaikiku. Ternyata semua mereka berhasil mencapai orgasmenya, sehingga aku terpaksa membayar hadiah untuk mereka semua. Aku bisa bertahan, karena seharian sudah puas main dengan beberapa orang. Malam ini posisiku juga menunjang sehingga aku tidak mudah muncrat. Selain itu dengan posisi aku telentang, permainan jadi fair, karena ceweklah yang mengatur segalanya mulai dari posisi, gerakan dan ritme. Aku hanya menyediakan penis yang menegang saja.
Kami bermain game sampai jam 3 lalu tertidur bersama-sama dikasur berjajar dalam keadaan bugil. Semua aktifitas di dalam kamar kami lakukan bugil. Rasanya memang seru. Aku bebas mengobel memek, meremas tetek dan mencium mereka. Benar-benar aku jadi raja minyak waktu itu.
Seandainya pada waktu itu aku sudah mengetahui teknik memacu cewek agar mencapai orgasme vaginal, mungkin sudah aku lakukan, tetapi pada waktu itu aku belum mengetahuinya.
Itulah kenanganku berpetualang dengan mereka. Kami akhirnya pelan-pelan berpisah setelah aku melangsungkan perkawinan dengan gadis pilihanku. Istriku bukan salah satu dari mereka, tetapi kukenal ketika masa kuliah dulu.
Sekarang kami berkumpul lagi tapi usia kami sudah cukup tua. Kadang-kadang aku memandang cewek-cewek itu masih seperti dulu. Tetapi sekarang sikap mereka sudah berbeda jauh. Beberapa dari mereka malah bersikap seperti aku baru mereka kenal. Menghadapi sikap itu kadang-kadang aku langsung mengolok nya dengan joke pada masa lalu. Mungkin perasaan perempuan berbeda dengan laki-laki. Jika laki-laki bersikap lebih terbuka dan monggo-monggo saja mengungkap masa lalu, tetapi bagi perempuan kayaknya tidak bisa begitu. Masa lalu adalah masa lalu, sekarang sudah beda.
Perusahaan yang kami dirikan bisa beroperasi bagus dan dalam tahun pertama berhasil mengumpulkan laba bersih yang lumayan besar. Sehingga ketika keuntungan itu dibagikan rasanya nendang juga bagi masing-masing mereka.
Berkat keberhasilan usaha kami, Ade memutuskan pindah ke Jakarta, ikut mengurusi usaha bersama ini. Rumahnya di Bali disewakan. Selama ini di Bali dia “mantab” alias makan tabungan. Shinta menyerahkan usaha mebelnya ke adiknya yang laki-laki dan dia aktif terjun sebagai marketing di perusahaan bersama. Sarah memang sejak awal sudah bekerja di perusahaan ini sebagai tenaga administrasi. Sari sebagai presiden direktur, karena kecakapannya kulihat diatas rata-rata yang lain. Merry juga menyerahkan usaha salonnya untuk diurus oleh keluarganya, dia memilih aktif di perusahaan. Lia sejak awal sudah terlibat sebagai tenaga adminsitrasi. Niken akhirnya ikut bergabung mengerjakan masalah akunting.
Aku sebetulnya masih ingin bercerita bagaimana Merry melepas anaknya yang model ke dalam pelukanku, Begitu juga Mala anak Shinta. Sebetulnya bukan aku yang berusaha mendekati mereka-mereka, tetapi karena genitnya anak-anak itu dan berkali-kali merayuku untuk bertemu. Awalnya sih ngajak makan siang, lalu minta dibeliin HP, minta uang jajan sampai akhirnya ngajak nginep ke Bandung. Sebelum aku menerkam mereka aku komunikasikan dengan ibunya. Parahnya sikap ibunya malah mendukung anaknya mendekatiku. “ Bina aja kak, dari pada pacaran gak jelas malah bisa bisa kena narkoba,” kata Merry.
“Lha kalau sama gua mereka bisa-bisa narkoba beneran lho,” kataku serius.
“Ah masak sih, “ tanya Merry kaget.
“ Iya narik kolor bapak,” kataku sambil tertawa.
“Ah sialan, ada-ada aja,” kata Merry.
Lain lagi Shinta, dia malah terang-terangan menyodorkan anaknya Mala agar dekat dengan aku. Anaknya kelihatannya sih senang-senang aja jalan sama oom-oom, HPnya jadi bagus, uang jajan gak pernah putus.
Meski sudah tua gini, menghadapi daun-daun muda rasanya masih juga bergairah. Tapi kalau, cewek-cewek yang tua itu ada yang pengen main denganku, mungkin barangku susah berdiri. Untungnya tidak ada.
0 comments:
Post a Comment