Monday, October 15, 2012

Gara - Gara Kunci Rumah Dibawa Teman

Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

"Waduh kunci terbawa Baron," ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

"Lho masih di luar Hen.." Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.

"Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang," ucapku membalas sapaannya. "Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun," jawabnya.
"Kok kamu tidur di luar Hen."

"Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk," jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

"Kenapa Mbak, pintunya macet.."
"Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya." jawab Mbak Ninik.
"Kamu bisa membukanya, Hen." lanjutnya.
"Coba Mbak, saya bantu." jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.
Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

"Kletek.. kletek..." akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
"Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana."
"Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver," ucapku bercanda.
"Terima kasih ya Hen," ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.
Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku.
"Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen," kata Mbak Ninik.
"Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, "jawabku basa-basi.
"Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo."
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

"Mbak, saya tidur di kursi saja."
Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
"Ini bantal dan selimutnya Hen."
Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
"Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju," ujarku.
"Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa."
"Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa," ujarku menggoda.
"Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku," kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

"Kurang hangat selimutnya Hen," kata Mbak Ninik.
"Iya Mbak, mana selimut yang hangat," jawabku memberanikan diri.
"Ini di sini," kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.
Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.

"Sudah jangan bengong, ayo sini naik," kata Mbak Ninik.
"Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik," kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.
Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.
"Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat," katanya.
"Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong," kataku.
"OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku."
Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.

"Ayo bukalah bajuku," kata Mbak Ninik.
Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

"Oh, Hen nikmat sekali rasanya.."
Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.

"Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya," katanya.
"Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue," jawabku.
Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.

"Naik ranjang yuk," ucap Mbak Ninik.
Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

"Masih belum puas menjilatinya Hen."
"Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati."
"Ganti yang lebih nikmat dong."
Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.

"Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah.."
"Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.."
Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.
"Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.."
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.
"Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.."

Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

"Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.."
Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.
"Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah.."
"Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah..."
Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

"Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt.."
"Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.."
Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

"Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih," kata Mbak Ninik.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
"Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan," jawabku.
Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

"Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen..."
"Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.."
Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

"Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.."
Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik.
"Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat.."
"Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.."

Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

"Kamu nggak sekolah Hen," tanya Mbak Ninik.
"Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja."
"Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.."
Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Penjaga Malam

Suatu hari ayahku menawariku pekerjaan. Ia menawariku kerja jaga malam di rumah bosnya. Bosnya adalah orang asing yang bekerja di Jakarta. Dia tinggal di wilayah Kemang Jakarta, tempat para ekspatriat bermukim. Menurut ayahku, jika aku mau bekerja, baginya agak ringan membiayaiku. Paling tidak aku bisa membiayai sendiri kuliahku dari honorku.
Aku sebenarnya sudah lama mengidam-idamkan pekerjaan, tetapi tidak aku sangka peluang yang ada hanya jaga malam. Menurutku pekerjaan ini terlalu sepele buat pengetahuanku yang sudah semester 6. Namun apa boleh buat, ayah berharap aku mau menerima pekerjaan itu, karena dia memang sering mengeluh mengenai biaya ku yang makin lama makin banyak. Sementara itu dua adikku yang sudah mulai masuk SMA juga butuh biaya lumayan besar.
Aku kemudian diperkenalkan kepada bos ayahku. Kami bersandiwara bukan sebagai ayah dan anak. Untungnya tampangku tidak ada kemiripan dengan ayahku, sehingga bos ayahku dan istrinya tidak curiga. Aku memang punya bekal ilmu bela diri, inilah yang dipromosikan ayahku sehingga si bule itu cepat mengambil keputusan untuk menerima.
Lagian menuntut syarat apa sih, untuk seorang penjaga malam, pokoknya kelakuannya baik, ada yang bisa menjamin dan tidak penakut, itu saja kan cukup. Jadilah aku penjaga malam. Malam duduk bengong sambil nonton TV kecil di rumah pos jaga sampai pagi. Nyatanya kalau sudah tengah malam aku tidur juga. Lagian mau jaga apa, orang rumah bos ku ini dikelilingi pagar dan tembok tinggi. Paling-paling aku menyaring tamu kalau pun ada. Itu jarang sekali ada tamu pada saat aku bertugas dari jam 7 malam sampai jam 6 pagi. Paling-paling kerjaku hanya membukakan gerbang kalau mobil mereka datang.
Jika aku tidak kuliah aku nongol di rumah bosku, meski bukan jam dinasku. Ada saja yang kukerjakan, mulai memotong rumput, membersihkan halaman, mencuci mobil membantu ayah. Abis dirumah bosan, mau jalan gak punya ongkos. Yah mending aku main di rumah bossku . itung-itung nglancarin ngomong Inggris.
Rupanya karena aku bekerja melebihi tanggung jawabku, akhirnya bosku senang. Dia sering kasih tips dan yang membuat aku berbunga-bunga dia mau membiayai aku membuat SIM A. Meski bagi pembaca biaya membuat SIM A tidak ada artinya, tetapi bagiku, itu amat banyak.
Aku memang sudah mahir mengendarai mobil. Itu juga sebabnya ketika aku diminta membawa mobil memnggantikan ayahku yang kebetulan sedang sakit perut, si bos kelihatannya puas dengan caraku membawa. Dia terkejut, ketika dijalan mengetahui bahwa aku belum mempunyai SIM.
Wah ceritanya jadi kemana-mana ya. Bos ku sebutlah dia Mr Barnes, orang Amrik, umurnya kira-kira 45 tahun dan istrinya lebih muda dikit, mungkin sekitar 40 tahun. Susah sih sebenarnya nebak umur orang bule, karena pada tahap usia setengah umur, kelihatannya mereka nggak tua-tua.
Mereka mempunyai anak 4 orang perempuan semua. Anak yang pertama Lisa katanya usianya belum genap 13 tahun. Tapi anak bule biar baru segitu badannya udah kayak cewek kita yang umurnya 15 tahun. Yang kedua adalah kembar panggilannya Terri dan Sue umurnya 11 tahun kata mereka dan yang bungsu Kim baru 9 tahun.
Aku akrab dengan mereka berempat, karena kalau aku lagi kosong tidak ada kuliah aku sering mengawal mereka, baik jalan ke mall, maupun mengantar les.
Wuis jangan salah kira, kalau aku jalan di Mall, gak ngejomplang amat dengan mereka. Pokoknya aku gak keliatan sebagai supir or babi sitter mereka.
Aku makin dipercaya bukan hanya mengantar nyonya Barnes saja ke supermaket, tetapi juga mendampingi anak-anak. Jadi kalau aku ada jadwal kuliah sore, banyak yang kecewa. Aku sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Aku malah lebih akrab dibanding ayahku yang sudah lebih dari 5 tahun bekerja dengan mereka.
Mungkin inisiatifku dengan gerakan one step a head, membuat mr Barnes suka ke aku. Misalnya bila mereka ingin makan malam di satu restoran. Sebelum berangkat aku sudah melakukan reservasi tempat duduk bahkan menu yang akan mereka santap. Jadi sesampainya mereka di restoran, tidak perlu menunggu lama, langsung deh terhidang.
Di rumah aku sudah seperti sekretaris mereka, mengurusi segala macam tetek bengek, mulai dari pesan hotel, pesan tiket sampai ngurus surat-surat ke imigrasi, semua bisa kulakukan. Awalnya memang aku tidak tau, tetapi modal nekat dan kemauan besar akhirnya banyak hal aku bisa kuasai.
Wah ternyata meski resminya aku hanya penjaga malam, tetapi tugas dan tanggung jawabku besar sekali. Setahun aku bekerja disitu, honorku sudah lebih besar dari ayahku. Yang bikin nggak enak, Ayahku seolah-olah malah menjadi supir serapku. Sebab jika ada aku Mr Barnes lebih suka pakai aku. Kadang-kadang aku jadi rebutan antara tuan-nyonya dan anak-anak.
Mr Barnes menjanjikan akan memberi pekerjaan yang lebih baik dikantornya jika kelak aku sudah selesai kuliah.
Nah ceritanya dimulai dari sini. Suatu saat tuan dan nyonya Barnes harus bepergian keluar negeri selama 2 minggu. Anak-anak tidak ada yang ikut, karena kepergian mereka bukan dalam rangka liburan, tapi dalam rangka tugas.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh ayahku untuk mengambil cuti. Mr Barnes tidak keberatan, tetapi dia mewanti-wanti aku agar tetap bekerja. Untungnya kuliahku lagi libur sebulan, jadi aku bisa ngepos seharian di rumah Mr Barnes.
Di rumah itu ada 2 pembantu cewek, Mbak Sri dan Mbak Yanti. Mereka sudah sekitar 40 an dan tugasnya masak dan membersihkan rumah. Selepas makan malam, tugas mereka selesai dan mereka berdua kalau nggak ngrumpi dengan pembantu di sebelah ya nonton TV dikamarnya.
Aku diminta mengawasi anak-anak, soal makannya, soal jam tidur dan sebagainya. Dua pembantu seharusnya yang bertugas untuk ini, tetapi mereka, kurang disukai anak-anak dan bahasa inggrisnya blekok banget.
Begitu kedua orang tuanya berangkat, keempat anak-anak ini bukannya sedih malah bergembira. Mereka merasa bebas dari pengawasan orang tua.
Aku malam itu sedang mengikuti tayangan film di tv di pos jaga. Pintu gerbang sudah kukunci dan rencananya jika aku ngantuk tinggal tidur di pos jaga. Telepon lokal berbunyi, ternyata anak-anak yang memanggil Aku diminta Lisa menemani mereka menonton TV di ruang tengah. Aku bilang Bik Sri atau Bik Yanti kemana. Lisa bilang mereka tidak mau ditemani oleh dua orang itu.
Padahal aku sudah agak ngantuk, dengan berat hati aku masuk ke ruang tengah. Aku duduk di sofa. Rupanya ruang tengah berantakan. TV sedang menayangkan chanel MTV dan suaranya cukup keras, karena menggunakan home theater. Lisa Duduk di sofa panjang bersama Terri dan Sue, aku duduk di sofa kecil. Kim terlihat larut dengan lagu-lagu yang sedang hit. Kim meski umurnya 9 tahun, tetapi dia kelihatan lebih besar. Mungkin karena anak bule jadi agak bongsor. Malam itu Kim mengenakan piyama dengan atasan dari bahan kaus putih. Baru sekarang aku tau bahwa tetek Kim sudah mulai tumbuh. Bagian putingnyanya menonjol mendorong kaus putih yang memberi pemandangan agak transparan. Kim menari-nari di depan TV. Tarian Kim pada awalnya ngasal, tetapi lama-lama dia melakukan gerakan seperti penari striptease. “Hey, Kim looks like a stripper the way she’s dancing, Yeah! Hey Kim, take it off! Take it all off! Tssst, Tst Tst Tssst, Tssst, Tst Tst Tssst!” teriak Sue and Terri.
Aku diam saja dan begitu juga Lisa. Kami hanya menyaksikan aksi Kim. Gerakan Kim makin hot bahkan pingggulnya digerak-gerakkan seperti goyangan Inul. Dia beberapa kali menghampiriku lalu menggusek-gusekkan pantatnya ke pangkuanku. Aku diam saja . Disamping aku mendapat rangsangan, aku berpikir harus bertindak apa terhadap mereka. Bagaimana pun ini adalah tanggung jawabku.
Kim makin menjadi-jadi, Dengan gerakan pelan dia mulai menurunkan celana luarnya sambil terus melakukan gerakan berputar-putar. Aku bingung, antara harus berbuat apa dengan ingin melihat lebih jauh. Tiba-tiba Lisa berteriak. “Now that’s enough! Stop it!”
“Yes, put your clothes on right now, little lady! And you twins stop encouraging her!” sambung ku
“Ahhh, too bad, show’s over,” said Terri.
Kedua kembar yang dari tadi ngompori adiknya langsung kecewa. Terri mendekati Kim dia seperti membisikkan sesuatu. Kim lalu tertawa.
“Time for bed, you guys,” kata Lisa ke adik-adiknya.
“Hey, who died and made you queen?” si kembar komplain.
“Lisa’s right,” kataku. “Your mother said that you three younger girls have to be in bed by ten, and Lisa can stay up to eleven because she’s older.”
“Ohhh, come on, please…?” si kembar mencoba menawar.
“That’s final,” kataku dengan gaya agak diwibawakan
Mereka bertiga dengan langkah berat akhirnya jalan menuju tangga dan naik ke kamar tidurnya masing-masing.
Sepintas aku mendengar bahwa Kim dan Terri sedang membicarakan diriku, samar-samar sepertinya dia mengatakan bahwa Terri menanyakan apakah “barangku” mengeras. Si Kim menjawab kayaknya gitu.
Wah sialan nih anak-anak kecil, sudah berani ngomongi barang orang dewasa. Aku berusaha memaklumi bahwa mungkin anak bule lebih cepat mateng, dari pada anak kampung.
Lisa pamit mau ke kamar dulu, sementara aku disuruhnya menunggu. Rasa kantukku memang hilang gara-gara sajian si Kim tadi. Malahan barangku jadi ngaceng terus. Apalagi membayangkan bakal nonton berduaan dengan Lisa.
Lisa turun. Dia mengenakan piyama dari bahan kaus berwarna pink. Aku jadi terpaku memandangnya. Teteknya yang sudah agak membulat tercetak di baju atasnya, karena kelihatannya dia tidak mengenakan apa-apa seperti mini set atau bh. Sedang celananya yang ketat di bagian pinggulnya demikian ketatnya sampai bentuk memeknya seperti tercetak menyembul.
Aku makin terangsang, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Lisa lalu mengeluarkan keping DVD. “Let’s watch something different,” katanya.
“Hey,” tegurku, “you’re too young to be watching this stuff.”
“Oh, come on,” Lisa memohon, “mom never lets us watch this at night, and I won’t tell if you won’t.”
“Well, maybe it’s O.K.,” kataku memberinya kelonggaran.
Film yang diputarnya adalah film dewasa yang mempertontonkan ketelanjangan dan hubungan sex.
Ruang dalam ini memang dingin baget, karena ACnya distel terlalu dingin. Jadi aku yang hanya mengenakan kaos oblong tipis sejak tadi sudah berselimut, bekas yang dipakai Kim tadi. Aku duduk sendirian kedinginan di sofaku.
Lisa rupanya kedinginan juga sehingga dia ingin ikutan berselimut. “I’m a little chilly. Would you mind sharing that blanket with me?” katanya.
Aku dimintanya pindah ke sofa panjang dan akhirnya kami berdua berselimut satu selimut. Suasana makin menegangkan.
Adegan di TV makin seru. Tiba-tiba Lisa nyeletuk. , “I sure wish I was that girl.” kata Lisa yang membayangkan cewek di film itu adalah dia. Padahal cewek itu sedang dicumbu oleh aktornya.
Tanpa kusadari, mungkin karena sudah dorongan birahi aku juga ikut nyeletuk “W-Well, m-maybe we could just play pretend, I mean like we are the actors in the movie,” kata saya mengajaknya kita berpura-pura saja mengikuti pemain di film itu.
Yang lebih mengejutkan lagi Lisa langsung menimpali “I guess we could try as long as we’re just pretending.”
Di layar TV sedang berlangsung adegan si cowok menciumi telinga ceweknya. Sementara itu Lisa duduknya sudah makin merapat, sehingga aku langsung merangkul dan beraksi menciumi telinganya seperti di TV. Kami berdua tidak saling berpandangan, kecuali memperhatikan adegan di layar TV.
Adegan di layar tv meningkat, tangan si cowok menggerayangki tetek ceweknya. Ini sebenarnya yang aku harapkan. Aku pun mulai memasukkan tanganku ke bawah kaus atasannya dan pelan-pelan mencari gundukan teteknya. Lisa diam saja malah makin nglendot ke aku.
Telapak tanganku menelungkup ke buah dadanya yang belum begitu besar, tetapi cukup mantap di telapak tanganku karena volumenya segenggam penuh. Putingnya aku pelintir-pelintir dan kayaknya belum tumbuh membesar, masih kecil. Di usia 13 tahun Lisa sudah lumayan sekel untuk dipeluk dan dicumbu. Tiba-tiba telepon berdering. Rupanya Ny Barnes sedang mengontrol anaknya.
Cumbuan kami terpaksa berakhir dan Lisa mengatakan dia akan naik dan tidur.
Aku pasrah dan kembali ke pos jagaku di depan.
Selagi asyik-asyik nonton tv, telepon berdering lagi. Aku malas ngangkat, karena anak-anak pasti yang akan mengangkatnya. Benar saja di dalam sudah ada yang mengangkat. Aku iseng-iseng menghidupkan speaker phone, ada suara. Ternyata teleponku induksi. Tedengar percakapan Lisa dengan Jenny temannya. Mereka membicarakan soal cowok. Gilanya si Lisa menceritakan cumbuan yang kami lakukan tadi. Rupanya Lisa memang sudah mempersiapkan ingin dicumbu. Ini yang dia ungkapkan ketika mereka ngobrol di telepon. Lisa diam-diam mengidolakan diriku
Jenny ternyata kompor juga, dia mendorong Lisa untuk melihat penisku dan menganjurkan Lisa telanjang di depanku. Lisa mengatakan, bahwa dia masih ragu apakah penisku boleh dipegang dan apakah juga mau melihat Lisa telanjang. Karena Lisa dianggap olehku masih sebagai anak kecil. Si kompor Jenny mendorong Lisa agar mencobanya.
Gila juga percakapan dua anak remaja bule ini. Jenny masih belum cukup umur, masih sepantar dengan Lisa, ya masih sekitar 13 tahun . Mereka satu kelas di sekolah internasional. Ini baru setengah hari mereka ditinggal kedua orang tuanya. Padahal mereka akan ditinggal 2 minggu.
Keesokan harinya adalah hari pertama aku meladeni mereka. Pagi-pagi aku mengantar Kim ke kelas senamnya. Ia mengenakan baju seam yang ketat.
Dalam perjalanan Kim bertanya apakah aku suka dengan dancenya tadi malam. Kukatakan aku suka dan tidak menyangka bahwa Kim bisa menari demikian bagus. Namun selayaknya Kim tidak membuka baju ketika menari di depanku. Anak perempuan tidak baik bertelanjang di depan anak laki-laki. “ Tapi saya ingin menunjukkan seluruh tubuh saya, sayang si Lisa sudah men stop, jadi acaranya terganggu.” Kata Kim
“ Saya suka menari tanpa baju, apalagi di depan cowok, rasanya kemaluan saya geli dan lembab. Malam itu sebenarnya untuk pertama kalinya aku mau menari begitu.” kata Kim.
Rupanya Terri menyuruh Kim menari telanjang agar mereka bisa melihat kontolku menegang. Patti teman sekelasnya juga menceritakan bahwa kemaluan laki-laki bisa menegang jika terangsang melihat cewe. Terri kata Kim sudah pernah membuktikannya. Gimana ceritanya, tanyaku.
Kim menolak menceritakan, karena katanya ini rahasia mereka berdua.
Aku membujuknya dan berjanji tidak akan bercerita kepada siapapun. Akhirnya Kim luluh. Dia bercerita bahwa Patti pernah diminta menari telanjang di depan abangnya dan 2 temannya yang berusia 12 tahun. Ketika cowok-cowok itu membuka celananya sehingga burungnya kelihatan. Petti diberi uang 50 ribu lalu diminta menari telanjang di depan mereka. Ketika Patti menari, ketiga cowok itu burungnya langsung berdiri. Mereka lalu mengocoknya sambil melihat Patti menari.
Kim lalu menanyaku, apakah aku juga ingin melihatnya telanjang dan melakukan sesuatu di penisku. Aku langsung menjawab, “I don’t think it’s such a good idea, Kim.” Padahal di dalam hatiku sebenarnya berkata sebaliknya, dan tentu ingin sekali melihat Kim telanjang.
“You don’t have to give me five O Rups ,” kata Kim , “I like to be naked, and especially if you’re watching. I want to see your thing too, when you rub it. I’ll show you how I rub mine. Please?” kata Kim.
Gila ini anak umur 9 tahun lho sudah punya keinginan melihat kontol dewasa dan orang memainkan kontolnya. Dia juga ingin memperlihatkan bagaimana dia merabai memeknya. Wah dasar bule cepet mateng.
Sesampainya di sekolah, Patti menjemput Kim aku lalu diperkenalkan ke Patti. Anak nya seumuran dengan Kim dan tingginya sama. Bedanya dia rambutnya lebih pirang. Patti menyalamiku dan mengatakan, biasanya mama si Kim memberi tumpangan pulang, karena mamanya tidak bisa menjemput. Aku menjawab, tidak masalah.
Aku kembali pulang.Di rumah aku menemukan catatan dari Lisa bahwa dia naik sepeda ke rumah Jenny. Kepalaku langsung berdenting, apalagi yang akan mereka bicarakan.
Si kembar sedang main pingpong di lantai basement. Aku meneruskan pekerjaanku membersihkan kolam renang dari daun-daun.
Tidak lama kemudian si kembar Sue dan Terri muncul dengan baju renang bikini. Aku terbiasa melihat mereka begini, tetapi kali ini rasanya agak lain. Mungkin karena tidak ada orang tuanya. Tetek keduanya masih sebesar apel manalagi, tapi bongkahannya terlihat karena bhnya kecil bener, hanya menutupi bagian putingnya saja.
Mereka nyebur dan berenang sebentar lalu mentas dan mondar-mandir di depanku. Aku jadi bisa melihat benda yang berada dibalik bikini basah itu. Ini membuatku jadi tambah ngaceng.
Untuk menyembunyikan perasaan penisku aku terpaksa ikut nyebur. Aku ikut berenang bersama mereka.
Kedua kembar ini nakal, mereka bergelayutan ke badanku sehinga aku tidak bisa meneruskan berenang. Kedua teteknya sengaja banget di dempet-dempetkan ke badanku. Malahan memeknya di dekapkannya ke badanku dengan melingkarkan kedua kakinya ke badanku. Yang parah Terri merangkulkan kedua kakinya ke leherku, sehingga memeknya tepat berada didepan mlutku. Dia sengaja banget menempelkan memeknya ke mulutku sampai tidak ada jarak. Mulutku ketekan oleh gundukan memeknya. Aku dapat merasakan cembungan memeknya di mulutku. Merasa diberi angin maka lidahku langsung menjilati belahan memeknya yang tercetak di celana bikininya. Kepalaku dipegang oleh kedua tangannya dan menarik kepalaku agar lebih keras menekan memeknya. Tiba tiba tangannya menguakkan celah bikininya dan tarpampanglah belahan memek gundulnya . Lidahku langsung menyerobot masuk ke belahan memeknya. Terri kelihatan sangat menikmati jilatanku karena dia sampai mendesis-desis.
Sementara itu Sue mulai memegangi kontolku yang ngaceng. Tangannya nakal mulai menelusup ke dalam celanaku dan langsung memegang penisku yang sudah mengeras. Sue menyelam dan menarik celanaku ke bawah. Penisku langsung dikulumnya di bawah air.
Aku seperti diperkosa oleh dua gadis cilik ini. Kedua tanganku berpegangan ke sudut kolam renang. Sementara Terri terus-terusan minta dioral, si Sue mengangkat bagian bawahku keatas sehingga penisku mendekati permukaan air. Sue sambil berdiri di air memegangi badanku dan mulutnya melanjutkan menghisap penisku. Dia tidak perlu menyelam lagi karena dengan posisi begini aku jadi seperti mengambang dan Sue dapat bernafas sambil mengulum penisku.
Sue lalu menodorong badanku turun kembali ke dalam air. Aku tidak bisa melihat apa yang akan dilakukan, tetapi hanya bisa merasakan bahwa penisku seperti di gesek-gesekkan ke belahan memeknya di dalam air. Sue berusaha memasukkan penisku ke dalam lubang vaginanya tetapi selalu tidak berhasil karena terasa agak seret.
Sue lalu memberitahukan ke Terri yang sedang asih aku jilati, bahwa susah memasukkannya. Aku diam saja. Sue meminta Terri mencobanya. Mereka lalu bergantian posisi, Sue mengangkangiku dan menyibakkan celana renangnya sehingga aku bisa menjilati belahan memeknya . aku mencari kelentitnya. Sue langsung menggelinjang ketika clitorisnya terkena lidahku. Sementara itu Terri mulai berusaha memasukkan penisku ke memeknya. Tentu juga sudah seperti Sue tadi. Berkali-kali dia rapatkan penisku ke lubang memeknya tetapi tetap tidak berhasil. Terri membenarkan penisku susah masuk. Mereka lalu membisikiku agar aku nyusul ke kamar mereka.
Mereka berdua mentas lalu berlari-lari masuk rumah. Kolam renang ini agak tertutup dari pandangan tempat para pembantu lain beraktifitas. Keberadaanku di kolam renang juga sudah biasa karena memang tiap hari aku membersihkan kolam renang. Jadi Mbak Sri dan Mbak Yanti tidak curiga dan mungkin juga tidak mengetahui aktifitas ku yang barusan tadi.
Aku mentas dan segera ganti baju.
Pikiranku berperang antara ingin melanjutkan permainan atau menghentikannya. Tapi karena otakku sudah tercemar oleh nafsu, akhirnya kuturuti kemauan mereka. Aku nyusul mereka masuk ke dalam kamarnya.
Sue mendorongku berbaring Terri langsung menarik celanaku sehingga penisku yang sudah mengeras langsung melenting. Tanpa menunggu lama, Terri langsung membuka celananya dan mendudukiku sambil memegang penisku dan berusaha memasukkan ke lubang vaginanya. Di cobanya berkali-kali, tetap saja penisku susah memasuki lubangnya. Dia baru berhasil memasukkan kepala penisku saja. Sementara itu Sue yang sudah bertelanjang penuh menduduki mulutku. Aku mengerti bahwa dia minta dioral. Sue duduk menghadap ke Terri yang sedang berusaha memperkosaku. Dia mengatur posisi agak nungging sehingga aku masih punya ruang untuk bernafas, meskipun di depan hidungku tepat adalah lubang anusnya.
Terri berkali-kali memaksakan masuk, tetapi dia merasa kesakitan. Gerakan penisku di lubang vaginanya agak licin. Rasanya Sue melumuri penisku dengan ludahnya. Entah apa yang mendorong Terri, tetapi dia tiba-tiba menekankan badannya sekeras mungkin sehingga penisku melesat masuk ke dalam memeknya
Terri menjerit kesakitan, tetapi dia tidak segera melepaskan batang penisku yang sekarang tenggelam di memeknya. Kemudian dia mencoba menarik sedikit, tetapi mungkin dia merasa sakit, lalu dia benamkan lagi.
Aku tidak tahu apa yang dirasakan Terri, tetapi dia melakukan gerakan ayunan pelan-pelan. Aku merasa penisku sangat ketat terjepit. Tiba-tiba aku tidak mampu menahan ejakulasiku dan menyemburlah lahar panas di dalam memek Terri. Terri terkejut karena disemprot oleh cairan panas di dalam memeknya. Dia tidak tahu bahwa aku sudah ejakulasi. Dia tetap melakukan gerakan sampai akhirnya penisku lepas karena sudah makin mengecil dan makin loyo.
Dia lalu terheran kenapa penisku jadi mengecil. Sementara itu memeknya kebanjiran spermaku. Terri bertanya apakah aku telah ejakulasi. Aku tidak bisa menjawab kecuali jempolku yang menjawab. Mulutku masih tertutup oleh memek si Sue, bagaimana bisa menjawab. Sue lalu berseru lirih bahwa ada darah di penisku. Terri lalu mengatakan bahwa mungkin itu darah keperawanannya. Sue penasaran, menanyakan apakah enak atau sakit. Terri mengatakan, mulanya sakit, tapi lama-lama agak enak juga. “Memek kita rasanya penuh dan mengganjal,” katanya.
Sue penasaran ingin juga merasakan, maka dia lalu bangkit dan memintaku untuk segera menegangkan penisku. Aku bilang tidak bisa semudah itu, perlu waktu. Sue lalu menggenggam penisku dan dikocok-kocok. Tanganku meremas susu Sue rasanya sangat mengkal dan kenyal. Tetek Sue maupun Terri sudah lumayan berkembang, namun belum maksimal. Oleh karena itu mereka berdua kelihatannya belum memakai BH, tetapi hanya menggunakan miniset. Jika dirumah mereka jarang menggunakan mini set, sehingga puting susunya sering kali terlihat menonjol.
Akibat rangsangan yang dilakukan Sue dan aku meremas susunya, perlahan-lahan penisku mulai bangun lagi.. Sue kelihatan senang karena usahanya mulai berhasil. Aku juga berpindah dari meremas susunya beralih memainkan vagina Sue. Vaginanya masih sedikit ditumbuhi bulu. Jariku mencari kelentitnya dan begitu kelentitnya kumainkan dengan menggosok-gosok jariku, Sue menggelinjang-gelinjang.
Dengan inisiatifnya sendiri dia mulai mengulum penisku. Mungkin dia tidak punya pengalaman, tetapi aku heran mengapa dia mengetahui soal aksi mengulum penis. Aku tanyakan darimana dia tahu cara mengulum penis untuk membangunkan gairah laki-laki. Menurut Terri mereka berdua sering ngobrol dengan temannya soal “senjata” cowok. Jadi mereka kemudian mengetahui setelah salah seorang temannya pernah melihat film blue.
Sue yang penasaran ingin merasakan memeknya dimasuki penis segera menarikku untuk menindihnya. Kakinya sudah dia kangkangkan lebar-lebar. Malah lututnya dia lipat sehingga aku bisa melihat celah vaginanya yang berwarna merah muda merekah. Gairahku pun sudah meninggi. Aku melumuri kepala penisku dengan ludah agar lebih mudah masuk ke memeknya. Dengan bantuan tuntunan tangan Sue yang menepatkan di gerbang vaginanya. Aku tidak terlalu repot, hanya tinggal mendorong perlahan-lahan. Kepala penisku masuk sedikit demi sedikit. Sue mengatakan memeknya perih, sehingga dia menarik pinggulnya mengakibatkan penisku terlepas lagi.
Sue bertanya ke Terri, seberapa sakit, penis kalau masuk ke memek. Kata Terri hanya sakit sebentar. Tia malah menyarankan agar Sue melemaskan otot-otot di kemaluannya agar, tidak terasa lebih sakit.
Sue kembali membimbing penisku memasuki vaginanya. Aku segera menekan sampai akhirnya mentok setengah jalan tertahan selaput daranya. Sue meringis kesakitan. Dia mengeluh rasanya perih. Aku menahan gerakanku dan menahan posisi agar penisku tidak sampai keluar lagi. Sambil mendorong aku mengejan, sehingga penisku jadi makin keras. Akibatnya penisku menembus vaginanya dan Sue berteriak kesakitan.
Mungkin saja rasa sakit yang dirasakan anak umur 11 tahun ini lebih tinggi dari pada cewek dewasa yang diperawani. Selain lubang vagina mereka masih belum berkembang sempurna, selaput dara yang dimilikinya juga masih cukup kuat. Mungkin kalau sudah dewasa selaput dara itu agak getas sehingga mudah diretas.
Aku perlahan-lahan mendorong terus penisku makin dalam ke memek Sue. Sue terus merintih kesakitan sambil sekali-kali menarik pinggulnya. Namun aku terus menekan, sehingga batang penisku tidak terlepas. Seluruh penisku akhirnya terbenam ke dalam memek Sue. Sue meneteskan air mata. Aku tidak tahu air mata itu sebagai wujud rasa sakit, atau perasaan yang lain.
Pelan-pelan aku mulai memompa. Mulanya memang agak seret, tetapi lama-lama akhirnya agak licin juga. Sue mulai merasa tidak terlalu perih lagi. Dia malah sesekali menanggapi gerakanku dengan mengangkat-ngangkat pinggulnya seolah-olah mengharapkan penisku untuk masuk lebih dalam lagi. Gerakan Sue itu membuatku jadi lebih bersemangat. Aku mulai memompa penisku dengan gerakan normal. Sue kelihatannya sudah mulai bisa menikmati penisku di dalam memeknya. Dia mendesis-desis dan mengatakan bahwa lama-lama rasanya enak juga. Memek Sue makin banjir sehingga gerakan penisku di dalam vaginanya makin lancar. Mungkin saja Sue sudah melupakan rasa sakitnya karena kedua kakinya malah merangkul badanku dan setiap kali aku melakukan gerakan menekan, kakinya merangkulku kuat. Ini seoalah-olah Sue minta penisku dihunjam sedalam-dalamnya ke memeknya.
Permainan di ronde kedua ini membuatku agak imum. Penisku bisa lebih lama bertahan untuk tidak segera ejakulasi. Aku lalu menukar posisi agar Sue berada di atasku. Sue mengerti kemauanku. Kami berguling sambil menjaga agar penisku tidak terlepas dari nonoknya. Sue bersimpuh diatas badanku dan melakukan gerakan maju mundur. Penisku terasa seperti diperas-peras oleh memeknya yang super ketat. Aku merasa seolah-olah batang penisku seperti dicabut-cabut oleh cengkeraman memek sue yang mencengkeram. Memek Sue megang banget rasanya. Mungkin dia menemukan posisi nikmatnya sehingga dia melololong-lolong sambil melakukan gerakannya. Tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia berasa ingin pipis. Aku tahu bahwa dia akan mencapai orgasmenya. Kusarankan dia melepaskan saja sesak pipisnya diatasku. Tiba –tiba dia memekik dan terasa memeknya berkedut-kedut. Sue ambruk dipelukanku dan aku merasa penisku dijepit-jepit oleh gerakan orgasme di vaginanya.
Setelah orgasme tuntas badannya kubalikkan dan penisku copot akibat gerakan itu. Aku mencoba memasukkan penisku kembali. Kali ini lebih mudah dan penisku perlahan-lahan kembali terbenam di dalam nonok Sue. Aku langsung memompanya dengan gerakan hati-hati, karena kata Sue memeknya masih agak sakit. Aku terus memompa sampai akhirnya mencapai ejakulasi.
Setelah semua spermaku keluar pikiranku jadi siuman lagi. Aku teringat untuk menjemput Kim di kelas senamnya. Aku segera bangkit dan membersihkan diri. Kepada Sue dan Terri yang sedang tergolek bugil kukatakan bahwa aku akan menjemput Kim.
Di perjalanan aku tertawa geli sendiri dan rasanya ingin bercerita kepada orang-orang bahwa aku baru saja memperawani 2 cewek bule yang masih baru tumbuh. Aku menyetubuhi mereka karena mereka sendiri yang meminta secara paksa. Jadi bukan aku yang memperdayai mereka. Ini adalah suatu prestasi membanggakan yang rasanya ingin kuceritakan kepada orang. Tapi kepada siapa aku curhat mengenai hal ini, rasanya tidak ada orang yang cocok bisa mendengar ceritaku.
Aku tiba di tempat senam Kim. Mereka baru saja bubar. Kim dan Patti segera menghampiri mobil yang kuparkir agak jauh, karena tempat parkir penuh. Seperti kata Patti tadi, dia minta numpang pulang ke rumahnya. Aku katakan tidak masalah.
Patti memandu jalan arah ke rumahnya. Kim bercerita bahwa Patti baru memiliki kamera video hadiah dari ayahnya. Kim ingin bisa mengambil gambar video. Oleh karena itu Kim meminta izinku untuk menginap semalam di rumah Patti. Mereka katanya akan mengambil gambar dari burung dan alam. Aku tidak bisa melarangnya kecuali memberi nasehat agar berhati-hati.
Aku kembali ke rumah. Aku berpapasan di depan rumah dengan si kembar Sue dan Teri yang keluar dengan sepedanya. Mereka melambaikan tangan sambil mengatakan akan jalan-jalan ke rumah temannya.
Ketika aku memasuki rumah aku mendegar ada aktifitas di basment. Ada yang bermain pingpong di sana. Ketika kuhampiri kulihat Lisa dan Jenny sedang bermain.
Mereka berdua mengenakan baju yang sexi Lisa mengenakan tank top pink dengan perut yang terlihat sehingga pusarnya bisa jelas terlihat. Sementara puting susunya juga menonjol di balik kausnya. Celana putih pendek sekali sehingga sebagian bongkahan pantatnya terlihat. Jenny tak kalah sexynya. Dia mengenakan kaus puntung yang lengannya longgar. Sehingga berkali-kali aku bisa melihat teteknya yang lumayan gempal dengan puting merah jambu yang masih lancip dari sisi lubang lengannya. Aku merasa mereka sengaja mengenakan baju sexy begini agar aku melihat kelebihan mereka. Jenny sangat cantik. Dia mengingatkan aku akan muka Brooke Shields ketika masih kecil dulu.
Keduanya main dengan penuh semangat sampai bermandi keringat. Lisa menghentikan permainan dan dia mengatakan akan mandi dan menyegarkan badannya. Sementara itu Jenny mengajakku main pingpong menggantikan posisi Lisa. Jenny mengajakku ngobrol sambil bermain. Dia menanyakan kesanku mengenai Lisa. Kukatakan cantik, tetapi dia masih terlalu muda umurnya saja belum genap 13. Jenny protes bahwa Lisa sudah tumbuh berkembang seperti cewek dewasa. Dia katanya sudah memiliki buah dada yang cukup besar dan rambut di kemaluannya juga sudah tumbuh. Wah dasar anak bule, pikirku, cara ngomongnya nggak pake tedeng aling-aling amat. Aku katakan Lisa masih bisa lebih berkembang lagi sampai dia mencapai umur 17. Jenny ngotot bahwa Lisa memiliki tubuh yang sempurna. Karena Jenny tidak konsentrasi bermain pingpong, dia berkali-kali tidak bisa mengembalikan bola.
Tiba-tiba Jenny mengatakan bahwa dia akan mengajakku melihat Lisa dalam keadaan telanjang. Ah aku tentu saja tidak percaya. Jenny lalu menarik tanganku. Dia membimbingku ke arah kamar mandi dekat kamar Lisa sambil jalan berjingkat-jingkat. Jenny memintaku agar tidak bersuara dan berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Jenny mengetuk pintu kamar mandi. “Lisa, it’s just me. Open up!” kata Jenny. Lisa segera membuka pintu kamar mandi. Dia dalam keadaan telanjang menghadap kearahku. Aku tentu saja terkejut melihat bentuk lekuk tubuh Lisa yang sangat indah. “I’m sorry Lisa, I was just coming out your room, and I didn’t mean to look.” kataku sambil berharap Lisa percaya bahwa aku tidak sengaja melihatnya
“Th-that’s OK, I know you didn’t mean to…” jawab Lisa yang kelihatannya tidak keberatan aku melihatnya dalam keadaan telanjang.
Aku tidak enak berlama-lama memandangnya lalu aku berlalu. Jenny tersenyum penuh arti ke arahku dan aku membalas senyumnya dengan mimik terima kasih. Drama satu babak yang mencengangkan itu membuatku makin terangsan oleh tubuh Lisa.
Jenny tak lama kemudian pamit pulang ke rumahnya dengan sepeda. Sementara itu aku mengajak Lisa bermain billiard. Lisa mengatakan bahwa dia tidak bisa memegang stick secara benar. Aku mengajarinya dengan menunjukkan cara yang benar di tangan kirinya pada ujung stick dan mengarahkan tangan kanannya ke pangkal stick. Posisiku jadi seperti setengah memeluk Lisa. Mulutku tepat sekali di kupingnya dan terasa bau harum. Kubisikkan ke Lisa bahwa dia memiliki tubuh yang sempurna dan cantik. Lisa kelihatanya senang atas pujianku. “You really think so?” katanya.
Untuk lebih menyenangkannya kukatakan, “I didn’t know you were so grown up.” Aku memujinya bahwa aku tidak menyangka tubuhnya sudah demikian tumbuh dewasa.
Lisa lalu menimpali “I-I think you have a g-great body too….but….I haven’t seen you y-yet…”. dia memujiku pula bahwa aku memiliki tubuh yang ideal. Kami berdua jadi terpaku.
Aku lalu menyarankan agar Lisa nanti malam tidur agak lebih lambat, agar si kembar tidur duluan. Permintaan ku ditanggapi antusias oleh Lisa.
 Kukatakan aku memiliki video dengan adegan yang lebih seru dari yang ditonton semalam. Lisa senang dan dia langsung menjawab, bahwa kita bisa mengkuti permainan di Video itu.
Selepas itu aku diminta mbak Yanti untuk membeli sesuatu ke supermaket. Segera aku keluarkan mobil dan menuju supermaket yang letaknya tidak terlalu jauh.
Dalam pikiranku melayang membayangkan kejadian yang bakal terjadi nanti malam dengan Lisa. Namun kata-kata video mengingatkan aku akan Kim yang katanya malam ini akan merekam gambar burung-burung dan alam. Aku waktu itu kurang menyadari bahwa mana mungkin malam-malam bisa mengambil gambar burung. Pasti Kim dan Patti merekam gambar lain, yang kayaknya seputar kegiatan sex. Wah aku jadi tidak sabar ingin melihat rekaman gambar Kim juga.
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba di belokan aku hampir menabrak sepeda. Sepintas terlihat kayak cewek bule, Dia terjatuh ke sisi pinggir jalan yang ditumbuhi rumput. Ah ini gara-gara melamun jadi gak konsentrasi. Kupinggirkan mobil dan aku segera menghampiri cewek yang jatuh tadi. Lha itu rupanya Jenny, teman Lisa.. Dia meringis kesakitan sambil memegang lututnya. Aku melihat sekeliling. Tidak ada orang. Kompleks perumahan bule emang sepi banget dan gak ada orang lalu lalang. Jenny kupapah ke mobil dan sandarannya kurebahkan agar dia bisa lebih lega. AC mobil ku hidupkan dan sepedanya kumasukkan ke dalam bagasi mobil.
Aku kembali ke mobil duduk disebelahnya. Kutanya bagian mana yang sakit, dia mengurut-ngurut bagian lututnya sebelah kanan. Aku menawarkan diri untuk mengurut bagian itu, sebagai tebusan rasa bersalah. Jenny mengijinkanku. Aku mengurut pelan-pelan dan Jenny kelihatan nyengir, kayaknya menahan sakit. Dia lalu mengatakan bahwa rasa sakitnya sekarang agak berkurang. Jenny lantas membuka pembicaraan. Dia mengatakan bahwa Lisa sagat naksir kepadaku, tetapi khawatir aku tidak menerimanya karena Lisa masih 12 tahun. Tapi kata Jenny Lisa sudah tumbuh dewasa dan tubuhnya sudah sempurna sebagai seorang gadis. Jenny lalu merendahkan dirinya bahwa Lisa bodynya lebih bagus dari dirinya. “Oh, come on, Jenny, I think you have a very sexy body too.” kataku memuji kecantikan dan kemontokan bodynya
“You think so?” katanya kurang yakin.
“Oh, yeah, your legs, well, they fee–look really, uh, nice.” Pujiku
Dia senang dengan pujianku lalu mengatakan bahwa pantatnya juga sakit ketika jatuh tadi, dia minta aku memijat agar rasa sakitnya hilang. Sehabis bicara begitu, Jenny langsung telungkup. Aku mulai memjiat pantanya yang kenyal dan bahenol. Aku mulai menekan kedua ibu jariku ke pantaynya yang gemuk. Dia menggelinjang katanya sakit bercampur geli. Aku tahu bahwa bagian itu jika dipijat akan menimbulkan rangsangan bagi cewek. Aku meneruskan pijatan dengan gerakan rada usil menekan kedua jariku ke belahan pantatnya terus turun ke bawah sampai hampir mendekati kemaluannya. Dia menggelinjang.
Sambil kakinya direnggangkan. Mungkin dia tidak sadar tetapi dia mendesis seperti cewek ketika terangsang. Aku makin sering menekan belahan pantatnya bagian dalam . Dia memujiku bahwa tidak menyangka aku pintar sekali memijat,sampai rasa sakitnya sekarang hilang.
Jenny lalu mengatakan ada rahasia, yang sebenarnya tidak boleh diceritakan ke aku. Jadi penasaran aku meminta Jenny untuk menceritakan. Jenny memintaku agar jangan sampai di membocorkan rahasia ini. Aku lalu berjanji. Ternyata Lisa ingin merasa bersetubuh denganku.
Aku terkejut, tetapi berusaha bersikap biasa dan menanyakan, apakah itu betul yang diinginkan Lisa atau hanya karangan Jenny. Jenny mengatakan dia berani bersumpah.
Ada satu hal lagi yang tidak dibocorkan ke Lisa, kata Jenny.
Aku makin penasaran. “I’ll… well, I’ll show you, if you want me to. But I’ve never done it before, so if you could, sorta, tell me if I’m doin’ it right–I’ll try it if you want. I’ll suck on your p-penis.” katanya terus terang
“Oh, wow, Jenny! Would you really? I’d love it if you would, since Lisa’s too afraid.” kataku.
Aku lalu menyandarkan sandaran tempat dudukku dan mengunci pintu. Untungnya kaca mobil ini cukup gelap. Kupelorotkan celana jeans ku dan mencuatlah penisku yang sudah tegak. Jenny ku ajari memegang penisku dan bagaimana mengulumnya agar tidak tersentuh gigi. Jenny dengan bernafsu langsung meraih penisku dan segera mengulumnya . kepalanya kuangkat dan kuturunkan . Lama-lama Jenny melakukannya sendiri dan dia setiap kali mengangkat kepalanya diikuti dengan isapan yang kuat sehingga rasanya air maniku seperti dipaksa untuk keluar. Luar biasa sedapnya kuluman Jenny. Aku merabai teteknya yang ternyata hanya dilapisi miniset. Teteknya cukup gemuk dan sekal. Putingnya masih lancip dan mengeras aku remas-remas teteknya.
Puas memainkan teteknya tanganku segera merogoh celananya dan jariku langsung menemukan belahan memeknya. Celah memeknya terasa agak berair. Jari tengahku ku korek-korekkan dan menemukan daging agak mengeras di situ. Kuduga itu adalah clitorisnya. Aku memainkan clitorisnya. Jenny menggelinjang-gelinjang sampai kadang-kadang dia lupa tugasnya mengulum penisku. Aku merasa akan segera ejakulasi, aku melenguh-lenguh tapi kubiarkan saja Jenny terus mengulum, aku meledakkan spermaku di mulut Jenny, dia tetap mengulumku sehingga aku merasa sangat kegelian. Spermaku tidak banyak karena sudah banyak terkuras tadi.
Jenny kelihatan puas dan dia menelan spermaku, katanya rasanya agak asin. Aku melap sisa sperma yang menetes di pinggir mulutnya dan melap penisku yang belepotan ludah dan sperma. Aku merapikan celanaku dan Jenny juga demikian. Jenny mengharapkan bisa menikmati lagi seperti ini. Aku menjanjikan minggu depan di tempat yang sama di waktu yang sama. Jenny mengatakan dia ingin merasakan lebih yang dirasakan hari ini. Aku mengantar Jenny sampai depan rumahnya dan menurunkan sepedanya.
Aku buru-buru ke supermaket dan segera kembali. Rupanya aku sudah ditunggu sebab, Terri dan Sue sudah menelpon ke rumah minta dijemput.
Aku segera kabur kembali dengan mobil ke sekolah Sue dan Terri. Mereka sudah menungguku di pintu sekolah sehingga mereka segera masuk. Sue duduk di depan dan Terri duduk dibelakang. Mereka bercerita kepadaku soal pengalamannya kepada temannya. Teman-teman mereka antusias mendengar karena belum satu pun dari mereka merasakan, meskipun mereka sangat menginginkan. Kedua anak ini tidak sadar bahwa cerita mereka itu bisa membahayakan diriku. Aku lalu menegur mereka bahwa hal itu tidak selayaknya diceritakan, karena sangat berbahaya jika diketahui oleh para orang tua. Mereka merajuk sebab, mereka merasa apa yang mereka dapatkan itu adalah prestasi yang belum pernah dilakukan oleh teman-teman sekelas mereka.
Ah dasar anak bule, soal begituan kok sudah jadi keinginan. Padahal Sue dan Terri kalau di Indonesia di SD mungkin mereka baru kelas 5 atau paling tinggi kelas 6. Ah gak kebayang anak kelas 5 sudah punya keinginan melakukan hubungan sex.
Aku mengancam mereka tidak akan menuruti kemauan mereka lagi jika tidak bisa menjaga rahasia. Mereka akhirnya minta maaf dan berharap aku tetap seperti semula. Mereka berjanji untuk tidak lagi mengulangi perbuatan mereka membocorkan rahasia.
Malam itu seperti sudah direncanakan, ketika waktunya Terri dan Sue masuk ke kamar untuk tidur. Lisa masih tetap di depan TV. Aku mengeluarkan DVD ku, Lisa penasaran ingin melihat covernya. Aku tunjukkan gambar cover yang memang sangat vulgar. Sebelum aku menghidupkan film tersebut, aku harus memeriksa apakah kedua kembar itu benar-benar sudah masuk kamar. Aku melihat ke atas tangga , terlihat Terri seperti menungguku. Dia memanggilku keatas. Aku penasaran apa maunya anak ini.
Dia kembali meminta maaf dan kali ini merayuku untuk membolehkan dia memegang penisku malam ini sebelum tidur. Aku melihat ke arah TV. Lisa sedang asyik berselimut menonton acara siaran MTV. Kuajak Terri agak ke sudut lalu aku segera menurunkan celanaku. Dengan terburu-buru Terri langsung menyambar penisku dan di genggamnya. Dia jongkok lalu mengulum penisku dan menghisap-hisapnya. Penisku jadi makin mengeras. Susu Terri segera kurogoh, terasa kenyal sekali. Lama-lama aku lelah juga berdiri akhirnya aku berbaring di lantai dan mengajak Terri mengikutiku. Kuatur agar aku bisa meraih memek Terri. Kupelorotkan celana dalamnya dan segera terpampang memek gundul yang menggemuk. Aku menjadi bernafsu dan segera dia ku telentangkan dan penisku kuhunjamkan. Terri memekik tertahan. Penisku tengelam di memek Terri dan aku melakukan dengan gerakan kasar agar aku segera mencapai orgasme, tetapi sebelum aku mencapai orgasmeku Teri memelukku erat sekali dan kakinya melingkar di tubuhku. Memeknya berdenyut-denyut. Merasakan memeknya berdenyut aku makin terangsang sehingga aku pun kemudian mengikutinya mencapai ejakulasiku. Aku segera menyudahi permainan itu dan membimbing Terri ke kamar mandi, kami melakukannya dengan menjaga agar suara tidak sampai terdengar oleh Sue maupun Lisa di bawah. Setelah membersihkan diri aku segera turun dan Terri masuk ke kamarnya dengan wajah puas.
Lisa menanyakan mengapa aku lama sekali di atas. Kujawab bahwa aku melihat ke kamar Terri dan Sue apakah mereka sudah benar-benar masuk ke kamarnya. Setelah itu perutku sakit jadi aku buang air sebentar, kataku.
Lisa percaya dan dia mengajakku untuk masuk ke dalam selimut. Aku bergabung di dalam selimut Lisa yang duduk sambil bersandar di sofa. Lisa tidak mengenakan apa-apa, alias telanjang dibalik selimut. Tangannya langsung meremas selangkanganku. Dia tidak sabar dan melepas celanaku.
Penisku masih lemas, karena habis bertempur dengan Terri tadi. Diremas-remas-remasnya penisku lalu dia minta izinku untuk mencoba mengulum penisku. Aku memberinya ruang agar dia lebih leluasa menghisap penisku. Penisku yang lembek dijilati dan dikulum-kulum. Sementara itu aku merabai tetek Lisa yang sangat mengkal. Putingnya masih sebesar kacang kedelai dan terasa mengeras. Tetek anak bule seumur Lisa ini sangat nikmat diremas. Dagingnya masih sangat kenyal dan rasanya jika diremas masih terasa melawan. Puas memainkan susunya tanganku merabai memeknya yang baru berbulu jagung. Celah memeknya sudah mulai berlendir dan licin. Terasa clitorisnya mulai mencuat. Aku memainkan clitorisnya. Lisa menggelinjang nikmat merasakan clitorisnya kupermainkan. Aku jadi terangsang dan perlahan-lahan penisku mulai bangun lagi.
Lisa makin bersemangat mengulum penisku. Beberapa kali dia menghisap ujung penisku sekuat-kuatnya sehingga aku merasa seperti sumsumku disedot keluar. Penisku sudah mengeras sempurna. Aku meminta Lisa untuk ku oral memeknya. Dia mulanya bingung, tetapi ketika kutunjukkan apa yang sedang terpampang di TV dia akhirnya mau mencoba. Ku jilati sekitar bibir memeknya. Dia mulai menggelinjang-gelinjang. Lidahku kemudian menyapu bagian atas lipatan memeknya, Lisa makin menggelinjang. Dia mengatakan agak geli tapi nikmat. Dengan sapuan halus lidahku menyentuh ujung clitorisnya yang sudah menonjol. Lisa berjingkat dan berteriak. Oooohhhh …..ooohhhh that’s good. Aku tidak langsung memusatkan jilatanku ke puncak clitorisnya jilatan kulakukan menyapu dengan gerakan horizontal. Lisa makin merasa nikmat dengan bergerak-gerak ketika ujung clitorisnya tersentuh lidahku. Gerakan lidahku kemudian menyapu dari atas kebawah. Lisa makin gelisah dan melenguh berkali-kali. Tampaknya dia sudah makin memuncak karena clitorisnya terasa sudah mengeras. Lidahku memusatkan jilatan ke puncak clitorisnya. Lisa seperti orang gila kesetanan merasakan clitorisnya kujilat. Dia berjingkat-jingkat gak karuan. Tiba –tiba dia diam dan tidak berapa lama kemudian dia melenguh panjang ooooohhhh………. My……..oooooh. Sekujur permukaan memeknya berkedut-kedut seperti kedutan kalau aku mencapai ejakulasi. Ketika kusentuh clitorisnya dia berjingkat kegelian. Aku tahu clitoris jika diusap terus dia akan tidak tahan merasakan geli yang luar biasa. Lidahku kutekankan ke clitorisnya. Dia kelihatannya setuju karena kepalaku ditekankan sekuatnya ke memeknya.
Selesai gerakan kedutannya aku melepas mulutku dari memeknya. Dengan tissu kuusap mulut dan hidungku yang belepotan cairan ludah bercampur lendir memek Lisa. Memek anak ini masih enak baunya, bau khas memek anak kecil.
Lisa merasa melayang dan mengatakan rasa yang barusan dialami luar biasa nikmatnya. Penisku yang masih menegang aku arahkan ke belahan memek Lisa. Posisi Lisa bersandar ke kursi dengan kakinya menjuntai ke bawah. Kuangkat kakinya dan kulebarkan. Kepala penisku kuusap-usapkan ke belahan memek Lisa dia merasa nikmat oleh sentuhan ujung penisku. Lisa lantas menghiba-iba agar aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku mengingatkan bahwa pada awalnya akan terasa perih dan ada darah sedikit, tetapi setelah itu akan terasa lebih nikmat. Its ok katanya. Kubimbing ujung penisku memasuki gerbang vaginanya setelah terasa tepat aku dorong pelan-pelan, tetapi tidak berhasil. Kutarik lagi dan kulumuri ludah di ujung penisku lalu ku dorong pelan-pelan. Lisa mengeluh memeknya seperti dipaksa membuka lebar, rasanya perih. Aku memintanya bersabar, karena kepala penisku sudah berhasil tenggelam sampai akhirnya tertahan oleh selaput dara di dalam. Aku melicinkan jalan penisku dengan gerakan memaju mundurkan sampai lancar. Pada saat yang tepat aku tekan agak keras dan terasa krekkk, penisku menjebol selaput daranya. Lisa menjerit lirih dan berusaha mendorong tubuhku agar aku mencabut penisku. Tapi aku makin menekan penisku sehingga makin terhunjam ke dalam memeknya sampai ambles sepenuhnya. Kuhentikan gerakan setelah aku berhasil menenggelamkan seluruh penisku. Lisa mengeluh rasanya sakit sekali. Pelan-pelan aku tarik sedikit lalu kuhunjamkan lagi. Aku terus melakukan gerakan itu sampai terasa lancar. Lisa yang tadinya memintaku menyudahi permainan sekarang malah berkali-kali menarik badanku agar terus merapat dan membenamkan penisku lebih dalam.
Kelihatannya rasa sakit di liang vaginanya sudah tertutup rasa nikmat sehingga Lisa mulai meracau. Untuk tidak terlalu bersuara aku membekap mulutnya dengan mulutku sambil terus menggenjotnya. Cukup lama aku menggenjot karena tadi baru keluar dengan Terri. Nikmat mulai menjalari tubuh Lisa sehingga dia makin berkeringat dan melakukan gerakan menyesuaikan gerakan. Tiba-tiba kedua kakinya merangkulku dan kedua tangannya memelukku erat sekali. Lisa berhasil mencapai orgasmenya. Dia berusaha melepas bekapan mulutku dan berteriak. Aku segera kembali membekap mulutnya kembali untuk meredam suara teriakannya. Dia berteriak di dalam mulutku. Aku berhenti menggenjot dan merasakan denyutan panjang berkali-kali mencengkeram penisku. Lisa mendapat orgasmenya yang kedua. Aku kembali menggenjotnya dan belum 5 menit dia sudah mencapai orgasme lagi. Begitu berulang-ulang sampai dia merasakan lebih dari 4 kali orgasmenya sebelum akhirnya aku pun mencapai ejkulasi. Aku bermain dengan Lisa cukup lama mungkin lebih dari setengah jam, sampai badanku penuh dengan keringat.
Lisa memuji permainanku dan dia mengatakan tidak menyesal sama sekali virginnya kurengut, karena merasa nikmat yang luar biasa. Dia merasa badannya lelah sekali dan sangat mengantuk. Kubersihkan seluruh permukaan vaginanya yang penuh dengan lelehan spermaku dan lendirnya dan akupun membersihkan seluruh permukaan penisku. Kami kembali berpakaian dan acara tv sudah tidak menjadi perhatian kami lagi. Lisa berpamitan ingin segera tidur. Aku membereskan ruang TV dan mencari sekiranya ada maniku yang tercecer. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal aku kembali ke pos Satpam, bukan untuk berjaga, tetapi tidur, karena hari ini kerja ku sangat melelahkan
Keesok harinya aku menemui mereka berempat sedang makan roti di sarapan paginya. Lisa kemudian pamit mau bersepeda ke rumah Jenny dan si kembar ikut-ikutan mau ker rumah temannya. Aku kembali melakukan tugas rutin membersihkan kolam renang dan halaman. Mbak Sri memanggilku, katanya Kim minta dijemput di rumah Patti. Aku segera berkemas dan mengeluarkan mobil menuju rumah Patti. Sesampainya disana Kim dan Patti sudah menungguku. Mereka berdua langsung loncat masuk kemobil.
Sesampainya dirumah Kim memberiku sekeping vcd. Aku dimintanya menonton hasil karyanya mereka semalam. Mereka lalu pamit berenang dan aku membukanya melalui laptop di basement. Mula-mula muncul teks nama mereka, Kim sebagai pemain dan Patti sebagai sutradara. Alunan musik terdengar dan muncullah Kim menari-nari. Dia melakukan tarian erotis dan mulai melepasi bajunya. Mula-mula dia menurunkan celana luarnya, lalu melepas bajunya bagian atas. Terlihat tetek mungil yang hanya menonjol di sekitar putingnya. Kim terus beraksi dan dia melepas celana dalamnya. Kim akhirnya tampil telanjang. Memeknya masih gundul dan seperti menggembung di sekitar belahannya. Tiba tiba di gambar muncul Patti yang masih berpakaian lengkap. Dia pun mengikuti jejak Kim membuka bajunya satu persatu. Kelihatan bahwa tetek Patti sudah agak lebih besar sedikit dibanding Kim, tetapi hanya menggelembung sedikit di seputar pentilnya. Sedangkan Kim baru bagian pentilnya yang menonjol. Kedua mereka memeknya masih gundul.
Kim lalu melakukan gerakan sambil tiduran, kedua kakinya dilebarkan dan kakinya ditekuk keatas. Lubang memeknya kelihatan merekah berwarna merah muda. Disebelahnya Patti mengikuti pose Kim. Kedua memek mereka terekspos jelas sekali gundul merekah berwarna merah muda.
Tiba-tiba kedua mereka muncul dengan bikini renangnya yang basah. Kim bertanya bagaimana videonya. Aku memuji cukup bagus. Kim lalu bertanya apakah setelah melihat video itu penisku mengeras. Aku membenarkan. Kim penasaran ingin melihat penisku yang mengeras. Aku lalu memelorotkan celana luar dan celana dalamku. Mereka terpekik dan memohon diijinkan untuk menyentuh penisku. Mereka lalu memegang burungku, Dua tangan mungil meremas-remas penisku yang sudah sangat mengeras. Aku komplain tidak fair karena mereka harusnya juga telanjang. Keduanya dengan cekatan lalu membukai sendiri bajunya. Mereka kembali meremas-remas burungku dengan mimik yang lucu. Aku mengajak mereka duduk di kursi panjang. Kim disebelah kanan dan Patti di sebelah kiri. Aku lalu merabai memek mereka dan mencari clitoris keduanya. Mereka menggelinjang-gelinjang ketika jariku berhasil menemukan posisi clitorisnya.
Kim bertanya, menurut pelajaran di sekolah penis ini jika dimasukkan ke lubang vagina cewek akan menghasilkan bayi. Ku katakan itu benar, tetapi itu terhadap cewek yang sudah mengalami haid. Mereka berdua saat itu belum mengalami haid. Patti lalu bertanya bagaimana mungkin penis sebesar ini bisa masuk ke dalam lubang memeknya yang rasanya kecil. Ku katakan bahwa vagina seorang cewek itu sangat elastis dan bisa berkembang. Vagina cewek juga dilengkapi dengan pelumas. Aku menunjukkan kepada mereka cairan di memek mereka. Mereka memang sudah terangsang sehingga memeknya mulai lembab. Dengan pelumas itu akan memudahkan penis memasuki liang vagina, kataku menjelaskan.
Kim bertanya bagaimana rasanya jika penis dimasukkan ke dalam memek. Kujelaskan rasanya akan nikmat sekali lebih nikmat dibanding dimainkan dengan tangan. Kim dan Patti penasaran ingin merasakan memeknya dimasuki oleh penisku. Aku yang sudah terangsang berat segera menyanggupi mereka dengan janji akan kulakukan bergiliran. Mereka setuju dan bersepakat agar Kim yang mendapat giliran pertama.
Aku menyiapkan tempat eksekusi dengan matras di lantai dan mencari jelly di tempat obat-obatan. Seluruh permukaan dan lubang vagina Kim kulumuri jelli, penisku juga. Aku mulai mengarahkan ujung penisku ke belahan memeknya. Aku tidak langsung menghunjam tetapi menyapukan kepala penisku ke belahan memek Kim. Kim merasakan nikmat Patti yang mengamati dengan serius dan terus bertanya kepada Kim mengenai apa yang dia rasakan. Sudah saatnya aku memasukkan ujung penisku ke dalam lubang memek Kim. Lubang memeknya tampak seperti dipaksa melebar. Kim mengeluh merasa agak sakit. Aku menjelaskan bahwa memang akan ada rasa sakit diawalnya, tetapi seterusnya akan merasa nikmat. Kim kuminta mengendurkan otot-ototnya. Aku terus menekan dan berkat jelli kepala penisku bisa terus masuk sampai mentok di selaput dara Kim. Aku mengocoknya sebentar dan menanyakan kepada Kim apakah masih terasa sakit. Dia katakan rasanya enak. Mengambil kesempatan dari kelengahan Kim aku menekan lebih kuat penisku ke dalam memeknya sehingga terteroboslah selaput daranya. Kim menjerit lirih, katanya sakit sekali. Aku katakan sabar sebentar, memang terasa agak sakit tetapi selanjutnya akan terasa nikmat. Penisku terasa terjepit keras sekali di dalam memek kecil Kim. Aku tidak menyangka bahwa anak umur 9 tahun memeknya sudah bisa dimasuki penisku yang ukurannya normal 15 cm. Penisku terus kubenamkan dan Kim nyengir-nyegir menahan sakit. Patti berkali-kali menanyakan bagaimana rasanya Kim. Kim tidak menjawab karena dia sedang merasa kesakitan. Setelah penisku bisa terbenam seluruhnya aku merasa sekujur penisku seperti kejepit. Agak susah menggerakkannya. Kim masih tegang. Dia kuminta rileks, aku kemudian mencoba menggoyang penisku naik turun. Terasa sempit sekali vagina anak umur 9 tahun, tetapi nikmatnya luar biasa. Aku tidakmampu bertahan lama sehingga akhirnya aku menembakkan lahar panasku di dalam memek Kim. Memeknya mungkin terlalu kecil sehingga air maniku meleleh keluar . Spermaku keluar bercampur darah. Ketika kucabut penisku juga terlihat berselaput sedikit darah.
Aku lalu mencuci penisku dan Kim mengikuti mencuci memeknya. Aku masih mempunyai tugas satu lagi yaitu memerawani Patti. Patti kuajari mengulum penisku. Sambil dia mengulum aku merabai memeknya. Rangsanganku mulai timbuil sehingga pelan-pelan penisku membesar. Aku kembali melumasi memek Patti dengan jelli dan penisku juga kulmuri jelli. Aku duduk di bangku panjang sambil bersandar. Patti kupangku menghdap kearahku. Penisku diarahkan ke lubang memeknya. Patti kuminta mengatur sendiri tekanan. Setelah ujung penisku masuk ke dalam rongga memek Patti. Patti kulepas untuk menekan atau mencabut. Patti menekan sedikit lalu mencabutnya. Dia mengatakan sakit memeknya kemasukan penisku. Aku memintanya dia mencoba lagi dengan melonggarkan otot-otot di sekitar vaginanya. Patti menurut. Dia mulai memasukkan kembali penisku ke lubang memeknya. Penisku mentok di selaput daranya. Aku rasanya tidak sabar Patti kupeluk dan bdannya kutarik kebawah sehingga penisku otomatis menghunjam memeknya lebih jauh. Patti menjerit kesakitan, tetapi penisku sudah masuk lebih dalam bahkan sudah tenggelam. Badan Patti kuangkat sedikit lalu kutarik lagi. Dia meringis kesakitan, tetapi aku terus melakukan gerakan itu. Aku berdiri sambil menggendong Patti sementara penisku di dalam memeknya seperti menyangga berat bdannya. Patti kurebahkan ke matras dan aku mulai menggoyang penisku maju mundur. Patti mulai merasa berkurang sakitnya, dia merasa agak enak, dan dia mulai mendesis merasakan nikmat di lubang vaginanya. Aku terus memompanya. Memek Patti juga terasa demikian sempit dan mencengkeram erat seluruh batang penisku. Sensasi memek anak 9 tahun ini luar biasa, ketat sekali dan jika penisku kutarik keluar sepertinya bagian dalam memeknya sedikit ikut keluar sehingga kelihatan agak monyong. Aku tidak mampu bertahanlama karena sesasi memek sempit itu membuatku cepat mencapai ejakulasi. Air maniku membanjiri lubang memeknya dan seperti Kim tadi ada seikit bercampur darah.
Setelah kami usai melakukan permainan, aku menjelaskan kepada keduanya bahwa hubungan sex pada pertama kalinya agak susah untuk membawa cewek mencapai rasa nikmat yang sesungguhnya. Hubungan sex berkutnya akn terasa lebih nikmat karena rasa sakit itu sudh tidak terasa lagi. Kim dan Patti membujukku untuk mengulangi permainan itu sekali lagi. Kukatakan, jangan sekarang. Mungkin 3 hari lagi setelah rasa sakit di memeknya sembuh, maka rasa nikmat yang sesungguhnya baru bisa dirasakan. Mereka menurut dan memintaku berjanji untuk melakukan dengan mereka 3 hari lagi.
Mereka kembali berpakaian dan aku tidak tahu apa yang mereka mainkan di dalam kamar Kim. Sementara itu aku meneruskan pekerjaanku rutin.
Aku tidak menyangka akan mendapat pengalaman yang demikian luar biasa bekerja di rumah orang bule. Bukan saja honor besar yang kudapat, tetapi aku mendapat 5 keperawanan anak di bawah umur. Di hari-hari selanjutnya aku diminta secara bergantian oleh Lisa,Terri, Sue dan Kim melayani mereka. Akhirnya mereka tahu bahwa satu sama lain melakukan hubungan sex dengan ku. Anehnya mereka tidak merasa itu sesuatu yang salah. Janny pun akhirnya berhasil aku jebol keperawannya dirumahnya sendiri ketika orang tuanya sedang tidak dirumah. Aku jadi punya 6 cewek yang kebutuhan sekxnya harus aku layani. Mereka semuanya anak dibawah umur yang mateng terlalu dini. Meskipun aku berkali-kali menyetubuhi mereka, tetapi memeknya masih tetap terasa sempit dan sensasional

Obyekan Ibu-Ibu

Pak Edi kolegaku punya chemistry yang sama denganku. Meski dia lebih tua 20 tahun tapi jika kami bertugas keluar kota bersamaan, pada waktu luang kami akan jalan berdua. Tujuan pertama pasti wisata kuliner, dan tujuan berikutnya adalah mencari yang bening-bening.

Pak Edi sangat menguasai Solo dan Yogyakarta. Jadi jika ada penugasan ke Solo dan Yogya, dia paling bersemangat, apalagi aku berada dalam timnya.

Suatu hari dia menggamit aku, “Eh aku nemu tempat yang unik di Yogya,” katanya.

Tempat yang unik dimaksud, adalah semacam “show room” tapi khusus untuk para istri yang mencari tambahan dengan menerima “tamu”. Pak Edi bersemangat menceritakan bahwa tempat itu banyak ibu-ibu yang lumayan, dan harganya tidak terlalu mahal. Sayangnya mereka hanya bisa di “tenteng” antara jam 10 sampai jam 5 sore. Mereka tidak bisa diajak nginap di hotel, karena harus kembali kerumah.

Meskipun aku bukan penggemar STW, tetapi keunikan itu membuat penasaran. Suatu waktu jika ada tugas ke Yogya, aku prioritaskan “ bertamu” ke alamat yang diberikan Pak Edi.

Saat yang ditunggu-tunggu tiba. Aku mendapat penugasan ke Yogya dan Solo.

Menyelesaikan pekerjaan di Yogya seperti supir ngejar setoran. Semua kerja bisa aku selesaikan sebelum makan siang. Selepas waktu makan siang aku punya waktu bebas.

Berbekal petunjuk dan alamat yang diberikan Pak Edi, aku naik becak dari hotel. Aku berhenti di bangunan yang ditunjuk pak Edi sebagai penanda, dekat dengan titik tujuan. Berjalan sekitar 30 m ada gang yang tidak terlalu besar. Suasananya teduh dan khas kampung-kampung Jawa, tenang ada suara-suara burung perkutut dan gending yang mungkin dikumandangkan dari radio atau rekaman secara samar-samar.

Aku berdebar-debar juga mendatangi tempat tersebut. Aku berusaha menyesuaikan sikap sehingga tidak kelihatan sebagai orang asing di wilayah itu. Di sebelah kanan di bawah kerimbunan pohon aku melihat semacam warung makan. Ini adalah tempat yang ditunjuk Pak Edi. Warung makan itu agak unik, karena ruang untuk makannya berada di dalam rumah, seperti ruang makan rumah biasa, hanya saja meja makannya ada sekitar 3 dengan kursi-kursi.

Dengan gaya percaya diri aku langsung membelok dan duduk di salah satu meja. Ketika itu meja-meja kosong. Jadi tamunya baru aku sendiri. Seorang perempuan paruh baya mengenakan kain panjang atau jarit menghampiri aku dan langsung duduk di kursi dekat aku. “ Mau pesen apa mas?” tanyanya.

“ Disini apa yang enak,” tanyaku mulai melepaskan kalimat pembuka, kalimat itu kata Pak Edi adalah juga semacam password.

“Wah semuanya di sini enak kok Mas,” timpalnya.

Sambil aku mengamati menu yang disodorkan, mata ini tidak bisa konsentrasi, karena beberapa perempuan berseliweran. Mereka rata-rata berusia di atas 25 tahun sampai 35 tahun. Ada yang mengenakan jarit, tetapi ada juga yang mengenakan pakaian seperti layaknya ibu-ibu pergi ke pasar. Kelihatannya lumayan-lumayan juga. Seandainya aku pilih secara acak, aku kira ok-ok saja.

“Mas pesen ini dulu, yang lainnya nanti bisa diteruskan,” kata si perempuan mbak-mbak yang kutaksir berumur 35 tahun. Akhirnya aku memesan sepiring gudeg ditambah pecel, air mineral dan kopi. Disini letak uniknya, sepertinya pelayan yang mengantar makanan aku orangnya berganti-ganti. Sekitar 5 orang mungkin yang melayani aku. Sambil makan aku ditemani oleh perempuan yang tadi pertama menyambut aku. “ Gimana mas ada yang cocok,” tanyanya.

Terus terang aku bingung juga harus memilih yang mana. Si mbak lalu berpromosi, yang pake kain baju krem itu Ninuk, istri pegawai pemda, yang pake biru istri , yang krem satu lagi, yang baju merah. Semua dijelaskan si mbak. Kata si mbak mereka belum tentu bisa tiap hari kemari, karena kalau tiap hari bisa dicurigai suaminya. Paling-paling seminggu 2 kali. “ Jadi mas, yang hari ini sama yang besok, pasti beda,” kata si Mbak.

Aku bingung memilih kriteria dari semua yang disebutkan si mbak. Tiba-tiba terlintas di benakku untuk memilih perempuan yang paling jarang, atau sudah lama tidak kemari. “ Oo itu mbak Rina, dia udah hampir sebulan nggak kemari, suaminya terlalu ngontrol, tapi gak mampu biayai rumah tangganya, orangnya baik kok mas, ramah. Sebentar ya mas aku panggil,” katanya.

Rina berumur sekitar 28 tahun, agak gempal, tapi mukanya manis. Dia menyalamiku dan duduk di depanku. “Ngobrol aja dulu mas, kalau nggak cocok boleh cari yang lain,” kata si Mbak tadi berbisik di telingaku.

Rina agak grapyak dan suasana obrolan mudah sekali cair. Aku tidak tega menggantinya dengan yang lain, apalagi rasanya lumayan jugalah untuk temen bobok siang. Akhirnya disepakati dia bisa nemani sampai jam 5 sore. Aturan di situ, kita tidak bisa langsung nenteng pilihan kita. Dia nanti akan diantar ke hotel yang kita sebutkan. Kita harus menunggu di lobby untuk menjemputnya lalu digandeng ke kamar.

Setelah masalah harga dan cara pembayaran di sepakati, aku cabut duluan ke hotel. Hebatnya lagi aku ditawari digonceng sepeda motor untuk kembali ke hotel. Pengojeknya ya salah satu cewek yang ada di situ. Sekitar 10 menit menunggu di lobby, Rina tiba diantar oleh rekan yang kelihatannya juga sebaya yang tadi kulihat dia mengantar kopi untukku. Mereka datang berbonceng sepeda motor. Setelah serah terima, rekannya kembali dan Rina aku bimbing menuju kamarku.

“Lho mbak, tadi kan pakai kain, sekarang kok malah pake Jins,” tanyaku ketika dia duduk di bed .

“Iya mas, sebetulnya di tempatnya si Mbak Ambar itu, kita diharuskan pakai kain. Tapi kalau keluar dari situ boleh pakaian bebas, Lha kalau pakai kain naik motor repot toh mas,” katanya dengan senyum menggoda.

Tempat rendezvous itu ternyata adalah milik Mbak Ambar yang tadi menyambutku. Dia membuka warung makan itu sebagai penyamaran, agar tidak mencolok di tengah-tengah kampung. Ada sekitar 30 perempuan di situ, tetapi setiap harinya paling banyak hanya 10 orang. Mereka seperti bergantian.

Sebagian memang suaminya tidak tau, tetapi sebagian lagi menurut Rina datangnya di antar suami dan nanti sore dijemput lagi. Kalau Rina, bekerja sambilan begini tidak setahu suaminya. Dia beranak 2 dan suaminya bekerja sebagai guru. Rina beralasan ngobyek jualan batik membantu temannya. “Abis gaji guru berapa sih mas, untuk kebutuhan rumah tangga baru 10 hari udah habis,” kata Rina menjelaskan mengapa dia “ngojek” di luar pengetahuan suaminya. Menurut Rina jika dia setiap minggu “mampir” ke rumah Mbak Ambar, lumayan bisa menyamai gaji suaminya, malah sering-sering lebih. “

Lho kata mbak Ambar tadi, “Ini” ongkosnya tigaratus, kalau 4 kali berarti satu koma dua toh,” kataku.

“Lho kalau dikasi sigitu, saya ya matur nuwun, tapi kalau dikasih lebih masak iya saya nolak mas,” kata Rina.

Ah sialan, aku terjebak oleh pertanyaanku sendiri. Berarti aku nanti harus kasih lebih dari price list. Aku tawari minum dan snack tapi ditampik oleh Rina. Dia menawarkan untuk dipijat. Tawaran yang sangat menarik, tentu saja aku setuju.

“Mas ke kamar mandi dulu nanti gantian saya, “ katanya.

“Lha kalau sama-sama aja kan enak sih,” kataku menggoda.

“Ah masnya genit nih,” katanya sambil meminta dulu ke kamar mandi.

Dari kamar mandi aku melepas semua baju kecuali celana dalam dan langsung tidur tengkurap. Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena badanku terasa ditindih sambil dipijat. Nikmat sekali rasanya dipijat. Aku mulai sadar bahwa rasanya kulit pungungku bersentuhan langsung dengan kulit Rina, dan terasa ada bulu-bulu nempel di punggungku. Aku menganalisa sambil tengkurap, kayaknya si Rina telanjang bulat memijatku. Penisku jadi pelan-pelan mengeras. Untuk sementara aku ingin menikmati pijatannya yang lumayan enak. Dia lalu memelukku sambil tidur telungkup diatasku. Tengkukku diciuminya dan dia memberi kode gerakan agar aku berbalik telentang. Kuturuti arahannya dan aku telentang, sementara Rina tergolek di sampingku. Pemandangan yang sangat indah, toket gede dan badan yang sekel. Aku segera meremas susunya dan pentilnya ku pelintir-pelintir. Tangan Rina langsung membekap penisku dan perlahan-lahan dikocoknya.

“Mas pijetnya diterusin dulu, nanggung kan,” katanya.

Aku pasrah dan Rina bangkit duduk diatas pahaku, sedikit dibawah kemaluanku. Dia memijat bagian depan pundakku. Perlahan-lahan tumpuan badannya naik keatas, sehingga batang penisku yang mengeras sudah berada diantara belahan memeknya. Dengan nakalnya dia melakukan gerakan maju mundur sambil tangannya terus memijat. Dengan keahlian gerakannya, batang penisku perlahan-lahan mulai menelusup ke dalam liang vaginanya. Setelah seluruhnya tenggelam, Rina mulai melakukan gerakan mutar, sehingga penisku terasa seperti diremas-remas oleh vagina Rina. Makin lama dia makin semangat. Aku diperlakukan begitu tidak mampu bertahan lama dan jebollah pertahananku. Rina paham aku telah memuntahkan spermaku di dalam rahimnya. Dia menunggu sampai ejakulasiku usai baru perlahan-lahan melepas cengkeraman vaginanya. Rina bangkit , sambil menutup lubang kemaluannya agar maniku tidak tercecer. Dia berjalan ke kamar mandi. Aku yang baru saja merasakan kenikmatan, telentang pasrah.

Rina kembali dari kamar mandi membawa handuk kecil yang telah dibasahi. Penisku dibersihkannya secara telaten.

Rina lalu berbaring disampingku sambil tangannya mengelus-elus penisku yang telah layu. Dengan sabar di rangsangnya penisku sampai akhirnya dia bangkit dan mengoral penisku. Penisku yang tadinya loyo, dihisap-hisap Rina, perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Aku akui Rina cukup lihai juga mengoral penisku. Setelah cukup keras dia kembali memasukkan penisku ke rongga vaginanya dan mulai berputar-putar. Aku tidak tahu berapa lama dia menderaku, sampai akhirnya dia mencapai orgasme dan ambruk di dadaku sambil nafasnya tersengal-sengal. Aku merasa penisku seperti di genggam-genggam oleh otot vaginanya. Aku membalikkan posisi dan sekarang berganti aku yang menggarap Rina. Berbagai posisi mulai dari posisi biasa sampai akhirnya kedua kakinya kuangkat ke atas pundakku. Lubang kemaluan Rina cukup menggigit juga. Aku kemudian berganti posisi dogie. Cukup lama juga aku bermain dengan berbagai posisi, sampai aku lelah lalu berkonsentrasi untuk menembakkan spermaku untuk yang kedua kali.

Setelah tembakanku usai aku merasa sangat ngantuk dan akhirnya jatuh tertidur. Ketika aku terbangun Rina dan aku terbungkus dalam satu selimut. Dia rupanya juga tertidur di sampingku. Sebenarnya jika waktunya cukup aku ingin melakukan lagi, tapi butuh waktu interval lebih lama. Namun karena hari sudah mekin sore, akhirnya aku mengijinkan Rina mengakhiri pergumulan.

Aku antar dia keluar hotel sampai mendapatkan becak yang akan mengantarnya pulang.

Hari kedua aku kembali ke tempat Mbak Ambar. Dia rupanya sudah mengenaliku. Kali ini aku datang agak lebih pagi, mungkin sekitar jam 11. “Lho kok gak kerja mas,” katanya.

Aku berasalan mbolos. Aku kemudian memesan makanan . Kuakui makanan di warung Mbak Ambar memang luayan enak. Seandainya tidak ada embel-embel tempat berkumpulnya para STW, mungkin aku akan sering mampir di warungnya hanya untuk makan .

Selama makan aku ngobrol macam-macem, sampai akhirnya aku tahu bahwa Mbak Ambar punya usaha yang sama di Solo dan Semarang. Aku nggak nyangka, kegiatan seperti ini bisa punya cabang di dua kota. Dia lalu memberiku alamat dan kontak personnya di kota-kota itu.

“Mas mau nyoba istri tentara nggak, lagi ada nih, dia udah 3 hari nggak kemari,” kata Ambar sambil menunjuk perempuan berumur sekitar 25 tahun, ayu dan bokongnya besar.

“Wah nanti aku ditembak,” kataku.

“Ah ya ndak tho, wong kadang-kadang dia diantar suaminya kok,” kata Ambar.

“Dia belum punya anak mas,” tambah Ambar gencar berpromosi.

Aku menyetujui lalu si Wiwik, istri sang tentara itu datang bergabung ke mejaku. Kami ngobrol ngalor-ngidul gak jelas. Seperti biasa aku diojekin ke hotel, lalu barang pesanan datang diantar ojek lainnya.

Wiwik penampilannya bersahaja dan lugu. Dia tidak banyak cakap seperti Rina kemarin. Hanya berbicara menjawab pertanyaanku. Meskipun cenderung pendiam, namun Wiwik tergolong berisik jika bertempur. Ini menambah semangatku untuk terus menggempurnya. Dia cukup sabar, dan telaten melayaniku.

Pertempuranku dengan Wiwik tidak perlu aku uraikan secara lebih detil, karena ya kurang lebih sama saja.

Ketika aku pindah ke Solo karena memang pekerjaan menuntut begitu, selepas menyelesaikan tugas sekitar jam 3 aku langsung mencari alamat cabang dari Mbak Ambar.

Alamat yang ditunjuk Mbak Ambar tidak lebih adalah semacam warung yang tidak begitu besar. Dia mungkin lebih cocok disebut sebagai warung kopi. Hanya ada bangku panjang dan meja panjang. Diatas meja ada etelase kaca dan dibaliknya ada berbagai macam kue dan gorengan. Ketika aku ditanya mau pesan apa, seperti di Jogya aku melontarkan password, “ disini yang enak apa mbak,” kataku

“Wah semuanya disini enak-enak mas,” kata pelayannya yang kutaksir berumur sekitar 24 tahun. Tidak lama kemudian muncul wajah lain, kali ini usianya kelihatan lebih tua, Kutaksir berumur sekitar 40 tahun. “Mas mau ngopi, apa mau pesan apa lagi, “ tanya si STW.

Aku memesan kopi dan pisang goreng. Lalu iseng-iseng aku tanya ke si STW tadi. “ Mbak apanya mbak Ambar. “ O Masnya dari mbak Ambar to, kenapa gak bilang dari tadi,” katanya.

“Mbak anggotanya ada berapa sekarang,” tanyaku.

“Ada 8 orang mas,” katanya.

Kedelapan orang itu kemudian mondar mandir di dalam warung. Mungkin ini untuk memberi kesempatan aku melihat kontestan yang akan aku pilih.

“Gimana mas ada yang cocok,” tanya Mbak Lina, demikian ibu STW itu memperkenalkan namanya.

“Wah kok stw semua to mbak, “ kataku.

“Lho si mas pengen yang muda to, sebentar ya,” katanya.

Tidak lama kemudian muncul 3 abg yang kutaksir umurnya sekitar 17 tahun. Seperti para STW tadi mereka juga mondar-mandir di dalam warung itu.

Ketiga cewek itu manis-manis pula, bikin aku bingung memilihnya. Si mbak Lina lalu mendekati aku dan menanyakan apa ada yang cocok. “ Aku bilang cocok semua,”

“Ya kalau gitu ambil aja semua mas, mereka bisa nginap koq, karena di sini mereka kost semua. Yang penting besok pagi mereka harus bisa langsung sekolah.”

Sifat serakahku muncul mengalahkan akal sehat. Jika ditimang-timang rasanya berat juga jika harus bertempur melawan 3 musuh ABG, tapi aku penasaran juga ingin mencoba. Setelah disepakati harga paket berisi “3 bungkus” aku meluncur ke hotel.

Ketika aku sedang asyik menonton TV, telepon di kamar berdering. Reception menanyakan apakah aku bisa menerima tamu, Aku menduga paket Mbak Lina sudah datang, maka kepada petugas aku minta mereka langsung menuju ke kamar.

Ketiga gadis abg yang masih ranum, centil diantar oleh seorang wanita yang kutaksir berumur sekitar 30an. Setelah basa-basi sejenak, si pengantar minta izin untuk kembali.

Ketiga gadis itu aku lupa namanya, tetapi mereka lumayan bagus-bagus juga. Salah seorang yang paling tinggi duduk di sebelah kananku di bed dan yang agak hitam duduk di kiri. Dengan gaya anak remaja mereka memintaku memesan makanan. Mereka mengaku ingin merasakan nasi goreng hotel, kebetulan tadi pulang sekolah agak cepat dan belum sempat makan siang.

Permintaannya aku kabulkan dan mereka kubiarkan menikmati hidangan sambil aku melakukan penyesuaian.

“Oom apa kuat nglawan kita bertiga,” tanya gadis yang kelihatannya paling muda. “Ah ya kita coba aja,” kataku.

Entah dari mana datangnya ide, tiba-tiba aku mendapat gagasan ingin menjadi seperti raja yang dikelilingi gundik-gundiknya. Kujelaskan kepada mereka agar mereka bertindak sebagai pelayan ku dan menuruti semua kemauanku. Jika mereka setuju aku akan menambah tips sebesar tarif mereka masing-masing.

“Bener ya Oom,” kata yang paling tinggi.

Aku lalu meminta mereka melepas semua baju sampai mereka telanjang dan mandi terlebih dahulu membersihkan diri. Aku pun ikutan mandi. Di bawah shower aku dibersihkan oleh 3 gadis-gadis remaja yang badannya baru terbentuk. Yang tinggi bodynya nyaris sempurna dengan pinggang ramping dan pantat bahenol, toketnya tidak terlalu besar dengan pentil masih kecil. Yang berkulit agak gelap teteknya paling besar dengan puting dan aerolanya berwarna lebih gelap dengan pentil juga masih kecil, jembutnya lumayan lebat. Yang kelihatannya paling muda kulitnya putih, teteknya masih kecil dan di kemaluannya masih gundul.

Aku disabuni dan dimandikan oleh ketiga gadis-gadis itu. Di kamar mandi penisku sudah berdiri tegak, akibat dikocok dan mereka bergantian pula mengulum penisku. Badanku dikeringkan dengan handuk lalu aku dibimbing kembali kekamar lalu di baringkan.

Ketiga mereka seperti sudah berkoordinasi masing-masing mempunyai tugas, yang tinggi mengangkangi dadaku sehingga memeknya dekat sekali dengan mukaku lalu dia memijat kepalaku. Yang dua lainnya aku tidak bisa melihat, tetapi merasakan bahwa keduanya bergantian mengulum penisku.

Aku telentang pasrah. Penisku jadi mainan. Mereka bukan hanya bergantian mengulum tetapi juga bergantian menjajal penisku ke memeknya.

Selama dua hari kemarin aku terus-terusan bertempur, maka pertempuran hari ini aku agak imum. Aku mampu bertahan cukup lama dikerjai ketiga cewek-cewek itu . Mereka bergantian berada di atasku menggenjotku. Aku menutup mata sambil menikmati sensasi di penisku yang dipakai bergantian oleh ketiga remaja. Si hitam manis mainnya paling berisik. Dia tidak peduli dengan kedua temannya meski sering kali diledek, tapi dia terus memacuku sampai dia mencapai klimaksnya lalu ambruk di sampingku. Gantian yang tinggi menggenjotku sambil dia mengambil posisi jongkok. Mungkin posisi itu melelahkan akhirnya dia telungkup diatas badanku sambil memaju mundurkan lobang memeknya ke penisku. Sampai posisi tertentu dia melakukan gerakan lebih bersemangat sambil mendesis-desis dan akhirnya diapun mencapai orgasme. Giliran berikutnya adalah si memek gundul. Perlahan-lahan dibenamkannya penisku ke dalam memeknya. Dia meringis, mungkin menahan sakit atau entah kenapa. Padahal batang penisku sudah licin oleh lendir kedua cewek tadi. Mestinya bisa masuk lancar, tetapi kenyataannya dia agak sulit membenamkan penisku. Penisku terasa lebih tercengkeram. Lobang vagina si memek gundul ini memang masih terasa sempit. Setelah terbenam semua dia mulai melakukan gerakan maju mundur. Aku biarkan dia mengubah-ubah posisi semaunya sampai dia mendapatkan posisi yang dia rasakan paling nikmat. Gerakannya makin lama makin cepat dan akhirnya dia pun ambruk juga.

Aku bukan ingin membanggakan bahwa aku superman, tetapi karena aku 2 hari lalu bertempur habis-habisan dan kali ini aku berada di posisi bawah, maka aku bisa menahan selama mungkin agar tidak muncrat. Padahal ketika si memek gundul tadi menggenjotku cepat, aku sudah merasa syur juga dan mungkin kalau aku lepas aku bisa ejakulasi.

Ketiga gadis abg itu tidur telentang berjajar kelelahan setelah masing-masing mendapat orgasme. Aku jadi ingin mengoral mereka satu persatu sambil merangsang gspotnya. Giliran pertama adalah si hitam manis. Ku kangkangkan kedua kakinya selebar mungkin lalu aku mengendus ke memeknya. Memeknya cukup terawat dan baunya tidak terlalu mengganggu. Aku langsung menjilat clitorisnya. Dia menggelinjang-gelinjang dan belum 5 menit dia sudah berteriak orgasme. Aku bangkit lalu jari tengah dan jari manisku ku benamkan ke dalam lubang vaginanya dengan gerakan tertentu aku merangsang titik gspotnya baru sekitar 2 menit dia sudah mengerang-ngerang lalu badannya menegang. Dia mendapat orgasme Gspot. Kuberi waktu sebentar lalu kukerjai lagi. Kali ini dia mencapai orgasme lebih cepat sampai akhirnya dia minta ampun karena katanya badannya lemas.

Si jangkung yang tadi tertidur jadi bangun mendengar suara berisik, menjadi sasaran berikutnya untuk ku oral. Dia pasrah saja ketika ku oral. Memeknya baunya juga cukup sedap. Dengan kepiawaianku mengoral, si jangkung dengan mudah mencapai orgasme. Berikutnya aku merangsang g spotnya seperti yang kulakukan pada si hitam manis. Dia mulanya heran apa yang kulakukan, tetapi itu tidak berlangsung lama, dia mulai terengah-engah dan akhirnya mengejang . Kuberi waktu sebentar lalu aku memulai lagi. Kali ini dia lebih cepat mencapai orgasme. Liang vaginanya basah sampai menetes ke kasur. Aku biarkan dia beristirahat sejenak lalu untuk ketiga kalinya kukerjai lagi dia juga seperti si hitam manis minta ampun karena katanya badannya sudah lemas, tetapi berbicara sambil mendesis-desis. Aku meneruskan ngerjai gspotnya sampai akhirnya dia orgasme lagi. Dia akhirnya benar-benar minta ampun karena badannya terasa lemas sekali dan ngantuk.

Giliran berikutnya adalah si imut yang memeknya masih gundul. Aku oral dia . Memeknya memang istimewa, karena tidak ada baunya dan bentuknya mentul atau menggembung. Belahan vaginanya berwarna merah dan clitorisnya terlihat paling menonjol di antara dua temannya. Dengan mudah aku mulai mengoral clitorisnya. Dia mengejang-ngejang setiap kali ujung clitorisnya aku usap dengan ujung lidah. Namun si memek gundul ini terasa paling lama mencapai orgasme dibanding 2 temannya, sampai leherku terasa pegal. Setelah dia mengejang dan mencapai orgasme aku melanjutkan mengerjai g spotnya. Kedua jariku agak susah menerobos lubang memeknya. Setelah posisinya tepat aku mulai melakukan gerakan tertentu. Mulanya si memek gundul terlihat heran. Ini terbaca dari mimik mukanya, tetapi itu tidak berlangsung lama karena matanya kemudian terkatup dan bibir bawahnya digigitnya. Dia mengernyit-ngernyitkan dahinya lalu mendesis. Kali ini dia tidak mampu bertahan dan akhirnya lepas juga orgasmenya. Dia kelihatan terkejut dan tidak mampu menguasai dirinya ketika orgasme, karena dari lubang kencingnya terpancar semburat cairan kental. Dia mengalami ejakulasi.

Aku membiarkan dia beristirahat sebentar lalu kembali kukerjai, dia kembali mencapai ejakulasi kedua kali. Tapi dia masih belum minta ampun aku kerjai lagi untuk ketiga kalinya sampai akhirnya dia memohon-mohon agar aku menyudahinya, tetapi dia sambil berkata begitu diselingi oleh berdesis nikmat. Aku jadinya tidak mempedulikan permintaannya kecuali meneruskan mengerjainya. Dia pun akhirnya mencapai klimak dan menjerit sekuatnya karena mungkin dia merasa kenikmatan luar biasa.

Lubang vaginanya terasa berdenyut. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan dan segera penisku ku benamkan cepat-cepat ke vaginanya untuk merasakan sensasi denyutan. Rasanya nikmat sekali dan lubangnya terasa lebih mencengkeram. Aku terpancing dan langsung menggenjotnya dengan gerakan cepat dan kasar. Si memek gundul pasrah. Dia mungkin sudah kecapaian. Aku merasa penisku nikmat sekali di memeknya. Dengan konsentrasi akhirnya aku mampu mencapai orgasme, tetapi kulepaskan di luar.

Ketiga cewek itu tertidur seperti orang pingsan. Bahkan si hitam manis mendengkur halus. Aku berjalan ke kamar mandi dan membersihkan cairan spermaku.

Ketiga mereka aku selimuti dan aku pun bergabung dalam satu selimut. Kami tidur seperti jajaran ikan pindang.

Entah berapa lama tertidur, kami terbangun gara-gara masing-masing kebelet pipis. Mereka bertiga merangkuli dan menciumiku . Mereka mengaku belum pernah mengalami orgasme seperti yang dirasakan tadi. Kami berempat menghabiskan malam itu sambil mencoba berbagai adegan seperti di istana raja-raja. Kadang-kadang kami tertawa geli melihat tingkah laku kami, tetapi kadang-kadang mengerang karena nikmat.

Aku mengakhiri tugasku di Solo dengan badan terasa sangat lemas. Ketiga cewek itu memohon-mohon mereka aku booking lagi jika aku kembali ke Solo. Mungkin saja mereka senang menikmati bayarannya, dan mungkin juga senang merasakan sensasi orgasme yang optimal.
MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons