Monday, October 15, 2012

Cartagena

Perjalanan untuk mencapai Cartagena, Columbia sangat melelahkan. Aku perlu 2 hari pindah-pindah pesawat. Jangan ditanya berapa harga tiketnya, mahalnya bukan main. Tapi karena kantorku yang menanggungnya, aku tenang-tenang saja soal biaya perjalanan mengelilingi setengah bumi.
Aku kurang tertarik dengan kota di tepi laut pasifik ini. Masalahnya Colombia negara yang termasuk kurang aman, karena sering terjadi pembunuhan dan perampokan. Tapi namanya tugas, tetap harus kujalani. Peristiwa yang kuliput adalah kesepakatan dunia untuk perlindungan keanekaragaman hayati. Sekarang kesepakatan itu dikenal sebagai Cartagena Protocol.
Dari bandara yang tidak terlalu besar aku sudah dijemput oleh mobil hotel.. Sekitar 30 menit, sampailah di hotel aku lupa namanya, tetapi letaknya tidak jauh dari pantai. Hotel itu disediakan untuk penginapan wartawan dari seluruh dunia yang akan meliput Konferensi Cartagena. Setelah proses chek in aku diantar ke kamar yang letaknya di lantai dasar tetapi agak jauh dari lobby. Kamar hotelnya lumayan, standar lah seperti hotel bintang 4.
Semua urusan peliputan bisa diselesaikan di hotel, karena telah dibangun press centre. Aku kagum juga dengan pemerintah Columbia yang begitu lengkap menyediakan fasilitas untuk peliputan. Bahkan di press centre disediakan stand minuman dan kue-kue kecil yang bisa diperoleh scara gratis.
Ketika aku melihat keliling fasilitas di situ lalu memesan segelas kopi. Sambil mengamati kegiatan. Di ruang press centre yang lumayan luas terlihat berkerumun wartawan lokal. Aku kagum melihat sebagian besar dari mereka ternyata cewek-cewek cantik. Mereka ini celebrity atau reporter sih, tanyaku dalam hati.
Aku datangi mereka lalu menyapa dalam bahasa Spanyol. “buenas tardes” mereka hampir serempak menjawab selamat sore juga. Mereka lalu bertanya bahwa aku bisa bahasa Spanyol. Ku jawab” un poco,” ya sedikit-sedikit bisalah. Wah kami umumnya kurang bisa bahasa Inggris, kata salah seorang cewek dari mereka. Kami lalu berkenalan dan ngobrol dengan bahasa yang agak terbatas. Aku selalu membawa kamus, sebab kalau mentok berkomunikasi aku segera mencari terjemahannya.
Mereka semua ternyata wartawan surat kabar, ada yang lokal Cartagena, ada yang koresponden dari koran ibukota. Kami langsung akrab dan berjanji akan meliput bareng ke tempat konferensi.
Aku selalu berbekal souvenir gantungan kunci dengan bentuk patung asmat. Aku membagi mereka soevenir sederhana itu. Namun dampaknya luar biasa, aku jadi bisa bersahabat dengan mereka. Aku jadi bisa nebeng fasilitas mereka, sehingga tugas peliputan jadi lancar. Banyak juga mereka membantu mencari bahan-bahan berita.
Dasar otak ngeres, aku memilih salah seorang cewek yang paling cantik dan sexy untuk kuajak makan siang di restoran hotel tempat konfernsi berlangsung. Sambil menunggu jalannya konferensi aku ngobrol dengan Adriana, wanita keturunan Spanyol dengan rambut pirang. Dia banyak bertanya tentang Indonesia. Negaraku ternyata sama sekali tidak dikenalnya. Aku sampai mencari peta yang ada di buku panduan konferensi untuk menunjuk letak negaraku. Untungnya di buku itu ada dimuat beberapa foto dari sudut Jakarta dan obyek wisata yang indah dan bisa dibanggakan. Dia terheran-heran, “semaju itukah negara senor,” katanya.
Aku lalu bertanya, apa yang bisa dinikmati dan dilihat di Cartagena. Adriana menjelaskan beberapa tempat yang menarik. Aku mulai melepas jebakan dengan meminta kesediaannya menjadi guide ku tour ke sekeliling Cartagena. Ternyata permintaanku disambut dengan senang hati. Aku dibawanya mengunjungi toko permata. Columbia terkenal sebagai produsen emerald terbaik. Tapi harganya ampun mahal banget. Aku tidak berminat membeli barang begituan, akhirnya kami jalan-jalan keliling kota lalu kembali ke hotel tempat aku menginap.
Tidak ada yang harus dikerjakan akhirnya aku mengajak jalan-jalan ke pantai yang tidak jauh dari hotel. Di sepanjang pantai kulihat banyak orang jual kelapa muda. Adriana mengajakku mencoba kelapa muda yang khas Cartagena, katanya. Kuturuti saja, karena aku pun penasaran. Apa sih bedanya kelapa muda di tempatku dengan di Cartegena. Rasanya ternyata langsung nendang. Air kelapa yang masih di dalam buahnya, ternyata dicampur dengan minuman keras beralkohol. Rasanya enak juga, tapi kepalaku jadi puyeng. Pasti alkoholnya keras, karena aku tidak biasa minum minuman keras.
Adriana tertawa geli melihat mukaku seperti udang rebus, memerah. Aku agak heran , karena dia juga minum seperti yang aku tenggak, tapi kenapa dia masih stabil.
Aku memang tidak sampai mabuk, Cuma kepalaku jadi rada berat. Aku mengajak Adriana kembali ke hotel. Dia menggandengku dan kami langsung menuju kamarku.
Aku langsung rebah di bed. Buset kepalaku jadi puyeng . Tapi dalam keadaan setengah puyeng aku masih sadar ada cewek cantik di dalam kamarku. Aku duduk kembali dan mencoba mencari air mineral. Lumayan juga agak berkurang puyengku setelah aku banyak kencing ke toilet.
Adriana duduk di bedku sambil bersila menonton siaran tv. Aku masih berlagak setengah mabuk lalu mengambil tempat disisinya dan aku langsung merangkulnya. Adriana tidak bereaksi. Aku ngomong rada gak jelas, karena pengaruh alkohol lalu dengan perlahan-lahan kutarik badannya sehingga kami rebah di tempat tidur. Aku langsung mencium bibirnya. Aroma alkohol terasa wangi keluar dari rongga mulut Adriana. Dia membalas ciumanku dan memelukku. Tanganku mulai merayap ke toketnya yang masih terbungkus baju. Dia tidak menolak,malah tangannya meremas-remas aparat di selangkangan ku.
Aku jadi yakin jika Adriana siap aku gumuli. Tangannya tidak hanya sekedar meremas, tetapi membuka tali pinggangku , lalu resleting dan langsung menyelinap ke balik celana dalamku. Dia menemukan batangku yang sudah mengeras.
Aku jadi makin gila dan kubuka bajunya dan pengait bh nya. Toketnya gemuk bener dengan puting yang muncul mengeras. Aku selama ini luput memperhatikan susunya karena selalu ditutup blazer. Setelah terbuka begini ternyata susunya lumayan besar. Andriana mengubah posisi, aku didorongnya sehingga tidkur telentang. Dibukanya semua bajuku sampai akhirnya aku telanjang bulat. Dengan senjataku yang mengacung. Ke atas digenggamnya dan dikocoknya sebentar. Andriana berdiri lalu meninggalkanku . Dia berlalu ke kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya di sana. Aku pasrah saja. Mataku agak berat, setengah pening dan setengah ngantuk juga. Entah berapa lama aku tertidur, aku tersadar ketika merasa barangku terasa nikmat. Adriana rupanya sedang mengoralku. Ah oralnya bukan main sedapnya. Aku merintih keenakan. Dia makin semangat mendengar reaksiku. Aku menikmati saja apa yang dia suguhkan sampai terasa maniku mau meledak. Menjelang tembakan maniku, kuberti tahu dia agar melepas kulumannya. Namun dia malah makin gigih menghisap sehingga aku tak mampu lagi bertahan dan pecahlah ledakan air maniku di mulutnya. Rasanya maniku banyak sekali keluar kali ini karena sudah hampir 2 minggu tidak pernah dimuntahkan. Aku tergeletak lemas. Adriana mengambil handuk basah dibersihkannya seputar kemaluanku sampai terasa bersih benar.
Mungkin dia tidak puas, atau dia bersuaha membangunkan kembali penisku. Adriana kembali mengerjai barangku yang masih loyo. Dengan sabar di jilat dan sesekali dihisap. Aku harus mengakui, kemampuan oral Adriana termasuk luar biasa. Dari keadaan Nol tanpa rangsangan, pelan-pelan aku mulai merasakan kembali nikmatnya oralnya, sampai akhirnya barangku mengeras. Meski belum keras sempurna, tetapi rasanya sudah cukup mampu jika harus menerobos masuk liang vagina Adriana.
Adriana menyadari barangku mulai mengeras dia mengatur posisi menduduki penisku. Pelan-pelan penisku masuk menerobos masuk ke liang vaginanya yang sudah basah dan terasa hangat sekali. Adriana melenguh sendiri begitu barangku mulai memasuki rongga vaginanya. Aku merasa dia sedang mengatur posisi gerakan untuk memaksimalkan rangsangan penisku pada genitalnya. Badannya agak condong kedepan dengan pinggulnya digerakkan maju mundur. Aku merasa permukaan vaginanya seperti menggerus bulu-bulu kemaluanku. Aku merasa penisku seperti dibesut-besut. Nikmat luar biasa. Mungkin Adriana sudah terangsang sejak tadi sehingga dia cepat mencapai orgasmenya sambil memekik dan rubuh ke badanku. Terasa liang vaginanya berdenyut-denyut. Sementara itu aku masih jauh dari capaian orgasme. Aku membalikkan posisi menindih tubuhnya yang pasrah. Aku mulai melakukan gerakan maju mundur. Ttapai setelah lima menit tidak ada rasa nikmat. Mungkin karena vaginanya sudah banjir jadi terasa licin dan longgar. Kulepas penisku dari vaginanya dan aku memainkan jariku memasuki kemaluannya. Aku mencari G spotnya dan setelah teraba aku mulai memainkannya dengan gerakan halus. Mulanya Adriana diam saja, tetapi seiring terasa makin keras benjolan G spotnya dia mulai merintih. Aku terus memainkan benjolan lembut di dalam vaginanya . Adriana merintih makin seru. Dia minta aku segera menjebloskan penisku ke vaginanya, tetapi aku tidak menurutinya. Aku terus mengerjai G spotnya sampai akhirnya dia memekik lalu menutup mulutnya dengan bantal. Terasa denyutan di dalam vaginanya. Adriana mencapai orgasme vaginal. Cairan pelumas dari vaginanya meleleh keluar sampai membasahi sprei.
Setelah orgasmenya tuntas, matanya berbinar-binar sambil mengatakan bahwa orgasme yang barusan dia rasakan itu nikmat luar biasa. Dia mengaku belum pernah merasa orgasme seperti itu.
Dengan agak membual aku menawarkan bahwa aku bisa membuat dia mencapai orgasme yang lebih nikmat dari yang barusan dia rasakan. Dia tidak percaya, dan bertanya senikmat apalagi orgasme itu. Ini saja rasanya sudah seperti melayang-layang dan semua sendinya terasa lemas.
Kukatakan bahwa nikmat yang tinggi itu, jika dia sampai berejakulasi seperti yang terjadi pada laki-laki. Adriana tidak percaya. Aku berkata jika diizinkan aku akan melakukannya sekarang padanya. Aku minta pasrah dan menuruti perintahku. Adriana mungkin penasaran lalu dia mempersilahkan aku melakukannya.
Aku bersimpuh di sisinya dan kedua kakinya kutekuk dan membukanya lebar-lebar. Aku memulai dengan mengusap-usap permukaan kemaluannya lalu memberi pijatan lembut di seputar daging kenyal bibir luar di kiri kanannya.
Setelah pijatan singkat itu kedua jariku, jari tengah dan jari manis kumasukkan pelan-pelan ke dalam liang vaginanya yang sudah sangat licin dan banjir. Tanpa menemukan kesulitan berarti kedua jariku sudah tenggelam.
Dalam posisi tanganku menengadah, aku beritahu agar Adriana pasrah dan menuruti gerakankan. Aku melakukan gerakan seperti akan mengangkat badannya dengan kedua jariku di lubang vaginanya sampai badannya agak meninggi lalu kujatuhkan lagi. Gerakan itu kemudian kulakukan dengan cepat dan kasar. Mulanya Adriana heran melihat tingkahku terhadap lubang vaginanya. Namun tak lama kemudian dia mengakui gerkan itu terasa nikmat di dalam vaginanya . Dia tidak sampai menghabiskan kata-katanya sudah merintih-rintih. Aku terus melakukan mengangkat dan melepas dengan gerakan cepat. Tidak sampai 2 menit Adriana sudah mengerang dengan suara seperti orang kesakitan, tetapi juga seperti orang keenakan. Aku terus melakukannnya sampai akhirnya dia melengking panjang agak tertahan dan muncratlah cairan kental dari lubang kecingnys. Tekanannya cukup keras sehingga pancurannya sampai setinggi 30 cm. Dia menembakkan ejakulasinya sekitar 4 kali lalu melemah dan akhirnya meleleh.
Adriana yang berbaring dengan bantal agak tinggi sempat melihat muncratnya ejakulasi dari vaginanya.
Dia terheran-heran karena bisa begitu. Ini adalah pengalamannya pertama merasakan nikmat yang katanya sungguh luar biasa. Badannya langsung terasa lemas.
Biasanya cewek yang baru mengalami orgasme luar biasa, lubang memeknya akan terasa menjepit dan nikmat. Ini dikarenakan semua organ sekx di dalamnya mengembang, sehingga meniciptakan rongga yang sempit dan menjepit. Kesempatan ini segera kumanfaatkan dengan menikamkan penisku ke vaginanya. Terasa sekali sempitnya vagina Adriana. Seluruh bagian batangku seperti diremas oleh daging lembut. Vaginanya terasa legit, meski banjir. Aku merasakan kenikmatan memaju mundurkan penisku keluar masuk di vagina Adriana. Tidak seperti pria, wanita setelah mencapai orgasme masih merasakan jalaran kenikmatan di seluruh organ kewanitaannya. Dia tidak langsung jatuh ke titik nol. Oleh karena itu Adriana merespon gerakanku. Sambil menggenjot aku mencari posisi sehingga penisku bisa menggerus Gspotnya. Aku mencermati respon dari Adriana. Pada posisi tertentu dia terlihat mengerang-erang. Ini adalah posisi yang paling dia rasakan nikmat. Aku terus bertahan di posisi itu, karena aku juga merasakan nikmat di sekujur penisku. Adriana kembali mencapai orgasme dan dia menjerit –jerit ketika orgasmenya datang, sementara aku baru akan mencapai rasa nikmat sudah didahului oleh orgasmenya. Aku tidak memberi jeda, langsung kugenjot dengan gerakan kasar. Adriana menghiba-hiba memintaku berhenti karena katanya dia sudah tidak tahan. Lemas dan agak ngilu. Tapi aku terus dan tidak perduli.Hanya sekitar semenit dia menghiba minta berhenti setelah itu dia kembali mengerang-erang seperti orang kesetanan. Ini berarti dia sudah bisa merasakan nikmat kembali. Aku fokus pada pencapaian orgasmeku dan akhirnya berhasil kucapai. Penisku kubenamkan dalam-dalam dan semua maniku kusemprotkan ke vaginanya. Ditengah aku menikmati orgasmeku, Adriana kembali mengerang sambil memelukkan kedua kakinya ke badanku erat sekali. Dia rupanya menyusul mencapai orgasme.
Kami berdua kelelahan tidur berdampingan. Adriana langsung jatuh tertidur. Dia tidur mengorok lirih. Aku bangkit menuju kamar mandi membersihkan aparatku. Aku merasa risih kalau tidur penisku masih belepotan mani dan cairan vagina. Adriana kuselimuti dan aku juga masuk kedalam selimut bersamanya.
Entah berapa lama kami tertidur. Ketika bangun kulihat Adriana sudah membuat kopi sambil berdiri telanjang. Mengeathui aku bangun dia langsung menubrukku dan menciumiku. Kira kira dia mengatakan begini, “ kamu luar biasa hebat sekali, aku puas sekali. Selama kamu di Cartagena aku akan tidur bersamamu dan akan selalu di dekatmu.”
Entah bagaimana pola pergaulan orang Columbia, tetapi ketika aku istirahat siang di gedung konferensi beberapa cewek reporter mengerubungiku saat makan siang. Tanpa basa-basi mereka minta diajari caranya berejakulasi. Kata mereka, akan datang bersama cowoknya ke kamarku nanti malam. 3 cewek yang maksa betul agar aku mau mengajari mereka.
Malam itu di depan cowok-cowoknya aku mengajari mereka sambil mencolokkan jariku ke vagina cewe-ceweknya sampai akhirnya mereka bisa melakukannya dan terkagum-kagum melihat pancuran ejakulasi muncrat dari vagina. Mucho Gracias. ***

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons