Monday, October 15, 2012

Pembantu Pilihan

Pada hari itu aku ingat sedang mengganti ban mobil yang mendadak kempis. Ini pasti ulah orang memasang ranjau paku. Sebab ban tubeless begini mana bisa langsung kempis. Aku memarkir kendaraan di daerah yang ramai. Aku berpikir jika ada yang coba-coba menodongku dia akan berpikir dua kali. Semua pintu sudah terkunci sempurna. Sialnya teriknya matahari yang terlalu menyorot sehingga keringat terus mengucur.
Sedang asyik-asyiknya nungging memasang baut, terdengar suara, “ pecah ban ya oom”.
Aku mendongak, wah pembantu genit. Eh tampangnya boleh juga, kulitnya putih dan kelihatan masih belia. “ Iya nih mbak, mau bantuin ya,” aku menggoda.
“Yeee mana bisa,” katanya.
“Bukan bantuin ganti ban, tapi bantuin liat-liatin kalau ada orang yang coba-coba mau nyuri barang dari dalam mobil,” kataku.
“ Asal ada upahnya gak papa deh,” katanya.
“Beres soal itu, jangan khawatir, “ kata ku.
Si mbak itu lantas berdiri di depan mobilku di sebelah pinggir kiri. Dia benar-benar mengawasi mobilku. Aku hampir rampung mengganti ban kanan belakang dan tinggal memasukkan ban yang bocor ke bagasi.
Setelah beres, aku mengambil air minum dari dalam mobil dan mencuci tangan sampai bersih.
“Aman mbak,” tanyaku.
“Gak ada apa-apa koq,” katanya.
“Eh mbak kerja di mana, “ tanyaku langsung tanpa basa-basi.
“Di restoran di food court di mall itu,” katanya menunjuk mall yang memang tidak jauh dari tempat mobilku berhenti.
“Mbak punya temen yang mau kerja di rumah jadi pembantu,” tanyaku langsung.
“ Emang gajinya berapa,” tanyanya genit.
“Sejuta, bersih, makan, dan tinggal di dalam,” kataku .
“Emang kerjanya apa oom, berat enggak,” tanyanya mulai terlihat tertarik.
“ Ya cuma bersih-bersih, cuci setrika dan masak, tapi saya perlunya dua orang biar kalau saya tinggal di apartemen tidak takut sendirian,” kataku.
“ O rumah oom di apartemen ya, emangnya istri oom dimana,” tanyanya.
“Wah belum punya, saya masih sendiri,” kataku.
“Entar deh oom saya kabari,” katanya.
Kami lalu bertukar no HP.
Dia kuberi tips limpul alias lima puluh ribu.
“Makasih ya oom, nanti saya kabari deh,” katanya.
“Ya jangan lama-lama ya saya butuh cepat,” kataku.
Dari obrolan itu aku tahu bahwa dia bekerja di restoran gajinya Cuma 600 ratus ribu. Jumlah itu masih harus dipotong kost, transport dan makan . Jadi kata dia tidak ada sisanya.
Ketika aku bersiap-siap mau pulang kantor, masuk no simbak tadi.
“ Oom telepon balik dong, pulsa ku mepet,” katanya.
Aku segera menelopn balik.
Dia mengatakan bahwa dirinya berminat dan ada beberapa temennya yang juga mau menemani kerja di apartemen.
Dalam hatiku agak girang juga, si mbak tadi cukup manis, kulitnya putih, bodynya lumayan ok. Kutaksir umurnya tidak lebih 17 tahun.
“Temennya yang gimana, kamu bisa kirim mms gak, “ tanyaku.
“ Bisa sih oom tapi pulsanya itu lho mepet, kirim pulsa dong, nanti saya kirimi mms foto temen saya yang mau ikut kerja,” balasnya.
Aku kirimi pulsa limpul.
Masuk balasan “tq ya”.
Gak lama kemudian muncul mms. Semuanya ada 4 mms.
Wah banyak bener yang berminat nih, batinku.
Satu-satu ku telaah mulai kerupawanannya, usianya, sampai tipikal orangnya.
Aku tertarik sama yang baju kuning, kelihatannya umurnya masih muda dan cantik pula.
Dari kantor aku memutuskan mendatangi si mbak yang aku lupa nanya namanya di food court di mall yang dia tunjuk.
Setiba di sana memang benar kutemui dia bekerja di sana. Kuperhatikan foto-foto yang dikirim tadi adalah pelayan di sini semua. Orang yang dikirimkan fotonya, ternyata bagus-bagus semua, sampai aku agak bingung juga memilihnya kalau melihat langsung begini.
Aku diperkenalkan kepada mereka satu persatu. Aku meneliti cermat mereka satu persatu. Pilihanku jatuh ke pelayan yang memakai baju putih. Usianya lebih muda dari si mbak tadi, cantik dan kelihatannya polos dan bersih. Dia juga terlihat tidak genit seperti teman-teman lainnya.
Tapi aku tidak memutuskan di situ. Aku bilang nanti akan menelepon lagi ke si mbak yang akhirnya kutahu namanya Raisa. Keren juga namanya, dan rada janggal untuk orang seperti dia yang bekerja sebagai pelayan restoran.
Besok siangnya aku telepon dan kutentukan pilihan ku seperti ketika aku ketemu mereka.
Langsung ku tembak, kapan mulai bisa bekerja.
“ Yah oom jangan buru-buru, kita gajian dulu baru pindah kerja, Tanggal 1 deh kita nanti mulai kerja di tempat oom,” kata Raisa.
Hari itu masih 10 hari lagi sampai ke tanggal 1. Sisa waktu itu aku menyempurnakan apartemenku dengan memasang beberapa kamera cctv di tempat yang tersembunyi. Ada Sekitar 9 kamera aku benamkan di tempat-tempat tersembunyi. Aku bisa mengawasi langsung dari laptopku dimana pun aku berada. Semua kegiatan di dalam apartemen yang luasnya sekitar 60 m2 bisa aku pantau dan aku rekam di dalam hardisk di komputer yang letaknya juga tersembunyi.
Pada hari yang dijanjikan aku menjemput mereka sekitar pukul 10 pagi, kebetulan itu hari libur di mall tempat mereka bekerja. Dari situ aku langsung membawa ke apartmenku di daerah Jakarta Barat yang kebetulan bangunannya menyatu dengan mall.
“Enak banget lokasinya oom, dekat mall,” kata Raisa. Sementara temennya yang bernama Lina masih diam saja, kaku mungkin masih malu, karena usianya masih 14 tahun. Raisa usianya ternyata juga baru 16 tahun. Raisa dan Lina berasal dari satu kampung di Jawa Tengah bagian utara.
Mereka kembali mengagumi unit apartemenku, “wah luas banget oom rumahnya,” katanya.
Kedua mereka aku tempatkan di kamar kedua yang sudah kusiapkan 2 single bed. Aku menata seperti kamar hotel. Maksudku agar mereka betah menunggui rumahku yang sering kosong. Aku masalahnya sering tugas ke luar kota kadang-kadang sampai setengah bulan.
“Ini kamar kita oom, koq bagus banget kayak hotel ya,” kata Raisa yang memang mulutnya lebih bawel.
Aku menunjukkan peralatan rumah tangga dan cara menggunakannya satu persatu kepada keduanya. Tugas pun aku bagi agar bebannya merata. Mereka kuperbolehkan memakai semua fasilitas yang ada di rumahku, termasuk ngenet kalau bisa. Hanya aku ingatkan mereka sama sekali tidak boleh membawa laki-laki masuk ke unit apartemen dan tidak boleh mencuri barang sekecil apa pun.
Mereka manggut-manggut dan masih excited memandang keluar jendela, karena dari lantai 25 ini pemandangan ke sekeliling kota memang indah.
Hari pertama kami hidup bersama masih belum terjadi apa-apa. Bahkan sampai sebulan pun masih normal-normal saja hubungan majikan dengan pekerjanya.
Di bulan berikutnya aku mulai mencoba menyelipkan DVD porno Asia yang tidak terlalu vulgar di tumpukan DVD. Aku tandai benar letak dan urutannya. Sehingga kalau mereka memutar aku segera tahu.
Dari monitor sering aku pantau mereka masih menonton film-film biasa. DVD ku yang khusus itu juga belum berubah letaknya. Letak DVD khusus itu memang terselip agak di bawah.
Setelah hampir dua bulan suatu hari ketika ku pantau, terlihat mereka sedang menonton DVD khusus itu. Sejak itu hampir setiap hari mereka menonton film-film syur. Aku memang terus menyuplai film-film syur itu mulai dari X sampai XXX.
Mulanya terlihat Lina ogah nonton gituan, tapi lama-lama mereka berdua terlihat asyik.
Oh ya aku lupa menceritakan bahwa di kamar mandi mereka pun aku telah benamkan 2 kamera pengintai. Sehingga aku tahu persis lekuk tubuh mereka berdua. Raisa jembutnya masih sedikit, apalagi Lina jembutnya masih tumbuh satu-satu. Tapi aku akui kedua tubuh mereka mulus dan nyaris sempurna bentuknya. Karena bokongnya nonjol dan berpinggang. Teteknya tidak besar-besar, proporsionalah. Tetek Lina masih mancung banget, sehingga terlihat lancip dan pentilnya masih kecil.
Mereka tentu tidak tahu bahwa sampai kegiatan mereka di kamar mandi pun aku bisa memantaunya.
Setelah genap 3 bulan aku tanyai mereka apakah betah bekerja di tempatku. Mereka serentak menjawab, “betah”. Aku juga merasa cocok, karena mereka cukup rajin dan perilakunya baik. “ Oom, enak kerja di sini, kerjanya ringan, duit gajinya utuh lagi,” kata Raisa.
Untuk memperlancar pembayaran gaji mereka, mereka berdua aku buatkan ATM. Ya tentu ATM atas namaku, karena mereka belum memiliki KTP.
Kedua mereka tidak aku perlakukan seperti pembantu, tetapi lebih seperti keluarga, sehingga kami kalau di rumah akrab. Mereka pun aku ajak bergabung di ruang keluarga menonton TV, makan bersama di meja makan, bahkan jalan ke mall bersama. Aku pun mendadani mereka seperti layaknya ABG Mall, sehingga kalau kami jalan bertiga tidak terlihat bahwa mereka adalah pembantu di rumahku.
Jika aku terlalu lelah bekerja, mereka aku minta memijat badanku dengan melumuri balsem pijat. Aku tentunya hanya menggunakan celana boxer dan masih ada celana dalam di dalamnya. Malu juga kalau saat ngaceng , nggak ketahan sama boxer.
Awalnya sih hanya menginjak-injak punggungku, tetapi lama-kelamaan aku ajari mereka mengurut sekujur tubuhku. Mereka melakukannya berdua.
Nikmat sekali rasanya, seperti raja-raja sedang di pijat oleh dua dayang-dayangnya. Makin lama, pijatan mereka berdua juga makin mahir, karena aku mengajari mereka dengan cara mempraktekkan pijatan ke badan mereka.
Pada awalnya sih mereka malu aku pijat, tetapi karena mereka harus aku ajari, jadi akhirnya menyerah juga mau aku pijati.
Semula Raisa dan Lina merasa geli ketika aku pijat tubuhnya. Tapi setelah lama dan terbiasa, kami jadi saling bergantian memijat. Parahnya kadang-kadang sepulang aku kerja Raisa minta aku pijat, karena badannya pegal. Nglunjak juga, tapi nggak apalah, karena memang aku sendiri memberi kesempatan seperti itu. Kata Raisa, pijatan Lina kurang mantap. Setelah Raisa, Lina pun jadi ikut-ikuta minta dipijat. Mereka berdua memang makin manja.
Jika semula mereka ketika aku pijat, mengenakan pakaian lengkap, lama-lama nurut juga ketika kuminta mereka hanya mengenakan sarung. Di dalamnya memang masih mengenakan CD dan BH. Tapi ketika sarung terbuka tinggal CD dan BH, mereka akhirnya terbiasa dan tidak lagi merasa malu.
Aku pun demikian jika awalnya masih menggunakan boxer, akhirnya hanya mengenakan celana dalam.
Aku terbiasa sebelum mengenakan baju hanya mengenakan CD mondar-mandir di rumah, kadang-kadang sampai sarapan pun hanya menggunakan CD.
Setengah telanjang menjadi hal yang biasa, karena mereka pun keluar kamar mandi hanya membelitkan handuk saja.
Hubungan kami semakin akrab, bahkan kalau menonton TV aku bebas memeluk mereka berdua di kiri dan kanan. Mereka pun seperti bermanja-manjaan menyenderkan kepala ke bahuku.
Jika tadinya mereka memanggil aku Oom, sekarang mereka aku biasakan memanggilku Daddy. Jadi kalau kami jalan di luar, mereka meneriakkan panggilan ded, tidak malu-maluin.
“ Ded kita kaya pacaran ya, rasanya saya sayang deh ama daddy,” kata Raisa.
“ Iya aku juga,” kata Lina.
“Enak dong daddy punya pacar sekali dua, tinggal serumah lagi,” kataku.
“Tapi kalau pacaran kan harus dicium,” kataku sambil menarik Lina dan kucium kening dan pipinya.
Lina agak terkesiap ketika kucium. Mukanya langsung bersemu merah.
Raisa menerima giliran berikutnya, dia pun terlihat malu, tetapi badannya melemas pasrah aku cium kening dan pipinya.
Sejak itu jadi kebiasaan, jika aku berangkat dan pulang kerja mereka mencium pipiku.
Situasi mengalir begitu saja dari awalnya mereka malu-malu, selanjutnya mereka sudah bermanja-manjaan dan bebas mencium dan dicium.
Suatu malam ketika kami sedang asyik menonton TV, di luar hujan deras disertai petir. Listrik di apartemen sempat padam sejenak sekitar 10 menit. Karena suasana gelap, hanya diterangi oleh emergency lamp, tidak ada yang bisa kami lakukan . aku langsung masuk kamar dan ingin tidur. Kilat terus berkelebatan dengan suara petir yang menggelegar. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan mereka ketakutan memohon boleh tidur bersama ku.
Kupersilakan mereka tidur mengapitku. Raisa di kanan dan Lina di kiri. Kami tidur dalam satu selimut. Ketika listrik sudah kembali menyala, mereka ingin tetap bersamaku, karena petir dan kilat belum reda.
Aku terbiasa jika tidur hanya mengenakan celana dalam saja. Otomatis senjataku langsung menegang ketika berhimpit dengan tubuh remaja yang menempel di kiri dan kananku. Kamar tidurku selalu gelap jika aku tidur, sehingga suasananya agak remang-remang.
Aku jadi terganggu karena kedua bocah ini. Setiap kali ada petir mereka memelukku. Aku pun merangkul keduanya dalam satu pelukan. Terasa susu mereka menekan badanku. Rasanya kenyal dan empuk. Meski pun mereka masih mengenakan pakaian lengkap dengan BH.
Karena suasana gelap jadi terasa romantis. Aku mulai mencium mereka di kening dan pipinya bergantian untuk menenangkan rasa takutnya.. Namun lama-lama aku ingin mencium lebih jauh. Bermula dengan Raisa, aku mencium bibirnya. Di perlakukan begitu, Raisa malah makin ketat memelukku. Terasa nafasnya memburu. Cukup lama aku mencium bibirnya sampai dia terengah-engah. Setelah itu aku berganti mencium pula bibir Lina. Dia mulanya agak kaku, tetapi kemudian bisa menerima ciuman di bibirnya dan dia pun memelukku ketat sekali. Tak ubahnya Raisa, Lina pun nafasnya makin memburu dan mendengus.
Aku sudah terbawa situasi terangsang sehingga tanganku pelan-pelan mulai menggerayangi susu mereka. Mungkin karena sudah terangsang Raisa dan Lina membiarkan payudaranya aku remas-remas, bahkan tanganku ketika menelusup di balik BHnya mereka diam saja. Pentil susunya ku permainkan dengan memelintir-lintir. Nafas keduanya makin memburu dan bergantian menciumku.
Asyik sekali susu mereka, karena masih sangat kenyal. Aku memuaskan meremas-remas sampai akhirnya BH mereka terlepas. Lina dan Raisa menurut saja ketika kubuka baju mereka bagian atas. Nikmat sekali rasanya kulit kami saling bersentuhan, menambah rangsangan semakin tinggi.
Tentunya aku tidak puas menjelajah dada mereka, berikutnya tanganku mulai meremas selangkangannya meski masih dari luar celana.
Reaksinya mereka menggelinjang-gelinjang ketika tanganku meremas gundukan memeknya. Tidak ada reaksi penolakan, sehingga berikutnya aku memasukkan tanganku ke dalam celananya dan langsung menyentuh belahan memeknya. Gundukan memeknya terasa mentul, aku senang meremas-remas gundukan itu, karena kedua mereka masih belum terlalu banyak ditumbuhi jembut.
Raisa dan Lina makin larut dengan rangsangan, sehingga tidak menyadari jika perlahan-lahan celana mereka aku pelorotkan, sampai akhirnya mereka telanjang bulat di balik selimutku. Jari memainkan clitoris mereka. Dengan bantuan cairan lendir yang keluar dari belahan memeknya aku mengusap-usap clitoris mereka. Lina dan Raisa merintih dan menggelinjang merasai rabaan jariku di itilnya. Kemahiran jariku membawa mereka mencapai orgasme dengan memeluk ketat tubuhku. Telapak tanganku masing-masing bisa merasa denyutan memeknya ketika mmencapai orgasme.
“Ded enak banget rasanya, aku lemes benget dan ngantuk,” kata Raisa.
Aku sungguh sangat terangsang, tetapi kali ini harus kutahan, sampai akirnya kami tidur bertiga, dan hanya aku yang mengenakan celana dalam.
Malam berikutnya, meski tidak hujan dan petir mereka memilih tidur bersama ku lagi. Namun aku mensyaratkan agar mereka hanya mengenakan BH dan celana dalam saja kalau mau masuk ke dalam selimut.
Aku kembali melancarkan serangan diawali dengan berciuman sampai akhirnya menelanjangi mereka lagi. Mereka juga kembali mencapai orgasme berkat olahan jariku.
Kali ini mereka kuminta bergantian menggenggam penisku. Karena di bawah selimut, mereka tidak terlihat terlalu merasa malu, meskipun agak rikuh. Namun genggaman dan elusan kedua tangan mereka sudah cukup membuatku makin terangsang. Aku lalu bangkit dan menciumi tetek mereka bergantian. Berat juga tugasku melayani dua gadis kecil ini sampai mereka tetap terjaga dalam suasana terangsang.
Selimut sudah terbuka dan aku pun sudah bugil. Aku memulai dengan menggarap Raisa, karena dia yang lebih tua. Setelah puas menciumi teteknya aku menuruni tubuhnya menciumi perutnya dan terakhir langsung ke belahan memeknya. Raisa menggelinjang- gelinjang tidak karuan, sampai akhirnya memekik ketika mencapai orgasme. Dari Raisa aku meneruskan menggarap Lina. Dia kelihatannya terangsang tinggi melihat Raisa merasakan nikmatnya rangsangan yang kulancarkan . Aku menjilati belahan memek Lina yang relatif masih gundul. Dia pun menggelinjang tidak karuan, menahan geli bercampur nikmat. Lina tidak mampu lama bertahan sampai akhirnya di pun mencapai orgasme.]
Puas lah aku bisa menggarap mereka berdua sampai bisa aku jilati pepeknya. Setelah itu aku mengajari Raisa untuk menciumi penisku. Dia mulanya malu-malu. Tetapi pengaruh rangsangan yang masih besar akhir menurut saja ketika kepalanya kuarahkan ke kemaluanku. Awalnya dia hanya menjilat-jilat batang penisku, namun karena terbawa suasana, akhirnya dia mengulum kontolku. Mungkin pelajaran dari tayangan DVD sehingga Raisa cepat sekali mahir, bahkan dia mevariasi dengan menjilati kantong buah zakarku. Giliran berikutnya adalah Lina yang aku ajari mengoralku. Dia tidak bisa menolak, karena sahabatnya sudah melakukan. Lina memang masih kecil, sehingga gerakannya masih belum luwes. Namun tidak masalah karena akhirnya Raisa ikut berpartisipasi. Kontolku dikerubuti oleh dua mulut mungil ABG. Aku tidak mampu bertahan dan buru-buru kuraih tissu yang memang sudah dipersiapkan dan kulepaskan tembakan spermaku ke tissu.
Kami bertiga puas, meski mulut kami masih berselemak lendir kemaluan. Kami tidur bertiga sampai pagi dalam keadaan bugil.
Pagi itu Lina dan Raisa ikut mandi bersama di kamar mandiku yang dilengkapi dengan bak jacuzzy. Berendam bertiga dengan air hangat, rasanya makin nikmat kami berciuman erat sambil berendam dan sekali lagi aku mengoral mereka berdua bergantian dengan cara menduduk mereka di pinggir bak. Pegal juga leherku melayani dua pepek itu, tetapi aku puas, karena setelah itu kontolku mereka kerubuti sampai aku ejakulasi.
Di hari-hari berikutnya setiap malam kami melakukan ritual yang sama sebelum tidur.
“Ded kalau itunya daddy dimasukkan ke dalam memek, rasanya gimana sih,” tanya Raisa suatu kali.
Aku jelaskan bahwa nikmatnya lebih tinggi lagi, tapi bagi perempuan yang belum pernah pada awalnya akan terasa sakit dan mengeluar sedikit darah.
Raisa menggangguk ketika kutawari untuk kami mencobanya. Dia sudah telentang dan melebarkan kakinya. Aku menuntun penisku ke lubang memeknya. Mulanya aku menggosok-gosokkan kepala penisku sampai belahan memeknya licin oleh lendir pelumas yang keluar dari dalam. Kutekan sedikit, Raisa mengernyit. Usahaku berkali-kali gagal, sampai akhirnya kepala penisku berhasil kubenamkan. Aku memerawani Raisa dengan sangat hati-hati dan sabar. Oleh karena itu prosesnya lama sekali, mungkin hampir satu jam baru berhasil kujebol keperawanannya. Karena prosesnya sangat hati-hati, Raisa tidak terlalu merasa sakit sampai aku berhasil membenamkan seluruh penisku.
Lubang memeknya terasa sangat sempit, maklum karena lubang perawan. Penisku agak susah bergerak maju mundur.
Lina sambil bertelanjang diri duduk bersila menonton apa yang kami lakukan. Kadang-kadang dia mendekati kemaluan kami untuk melihat pertemuan kedua kelamin kami. “ Mbak memeknya sampai monyong gitu sih,” kata Lina melihat bibir memek Raisa yang terkuak oleh batang kontolku.
“Enak banget tau, tapi rasanya mengganjal di dalam perut,” kata Raisa.
Aku tidak mampu bertahan lama setelah leluasa bergerak maju mundur. Saat menjelang ledakan sperma buru-buru kutarik penisku dan ku tumpahkan seluruh spermaku ke perut Raisa. Aku tau Raisa belum mampu mencapai orgasmenya, karena ini adalah persetubuhnan pertama, dimana dia masih merasakan perih di sekujur memeknya.
Aku membersihkan lelehan cairan di belahan memek Raisa, terlihat ada cairan merah muda. Begitu juga di sekujur penisku.
Badanku terasa sangat lelah sehingga setelah membersihkan diri aku langsung tertidur.
Selanjutnya di hari-hari berikutnya aku sudah lancar saja menyetubuhi Raisa. Sampai seminggu Lina belum aku garap, karena dia sendiri belum memintanya.
Namun berkat bujukan Raisa, akhirnya Lina mau mencoba. Aku juga memperlakukan Lina dengan hati-hati. Menjebol keperawanan Lina relatif lebih susah, karena selain lubang memeknya lebih kecil, dia juga kurang bisa menahan sakit. Lina sempat berurai air mata menahan perih ketika aku berhail menjebol selaput daranya. Dia sempat absen 3 hari tidak mau bercumbu karena merasa perih di memeknya. Namun karna aku aktif terus bersenggama dengan Raisa, dan Raisa termasuk cewek yang berisik kalau disetubuhi, akhirnya Lina mau aku setubuhi lagi.
Berbagai gaya kemudian kami praktekkan. Semua jurus kamasutra sudah kami coba.
SEtelah aku berhasil menyetubuhi mereka berdua, service yang mereka berikan luar biasa.
Sepulang aku dari kantor, bajuku mereka lepas sampai telanjang lalu mereka memandikanku. Pakaian mereka mengenakan ke badanku. Lalu kami makan bersama.
Malamnya sebelum tidur semua bajuku dilucutinya. Aku dibaringkan di tempat tidur dan mereka sendiri ikut telanjang langsung menggarapku. Awalnya seluruh badanku dipijat, selanjutnya kami saling bertindih-tindihan.
Terus terang aku tidak kuat juga kalau tiap malam menggarap dua cewek. Jadi kalau aku lagi malas, kami hanya tidur berangkulan dalam keadaan telanjang.
Mereka memang pandai mesrviceku. Aku berpikiran kalau aku beristri, belum tentu mau melayaniku seperti ini. Sekarang aku layaknya mempunyai dua istri yang bisa diajak tidur seranjang dan menuruti semua kemauanku.
Untungnya mereka sadar tidak menuntut aku untuk memperistri mereka. Mereka tetap memposisikan dirinya berkerja untukku. Gaji mereka juga sudah jauh lebih besar dari gaji awal yang kutawarkan.

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons