Oops aku belum memperkenalkan diriku. Aku seorang duda dengan usia 35 tahun. 8 tahun membina rumah tangga belum juga memperoleh anak, dan istriku selain tidak cakap mengurus rumah tangga dia juga sangat boros dalam hal keuangan. Kami akhirnya memutuskan bercerai dengan cara baik-baik. Dia memperoleh bagian rumah dan isinya serta sebuah mobil, sedang aku hengkang dengan hanya sekoper pakaian.
Aku tidak mau pusing soal pembagian harta, karena bisnisku cukup lumayan memberi penghasilan. Aku pikir rumah dan mobil tinggal soal waktu untuk ku memilikinya lagi. Kini aku malah memilih tinggal di wilayah perumahan di dalam gang yang tidak bisa dimasuki mobil. Rumah yang agak lumayan , karena bukan gang yang ramai sehingga terasa aman. Aku sering meninggalkan sepeda motorku di teras rumah, bahkan sering kuncinya masing tertinggal, tetapi sejauh ini aman-aman saja.
Rumahku tidak berpagar dengan teras yang lumayan teduh karena tertutup oleh atap. Aku sering duduk-duduk di teras jika berada di rumah sambil menikmati udara sore.
Suatu hari aku dikejutkan oleh suara kursi terasku berderit. Itu menandakan ada orang yang menduduki kursiku. Suasana suatu siang di hari minggu memang sedang hujan lebat. Aku mengintip dari balik korden, Sesosok anak perempuan duduk, kelihatannya dia menutup mukanya.
Aku segera keluar menemuinya. Dia terkejut dan mohon izin berteduh. Matanya merah karena dia kelihatannya sedang menagis. Sesosok anak perempuan dengan baju agak lusuh dan basah. Kutaksir umurnya sekitar 12 tahun.
Kelihatannya anak ini sedang menghadapi masalah. “ Aku diusir mama oom,” katanya terisak. Karena di luar dingin dan angin kencang, Aling demikian nama anak itu kusuruh masuk. Dengan agak ragu dia menuruti saranku. Bajunya basah, aku kasihan juga melihatnya kedinginan.
Kuberi dia handuk untuk mengeringkan rambutnya. Untuk pengganti baju, aku tentu tidak punya. Namun kalau kubiarkan dia mengenakan baju basah, bisa masuk angin bahkan terkena flu. Aku ingat baju kausku yang agak tebal dan panjang.
Aling kusuruh mengenakan baju kaus ku dan membersihkan diri dahulu di kamar mandi. Sekeluar dari kamar mandi dia seperti mengenakan daster, dengan kausku yang berlengan pendek. Bajunya yang basah di pegang-pegang. Aku memintanya untuk dimasukkan ke mesin cuci. Mesin cuciku meski kapasits kecil, tetapi bisa mencuci sampai kering 100 persen, karena dilengkapi dryer.
Sembil menunggu pakaiannya selesai dicuci, Dia kutawari mi instan. Mungkin karena lapar dia langsung mengangguk menerima tawaranku. Dia memilih membuat sendiri mi instannya. Dia langsung membuka 2 bungkus. Rupanya dia sedang lapar berat dan kedinginan.
Sambil menikmati mi kuah di meja makan Aling kutanyai mengapa sampai dia berada di teras rumahku.
Dia diusir oleh mamanya yang single parent. Namun tidak diceritakan mengepa sampai mamanya mengusirnya. Ketika ku korek informasi itu dia hanya mengatakan mamanya selalu pilih kasih. Rupanya mereka hidup di rumah itu itu bersama dengan 4 adiknya. Aling anak tertua dan adiknya semua perempuan. Mamanya bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Aling tidak bersekolah lagi sejak drop out kelas 3 SD.
Ketika kutanya kemana dia akan pergi ketika diusir mamanya. Menurut Aling dia mau ke rumah temannya. Tapi karena tiba-tiba hujan, maka dia terpaksa berteduh di teras rumahku.
Tragis juga keadaan rumah tangganya. Papanya kata Aling pergi begitu saja meninggalkan keluarganya dan sudah lebih dari 3 tahun. Sama sekali papanya tidak pernah memberi kabar. Sejak itulah dia tidak bersekolah karena harus membantu ibunya mengurus adik-adiknya.
Aku menawarkan Aling untuk menginap saja di rumahku malam ini, karena hujan masih deras. Besok baru kembali ke rumah, atau ke rumah temannya. Aling mengangguk setuju. Aku mengatur sofa dan melapisinya dengan sprei untuk tidur Aling malam ini. Rumah sewaku hanya memiliki 1 kamar.
Dia bercerita banyak mengenai keadaan rumahnya. Katanya ibunya sering dijemput laki-laki dan kalau sudah gitu sering besok pagi baru pulang. Adik-adiknya tidak ada yang bersekolah. Dia kasihan pada adik keduanya yang seharusnya sudah mulai sekolah. Namun Mamanya tidak mencarikan sekolah, malah disuruh membantu mengurus rumah dan adik-adiknya. Padahal kata Aling si Memey adiknya itu ingin sekali sekolah.
Keesokan hari, Aling kuminta kembali ke rumah . Dia agak ragu, tetapi saranku dituruti juga. Setelah dia berangkat, aku segera berangkat juga ke kantor.
Ketika jam 5 sore aku kembali ke rumah, kulihat Aling sudah kembali berada di teras rumahku. Dia bercerita Mamanya tetap mengusirnya, sedang ketika ke rumah temannya, ibu si teman tidak mau menerima Aling.
Melihat penderitaan gadis kecil ini aku jadi iba, dia segera kubawa masuk. Ternyata dia seharian ini sama sekali belum makan. Kuberi dia uang untuk mencari makanan di sekitar rumah. Sekitar setengah jam kemudian dia sudah kembali menenteng sebungkus nasi dan ayam goreng, kelihatannya seperti ayam goreng Kentucky, tetapi di bungkusnya tidak ada merk yang terkenal itu. Lahap sekali dia menyantap makanan itu. Aku jadi kasihan melihat nasibnya. Anak sekecil ini sudah dipaksa mencari kehidupan sendiri oleh orang tuanya. Tapi kalau kubiarkan , aku bisa-bisa masuk penjara karena dituduh menyekap anak di bawah umur. Malam itu kuminta Aling menunjukkan rumahnya. Dia agak keberatan, karena katanya rumahnya jelek, dan mamanya pasti akan marah. Tapi setelah kuberi pengertian, bahwa pertolonganku menampungnya sementara ini bisa membuahkan celaka, akhirnya dengan berat hati dia mau menunjukkan rumahnya.
Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh. Sekitar 15 menit berjalan kaki, masuk ke perkampungan kumuh di pinggir sungai. Dia terdiam di depan rumahnya. Aku mengetuk rumah yang pintunya terbuat dari tripleks. Seorang wanita sekitar umur 30 tahun keluar dengan daster. Aku utarakan maksudku mengembalikan Aling ke rumah. Namun mamanya dengan wajah marah mengatakan biar saja Aling pergi. “Saya sudah tidak menganggap dia anak saya lagi, dia nakal, tidak mau membantu saya kerjanya cuma main saja, adiknya dibiarkan . Ko ko bawa saja lah, atau kasih siapa kek, saya tidak mampu mengajar anak itu, “kata Mamanya dengan nada berang. Dia lalu masuk sebentar dan tak lama kemudian membawa sebungkus kantong plastik kresek. Kantong itu dilemparkan ke Aling. “ Nih bawa baju-baju lu,” kata si Mama.
Sepertinya tidak ada kemungkinan aku meninggalkan Aling di rumah orang tuanya. Mamanya dengan begitu saja melepas tanggung jawab memelihara anak kandungnya.
Akhirnya aku pamitan dan membawa Aling pergi. Aku heran juga, mamanya sama sekali tidak menanya alamatku. Dia kelihatannya sudah tidak peduli lagi dengan nasib anak sulungnya. Kalau mendengar cerita orang tentang ini mungkin aku tidak percaya, tetapi sekarang kuhadapi sendiri kenyataan seperti ini.
Aling terdiam, dan matanya berair, mengikuti kembali pulang ke rumahku. Sesampainya dirumah Aling membongkar kantong plastiknya. Aku melihat, bajunya lusuh-lusuh semua. Menurutku tidak ada yang layak untuk dipakai keluar rumah.
Kelihatannya Aling bakal agak lama menetap dirumahku sebelum aku tahu akan ku titipkan ke siapa. Paling tidak anak ini harus disiapkan mental dan jasmaninya agar siap, jika ku titipkan ke orang yang mau mengadopsinya. Pikiranku pertama yang harus aku lakukan adalah memulihkan pendidikannya. Umur 12 tahun, tapi kelas 3 saja tidak tamat. Padahal umur segitu paling tidak sudah kelas 5 atau bahkan kelas 6 SD. Kalau dia kusekolahkan ke kelas 3 lagi, pasti dia minder, karena dia akan menjadi murid paling besar. Tapi kalau langsung masuk kelas 5 dia tidak mampu mengikuti pelajaran.
Aling kuputskan untuk sementara tinggal bersamaku. Dia kutugaskan membersihkan rumah merapikan segala hal yang berantakan. Lumayan juga dia cukup rajin. Mungkin di rumah orang tuanya dia terbiasa kerja keras, sehingga mengerjakan pengurusan rumahku jadi lebih mudah. Untuk pendidikan aku memilih home schooling dan nanti akan kusiapkan untuk Kejar Paket A, kalau dia sudah siap. Kebetulan di sekitar rumahku ada guru les yang bersedia memberi pelajaran selengkapnya ke Aling. Selain itu dia kemudian aku masukkan kursus matematika belajar menghitung cepat.
Sebulan Aling tinggal bersamaku dia mulai kelihatan bersih. Gadis ini sebetulnya memiliki wajah yang manis, tapi selama ini rambutnya tidak terurus, sekarang sudah rapi. Kukunya dulu hitam-hitam, sekarang sudah bersih. Sedikit yang agak mengganggu adalah di kulitnya masih ada bintik-bintik kecil seperti gatal. Mungkin dulu dia tinggal di rumah yang sanitasinya kurang terjaga. Namun bintik-bintik-bintik itu kelihatan mulai berkurang.
Setelah 3 bulan aku tinggal bersamanya, aku mulai mendapatkan kekurangannya. Dia kelihatannya suka mencuri uang. Uang yang sering aku letakkan di sembarang tempat, sering menghilang, atau paling tidak berkurang jumlahnya. Kebiasaan ini sangat berbahaya pikirku. Kalau dibiarkan dia bisa menjadi kleptomania , atau mempunyai hobby mencuri.
Satu hari aku memancing meletakkan uang yang jumlahnya sudah kupastikan. Sorenya uang itu masih berada di situ, tetapi kurang 5 ribu. Lain kali begitu juga, malah yang hilang 20 ribuan. Ketika kucoba meletakkan 5 lembar uang 50 ribuan di lemari pakaianku yang tidak terkunci,sorenya kulihat tinggal 4 lembar.
Aling kupanggil. Pertama aku tanya apakah dia tahu uangku di lemari kok berkurang. Dia mengatakan tidak tahu kalau aku meletakkan uang di lemari pakaian. Dari sorot matanya aku tahu dia berbohong. Dia malah menuduhku bahwa aku lupa.
Aku ingatkan kepada Aling, bahwa aku paling tidak suka kalau anak yang tinggal bersamaku suka mencuri. Tapi dia berkeras bahwa dia tidak pernah mencuri. Aku mengatakan tidak percaya kalau dia tidak mencuri uangku. Aku akan membuktikannya. Pertama ku bongkar lemari pakaiannya. Semua kuperiksa di lipatan-lipatan baju di lemarinya. Memang di situ tidak ditemukan ada uang. Semua tempat yang kucurigai tempat kemungkinan dia menyembunyikan uang curiannya aku periksa dan memang tidak ada.
Aku tidak habis akal. Dia mungkin menyembunyikan di bajunya. Bajunya memang tidak mempunyai kantong. Wah kira-kira dimana ya dia sembunyikan. Kalau di teteknya kayaknya tidakmungkin karena dia belum mengenakan BH bahkan mini set pun rasanya tidak. Karena dia hanya mengenakan kaus dalam. Tapi aku akan mencoba mencari di bagian lain tubuhnya.
Aling kusuruh berdiri di depanku yang duduk di sofa. Aku suruh dia buka kaus bagian atas. Dia keberatan, karena katanya malu. “ Kalau kamu tidak mau saya periksa, saya akan laporkan kehilangan uang ke polisi. Polisi akan menahan dan memenjarakan kamu, karena satu-satunya orang yang ada di sini Cuma kamu,” kataku menggertak.
Mendengar kata Polisi dia takut dan dengan berat hati dia melepas kaus atasnya. Tinggal kaus singletnya. Di balik kaus singlet itu menjembul dua payudara kecil. Aku sekalian mengerjainya dengan menyuruhnya membuka kaus kutangnya. Dengan terpaksa dia membukanya. Terpampanglah dua bukit payudara yang masih baru tumbuh. Putingnya masih belum berkembang, dan aerola, atau lingkaran hitamnya juga masih kecil. Aling berusaha menutup kedua tetek kecilnya dengan kedua tangannya.
Sejauh ini aku belum menemukan yang kucari.
Aling kusuruh membuka celana boxernya. Dia menangis, takut ketika aku ingatkan akan memanggil polisi. Celana luarnya sudah terbuka. Terlihat celana dalamnya warnanya lusuh. Aku teledor selama ini tidak membelikan celana dalamnya. Aku hanya membelikan baju-baju luarnya. Namun celana dalamnya membentuk tonjolan yang aneh. Di bagian kemaluannya tidak membulat mengikuti kontur kemaluan perempuan yang biasa menonjol (mentul). Seperti ada lapisan di bagian bawahnya. Kecurigaanku Aling menyembunyikan jarahannya di dalam celana dalamnya. Maka aku minta Aling juga melepas celana dalamnya. Dia coba bertahan dengan alasan malu, sehingga tidak mau membukanya. Aku lalu pura –pura menekan nomor telepon dan berbicara seolah-olah dengan kantor Polisi. Aling buru-buru merebut tanganku dan mematikan HP ku sambil menangis dan dia tidak mau dibawa ke kantor Polisi.
Aling tetap bertahan tidak mau membuka calana dalamnya. Bahkan dia berusaha memegang erat-erat celananya agar tidak dilepas. Aku meraba bagian bawah selangkangannya. Terasa ada suara kresek-kresek. Dengan gerakan yang tidak di duga celdamnya berhasil aku tarik ke bawah. Maka terjatuhlah sekantung plastik uang yang di dalamnya juga ada pecahan 50 ribuan. Aling menangis, dan membiarkan aku menurunkan celananya dan menelanjanginya di depanku. Kantung yang berisi uang itu aku pegang. Akhirnya Aling mengaku kalau dia sering mengambil uangku. Alasannya untuk jajan. Padahal aku setiap hari memberinya uang jajan. Ternyata diam-diam dia membagi uangnya ke adiknya si Memey.
Aling tetap berdiri kaku telanjang bulat di depanku, kedua tangannya menutup mukanya sambil menangis. Di depanku terpampang memek yang masih gundul menggelembung dengan belahan rapat. Aku yang tadi merasa kesal, kini malah ngaceng. Bagaimana tidak, di depanku berdiri sesosok wanita yang baru tumbuh dalam keadaan bugil.
Aku lalu memberi hukuman kepada Aling karena telah mencuri. Dia boleh terima hukuman itu atau kalau menolaknya aku akan serahkan ke polisi lengkap dengan barang bukti. Aling pasrah menerima hukumanku. Aku menetapkan hukuman bahwa selama 3 hari di rumah, tidak boleh memakai pakaian apapun, sehingga tidak bisa menyembunyikan jika penyakit mencurinya kambuh. Jadi selama 3 hari di dalam rumah Aling harus telanjang. Aling dengan terpaksa menerima hukumanku. Sejak kugeledah itu dia harus langsung telanjang sampai 3 hari ke depan, terutama kalau aku berada di rumah.
Interogasi dan penggeledahan selesai. Masalahnya aku lapar dan di rumah tidak ada makanan apa pun. Biasanya aku menyuruh Aling membeli makanan ke luar. Sekarang pun dia harusnya melaksanakan itu. Tapi karena dia telanjang, jadi tidak mungkin keluar. Tapi aku malas juga jalan keluar, karena cape habis pulang kerja. Aling kusuruh berpakaian untuk keluar membeli makanan. Sekembalinya nanti, setelah pintu ditutup dia harus telanjang lagi.
Aling sambil menunduk menuruti perintahku. Sekitar sejam kemudian dia kembali membawa 2 bungkus makanan. Aku memesan kwetiau goreng, sebungkus lagi aku gak tau dia beli makanan apa. Kembaliannya diserahkan semua dan dia menjelaskan berapa dibelanjakan untuk membeli makanan tadi. Kelihatannya dia tidak melakukan korupsi, karena aku hafal dengan harga makanan di daerah sekitarku.
Aling tanpa ku minta segera membuka semua pakaiannya dan dia kembali telanjang. Kami makan berdua di meja makan sambil dia tetap telanjang. Selepas itu pun kami berdua menonton TV sambil dia tetap telanjang. Oh aku lupa menceritakan bahwa di rumahku hanya ada 1 TV. Dan TV itu hanya ada di kamarku. Jadinya Aling duduk bersila ditempat tidurku sedangkan aku menonton sambil berbaring. Aku membebaskan Aling memilih chanel yang dia suka. Tetapi kalau ada tayangan sepakbola, dia tidak kuberi kebebasan itu. Tapi Aling akhirnya juga senang menonton sepakbola, karena mungkin terpaksa menonton. Dia sampai hafal nama-nama pemain dan menandainya satu persatu. Bahkan dia sudah bisa berdebat soal sepakbola.
Disamping aku hukum, dia kuberi keringanan untuk menonton TV sepuasnya di kamarku dan boleh tidur di sampingku dengan berselimut. Kamarku dingin ber AC. Jadi tidak mungkin aku biarkan dia telanjang kedinginan. Aling senang menerima keringanan itu. Dia lalu mengambil selimutnya dan berkerudung duduk dan lama-lama berbaring di sampingku. Aling sangat gemar menonton acara TV. Kadang-kadang aku teridur dia masih menonton acara TV.
Hari kedua dia mulai biasa dengan ketelanjangan. Ini terlihat dia tidak canggung mondar-mandir mengerjakan tugas rumah sambil bugil di depanku. Dia mengatakan , bahwa kalaupun aku tidak dirumah dia tetap telanjang. Enak katanya, bebas.
Sebetulnya ketelanjangannya itu menyiksaku. Tapi hukuman apa yang pantas diterimanya setelah dia kugeledah sampai telanjang. Yah apa boleh buat, paling enak liat orang telanjang bulat. Hari ketiga dia menjalani makin leluasa. Dia sudah kelihatan ceria dan melupakan ketelanjangannya itu sebagai hukuman, malah dia menikmati ketelanjangannya.
Namun aku menengarai satu hal yang kurasa agak aneh mengenai kebiasaan Aling. Aku jarang menemui dia mandi, baik pagi, maupun sore. Diawal bersama ku dia selalu menjawa “sudah” jika kutanya soal mandi. Namun setelah lebih dari 3 bulan aku menengarai bahwa Aling jarang mandi. Dia hanya cuci muka dan sikat gigi, itu pun cuma sekali sehari kalau aku tegur soal sikat gigi. Setelah melihat dia telanjang baru aku sadari bahwa kulit putihnya tidak mulus di sekujur tubuhnya banyak bintik-bintik kecil. Disamping itu aku sering menangkap bau ketiak yang agak kurang sedap.
Mungkin dulu di rumahnya dia tidak dididik soal kebersihan tubuh. Diam-diam aku membeli sabun pemeliharanaan kulit, spons mandi, bedak talk dan cologne untuk wanita.
Hari terakhir dia telanjang ini ingin kugunakan kesempatan untuk memandikannya secara bersih. Aling kutarik ke kamar mandi. Dia mulanya beralasan sudah mandi, tapi aku tidak peduli. Aku masuk kamar mandi dan membuka semua pakaianku tinggal celana dalam. Maksudnya kalau aku memandikan Aling bajuku tidak menjadi basah.
Aku gosok seluruh badannya dengan spons mandi. Badannya agak berdaki. Aku sampai menyabuni dia dua kali dan mengeramasi rambutnya. Bagian ketiaknya tak luput dari pembersihanku. Ketiaknya malah mendapat pembersihan ekstra karena aku gosok dengan handuk kecil (waslap). Maksudnya agar menghilangkan bau tidak sedapnya. Biasanya kalau ketiak bau, pasti bagian vitalnya juga kurang dijaga kebersihannya. Kuperintahkan dia jongkok dan aku dengan tenang membersihkan lipatan kemaluannya sampai ke belahan pantatnya. Dia tergeli-geli ketika kusentuh bagian kemaluannya. Dia memang tidak malu, tapi menghindar-hindar karena geli. Ketika aku menyeka bagian kemaluannya, akibatnya kemaluanku jadi menegang. Aku terpaksa memendam nafsuku.
Selesai sudah semua tugas memandikannya, badannya aku bedaki dan aku lumuri cologne. Aling baunya jadi segar. Di hari ketiga hukumannya, aku sempat memandikannya sampai 2 kali.
Di hari keempat Aling ketagihan dimandikan. Dia minta kembali aku mandikan. Padahal aku buru-buru mau ke kantor karena ada rapat pagi. Tidak mungkin aku memandikan dia dulu baru aku mandi. Kalau tidak aku mandikan dia mungkin pagi itu tidak mandi. Hal itu bisa mengganggu kesehatan kulitnya.
Akhirnya dengan terpaksa aku mengajaknya mandi bersama. Aling tertawa geli ketika melihatku telanjang. Apalagi penisku berdiri tegak. Dia mengataiku punya buntut, tapi di depan. Aku tidak perduli dan mulai menggosok seluruh tubuhnya. Paling enak ketika mengusap-usap tetek kecilnya dan menggelitik kemaluannya. Penisku jadi makin keras. Setelah dia selesai kumandikan, Aling ingin pula menyabuni sekujur tubuhku. Aku memang perlu bantuan menyabuni tubuhku bagian belakang, karena tidak bisa kugapai dengan tanganku. Jadi apa salahnya aku terima tawaran Aling menyabuniku. Dia bukan hanya menyabuniku, tapi malah mempermainkan “ buntutku”. Di sabuninya agak lama di bagian itu dengan gerakan seperti mengocok. Dia bahkan meremas-remas kantong zakarku sampai aku kesakitan. Dia merasa bentuk kemaluanku aneh. Di pegang-pegang dan dikocok begitu aku jadi naik nafsuku. Dia membersihkan penisku, tanganku menggapai teteknya dan memeknya. Tapi tidak berlanjut karena aku buru-buru dan berakhirlah dengan diguyur shower bersama.
Di kantor aku kurang bisa berkonsentrasi, mengingat kejadian di rumah tadi. Pikiranku terbelah antara menghentikan kegiatan mandi bersama dan ingin melanjutkan aksi mandi ke aksi lainnya.
Sampai dirumah sepulang aku kerja. Aling menyambutku, dan celakanya dia masih telanjang. Katanya dia menungguku untuk dimandikan sore hari.
Aku memang terbiasa mandi sepulang kerja. Kalau tidak mandi aku tidak bisa tidur, karena merasa badanku lengket, oleh bekas keringat seharian tadi.
Nafsu mendorongku untuk menerima permintaan Aling dimandikan, sekalian aku juga mandi. Jadilah aku mandi bersama lagi untuk kedua kalinya. Kali ini agak berbeda, karena nafsuku sudah mulai mencapai ubun-ubun. Jadi ketika Aling membersihkan bagian kemaluanku dia kuminta sekalian mengocok dengan mengajarinya. Aku merintih nikmat ketika tangan Aling mengocok penisku, sampai akhirnya spermaku keluar. Terasa lepaslah beban nafsuku ketika ejakulasi tercapai. Aling banyak bertanya dan kujawab seadanya mengenai hal yang dia tanyakan.
Selepas mandi aku malas mengenakan celana lagi. Aku hanya mengenakan sarung. Sementara Aling langsung menyelinap di bawah selimut sambil menyambar remote TV.
Aku jatuh tertidur setelah berejakulasi. Aku terbangun sekitar jam 1 tengah malam karena sesak kencing. Kulihat Aling tidak memakai selimut yang biasa dia pakai, malah ikut masuk ke dalam selimutku. Dia tidur dengan bugil pula.
Sekembali dari buang air kecil aku masuk ke dalam selimut. Desakan ingin kencing mengakibatkan penisku menegang. Tetapi setelah kulampiaskan desakan kencing, penisku masih menegang. Kalau ini mungkin akibat rangsangan melihat Aling bugil tidur di dalam selimutku.
Aku melepas sarungku dan ikut bugil masuk ke dalam selimut. Aku peluk Aling sehingga badan bugil kami berdua saling bersentuhan. Aku remas halus payudara kecilnya dan sesekali membelai memeknya. Rupanya diperlakukan bagitu Aling risih sehingga dia berbalik tidur membelakangiku. Aku jadi seperti tersengat mengingat kelakuanku barusan. Aku pun lalu tidur membelakangi Aling.
Sampai pagi tidak terjadi insiden. Aku hanya mengenakan sarung sambil sarapan, sementara Aling tetap bugil. Dia kembali minta mandi bersamaku. Kali ini penisku tidak terlalu kaku. Tapi tanpa kuminta Aling sudah mengocok penisku sampai muncrat lagi.
Benar-benar kosentrasi kerjaku terganggu oleh perkembangan di dalam rumahku. Aku jadi ingin buru-buru pulang ke rumah. Entah darimana datangnya gagasan, kali ini aku jadi ingin menonton DVD blue. Sambil berjalan pulang aku mampir ke lapak penjual DVD yang banyak di sekitar jalan ke rumahku. Sampai di rumah plastik tentenganku yang berisi DVD XXX dibuka Aling. “ Ih film jorok ya,” kata Aling.
Aku diam saja. Setelah selesai makan malam , kami nonton TV di kamar aku mulai memutar DVD yang kubeli tadi. Aling mulanya malu melihat adegan orang bersenggama, tetapi lama-kelamaan dia banyak bertanya tentang adegan yang terpampang di TV. Aku jawab apa yang ingin dia tau. Aku tidak tahu pasti apakah anak seusia Aling yang belum mendapatkan haid, terpengaruh atau terangsang melihat adegan di film blue itu. Yang jelas aku terangsang sehingga aku menarik aling ke pelukanku sambil kami menonton.
Posisi nonton sambil berbaring agak kurang asik . Aku bangkit duduk dan Aling kutarik duduk dipangkuanku. Sambil kami menonton berdua bugil, tanganku meremas-remas kedua tetek kecil Aling. Dia diam saja dan terus menonton. Puas meremas-remas tetek kecil, tanganku turun ke selangkangannya. Jari tengahku mengusap-usap belahan memeknya. Dia menggelinjang-gelinjang karena geli katanya. Tapi aku terus mengusap-usap belahan memeknya yang rapat itu, sampai terasa ada cairan yang keluar dari dalam lubang vaginanya. Aku mencari clitorisnya dan membelainya. Aling menggelinjang dan kadang=kadang mengejang saat jariku membelai clitorisnya.
Keinginan ku jadi memuncak, aku ingin mengoral Aling. Dia terheran-heran ketika kusuruh telentang dan membentangkan kedua pahanya. Aku langsung membenamkan wajahku di selangkangannya dan lidahku langsung mengusap memeknya. Ujung lidahku menemukan titik clitorisnya. Aling menggelinjang , mungkin linu atau geli. Aku tidak langsung menjilati ujung clitorisnya, tetapi di seputar batang clitorisnya. Aling mengejang-ngejang sampai akhirnya dia menghimpit kepalaku dengan kedua pahanya. Aku merasa memeknya berdenyut-denyut. Mungkin dia mendapat orgasmenya yang pertama kali seumur hidupnya.
Aku menyudahi mengoralnya dan selanjutnya aku minta dia mengoral penisku seperti yang dia lihat di filim. Dia mulanya merasa jijik, tetapi setelah kuminta beberapa kali akhirnya dia mau mencoba. Dari mulai agak kaku, akhirnya dia luwes menjilati dan menghisap penisku dan menjilati kantong zakarku. Aku akhirnya mencapai klimaks dengan menyemburkan spermaku. Tapi tidak kusemburkan ke dalam mulutnya, aku sengaja membekap penisku ketika berejakulasi.
Selesai membersihkan diri kami tertidur pulas sampai pagi.
Kegiatan saling mengoral berlangsung sekitar seminggu. Bukan aku tidak ingin untuk menyetubuhi Aling, tetapi aku ragu untuk merusak keperawanannya. Lagi pula masih seusia 12 tahun vaginanya belum layak untuk dietrobos. Dulu ketika memerawani istriku yang sudah 21 tahun, susah dan dia kesakitan. Jadi aku berkesimpulan, cewek usia 12 tahun pasti lebih susah dan lebih sakit.
Itulah pemikiran yang menghalangiku sehingga tidak segera memerawani Aling. Sejak kami mengenal hubungan oral, kami jadi semakin akrab dan Aling juga semakin manja. Dia telah tumbuh menjadi gadis cantik berkulit putih, dengan hidung mancung dan bibir tipis. Tingginya agak sedikit lebih dibanding rata-rata anak seusianya. Aling sudah mulus kulitnya, tidak ada lagi bintik-bintik kecil di sekujur tubuhnya. Kulitnya putih bersih dan puting susunya berwarna merah muda. Di bagian kemaluaannya mulai terlihat satu dua lembar rambut halus.
Sebagai cewek Aling termasuk cakep. Jika dia mengenakan pakaian untuk jalan-jalan ke mall, orang pasti menyangka dia anak orang kaya. Tidak terlihat bahwa dia awalnya berasal dari kawasan kumuh. Kami berdua sering jalan-jalan ke Mall. Mungkin orang mengira Aling adalah anakku, karena kulitku juga agak putih. Dia kini sudah mengenakan miniset, karena buah dadanya makin besar.
Otaknya cukup encer, sehingga pelajaran yang seharusnya ditempuh dalam 3 tahun, dalam kurang dari setahun dia sudah menguasai. Mulanya tulisan Aling sulit dibaca, tetapi berkat aku rajin melatihnya menulis di atas kertas tissu yang mudah robek, tulisannya kini bagus dan bisa cepat menulisnya.
Satu hal yang diluar perkiraanku, sebagai cewek Aling termasuk agresif. Dia tidak segan-segan memintaku mengoralnya kalau dia sedang horny. Itu bisa datang ketika pagi hari saat baru bangun tidur, atau sepulang aku dari kantor, atau menjelang tidur. Kalau sedang kepingin tanpa tedeng aling-aling dia langsung mengutarakannya kepadaku.
Kebiasaannya mencuri sudah hilang. Berapa pun uang yang kuletakkan di sembarang tempat, selalu utuh. Aku memberinya uang jajan yang memadai, serta dua buah HP masing masing yang CDMA dan GSM. Aku berhasil memeperbaiki dan sekaligus merusak kehidupan Aling.
Aling sering memutar sendiri DVD porno. Ini aku tahu karena setelah aku pulang kerja dia banyak menanyakan mengenai adegan-adegan tertentu di film bokep itu. Dia bertanya, apakah jika memeknya dimasuki penis rasanya enak. Aling terkesan melihat mimik cewek di film-film itu seperti keenakan. Aku jelaskan jika sesama orang dewasa tentu enak. Namun pada awalnya semua cewek akan merasakan sakit saat pertama kali diterobos. Bahkan sampai berdarah. Aling tahu itu, karena beberapa koleksiku memang mengenai defloration.
Entah disebut, celakanya atau untungnya, Aling mengajakku mencobanya. Aling meremas-remas kemaluanku yang masih bersembunyi dibalik celana. Dia membuka resletingnya dan memelorotkan celana luar sekaligus celana dalamku. Aku waktu itu sedang duduk di sofa sambil merokok. Penisku masih tidur ketika aku ditelanjangi Aling. Dia langsung mengoralku sampai penisku meneang. Setelah itu kubiarkan saja apa yang akan dilakukan Aling.Dia membuka semua bajunya sampai bugil lalu menaiki pangkuanku dan jongkok di atas penisku. Dia meraih penisku yang tegak dan di arahkan ke kelubang memeknya. Aling berusaha memasukkan ujung penisku ke memeknya, tetapi terlihat sulit masuk, karena meleset terus. Kalaupun sudah tepat ketika dia coba memasukkan, dia meringis sakit.
Aku jelaskan sulit masuk tanpa ada pelicin. Aku kemudian mengajaknya ke tempat tidur dan minta dia mengambil jelly yang biasanya kami gunakan untuk mengocok penisku. Dia melumari seluruh ujung penisku . Aku tdiur telentang. Aling kembali mencoba memasukkan pnisku dengan posisi dia jongkok di atasku. Penisku relatif mudah menguak belahan memeknya yang rapat itu. Ketika dia tekan penisku bisa menyeruak agak kedalam. Aling merasakan sakit, tetapi dia berusaha menahannya. Sampai pada selaput daranya, dia tidak kuat lagi menahan rasa sakit. Aling mencoba menaik turunkan badannya sehingga batangku yang baru masuk sepertiganya lancar keluar masuk memeknya. Sampai batas di selaput daranya, dia berusaha menekan lagi agak keras, sehingga akhirnya jebol selaput perawannya. Aling merasa sakit sekali, sehingga dia rubuhkan badannya ke dadaku. Aling diam tidak bergerak. Aku lalu memeluknya dan dengan hati-hati agar penisku yang sudah terbenam penuh ke dalam memeknya tidak sampai lepas dan membalikkan posisinya. Pelan-pelan aku genjot di ruang memeknya yang terasa sangat sempit. Aling masih merasa sakit, tetapi tampaknya tidak sesakit pada awalnya tadi.
Aku tidak mampu bertahan lama mengocok penisku di dalam lubang sempitnya. Aku melepaskan ejakulasiku di dalam memek Aling. Ketika kucabut, cairan spermaku meleleh keluar bersama dengan darah, namun tidak terlalu banyak. Di sekujur batangku juga terlihat sedikit darah.
Kata Aling rasanya sakit, dan tidak enak. Aku jelaskan pada awalnya memang begitu, tetapi nanti akan terasa enaknya.
Aling merasakan perih di kemaluannya, sampai kalau dia buang air kecil masih terasa perihnya. Dua hari dia tidak berminat melakukan hubungan sex.
Di hari ketiga ketika itu hari Minggu, aku seharian di rumah. Aku ingin mencoba memek Aling. Dia mulanya menolak, kartna takut sakit. Setelah kubujuk dan dan kuyakinkan, bahwa sekarang sudah tidak sakit lagi, Aling akhirnya mau mencoba.
Dengan melumuri jelly, aku mencoba penetrasi ke memek Aling. Dia masih merasa agak sakit, tetapi, penisku relatif mudah terbenam ke dalam memeknya. Aku menggenjotnya perlahan=lahan. Aling tampaknya mulai merasakan nikmatnya hubungan sex, ini terlihat dari reaksinya ikut menggoyang-goyangkan pinggulnya. Memeknya yang masih sangat sempit membuat aku tidak mampu bertahan lama sehingga lepaslah ejakulasiku di dalam memeknya. Tidak ada lagi darah. Kata Aling memeknya masih agak sakit, tapi dia juga merasakan nikmat. Kata dia memeknya terasa penuh sekali ketika penisku berada di dalamnya. Aling merasa belum mencapai orgasme, lalu dia memintaku untuk mengoralnya sampai dia mencapai klimaks.
Pada hubungan yang ketiga dan seterusnya Aling sudah tidak lagi merasakan perih. Namun untuk mencapai klimaks dia belum bisa hanya melalui hubungan sex saja, dia selalu minta aku mengoralnya sampai dia klimaks. Setelah sebulan lebih Aling baru mampu mencapai klimak melalui hubungan sex. Setelah dia merasakan nikmatnya sex, dia malah sering minta aku menyetubuhinya.
Saat itu Aling belum mendapat mensturasi. Padahal tubuhnya sudah makin berkembang. Aku paling kagum melihat pantatnya yang bulat. Jika dia mengenakan celana pendek, pemandangan pantatnya sangat mempesona.
Aku dan Aling sudah seperti suami istri, meski beda umur kami jauh sekali. Dia pun makin betah tinggal bersamaku.
Aku sering menemukan dia sedang bertelepon dengan ibunya. Setelah mengetahui bahwa Aling berhasil lulus ujian SD dan masuk ke SMP, Ibunya mendatangiku. Mulanya dia berterima kasih, karena telah mendidik anaknya. Dia mengharap aku mau terus mengasuh Aling. Bahkan dia minta aku jika tidak keberatan, aku mau menerima Memey untuk menjadi anak asuhku.
Memey belum bersekolah, padahal umurnya sudah 9 tahun. Aku prihatin melihat nasib gadis kecil ini. Jika aku tidak menerimanya menjadi anak asuhku, mungkin Memey akan tetap tidak bersekolah. Tetapi kalau aku terima, tanggung jawabku jadi makin besar. Aling pun merengek ke aku agar aku mau menerima Memey.
Karena rasa kemanusiaan, akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Aling kutugaskan untuk mendidik adiknya. Kehadiran Memey tentu merubah hubunganku dengan Aling. Kami tidak bisa lagi berhubungan sex, kecuali jika Aling menyuruh Memey pulang sebentar kerumahnya. Juga tidak bisa lagi menonton bokep.
Aling rupanya merasa terganggu oleh kehadiran Memey itu, karena dia tidak leluasa melampiaskan keinginan sexnya.
Entah apa yang diajarkan ke Memey, Suatu hari Minggu Aling memintaku memandikan Memey. Dengan malu-malu setelah didahului Aling bertelanjang, akhirnya Memey ikutan telanjang. Badannya sangat mulus. Di usia 9 tahun dia belum memiliki cembungan di payudaranya, apalagi memeknya masih gundul pelontos. Aku diminta Aling juga telanjang. Jadilah kami mandi bersama bugil. Aling mengajarkan Memey mengocok kontolku. Aku membiarkan saja dan menunggu skenario apa yang disiapkan Aling. Gerakan Memey karena malu masih kaku. Tetapi sensasi di kocok oleh tangan anak umur 9 tahun sangat nikmat, sehingga aku akhirnya memuntahkan spermaku.
Alingpun kemudian mengajari adiknya untuk mengoralku ketika kami tidur bertiga. Sampai sejauh ini, kami belum melakukan hubungan sex di depan Memey. Aling kelihatannya mempersiapkan skenario bertahap untuk mendidik adiknya mengenal sex. Dia mulai mengajak adiknya menonton film bokep.
Puncaknya aku diminta Aling memerawani Memey.
Aku pikir tidak mungkin aku bisa memerawani anak usia 9 tahun. Memeknya saja dimasuki jari, terasa sempit, apalagi batang penisku yang besarnya berlipat kali dari jari. Namun Memey bersikeras agar aku memerawani adiknya. Kembali dengan bantuan jelli aku mencoba memasukkan batang penisku. Memey menangis tersedu-sedu ketika akhirnya aku bisa menerobos keperawanannya. Lubangnya sempit luar biasa. Penisku terasa sangat terjepit di dalamnya, sehingga aku tidak memaksa membenamkan seluruh batang penisku.
Setelah Memey berhasil diperawani, Aling mulai leluasa melakukan lagi hubungan denganku di depan adiknya. Setelah rasa sakit di memek si Memey sembuh beberapa hari kemudian aku diminta Aling mencoba lagi. Memey masih merasakan sakit. Untuk mengobati rasa sakitnya aku mengoralnya. Dia senang dioral. Katanya geli-geli enak. Memeypun kadang-kadang mengejang merasakan nikmatnya dioral. Mungkin setelah 5 kali aku berhubungan dengan Memey, baru penisku lancar keluar masuk. Tapi itupun masih dibantu Jelly.
Sejak itu aku bergantian melakukan sex dengan Aling dan Memey. Meski tidak lagi merasakan sakit, tetapi Memey lebih suka aku oral daripada di penetrasi. Mereka berdua sering mengeroyokku, Jika Aling menduduki pensiku, maka adiknya menduduki mulutku.
Di umur 10 tahun dada memey mulai berkembang. Teteknya mulai menyembul, tapi memeknya masih tetap gundul. Wajah Memey lebih cantik dari Aling. Dia tidak terlalu terlihat chinese banget, walau kulitnya juga putih.
Memey berhasil juga aku asuh dan aku rusak. Tetapi dia sekarang sudah lulus SD dan memasuki SMP. Sedangkan Aling sudah lulus SMP. Dia menjadi gadis cantik, adiknya juga manis. Aku tidak tahu sampai kapan mereka akan hidup bersamaku. Aku dari seorang yang normal, kini menjadi pedopil.
0 comments:
Post a Comment