Monday, October 15, 2012

Mengadopsi Putri

Aku seorang duda, dan dua anakku bekerja di luar negeri. Yang perempuan dalam proses untuk mendapatkan permanen resident di Australia dan yang laki bekerja sambil sekolah di Amerika Serikat. Istriku sudah 5 tahun lalu meninggal, sehingga aku kembali membujang di usia yang sudah cukup senja. Suatu saat aku trenyuh melihat nasib Putri ketika aku melayat temanku dia dulu mengadopsi anak dari bayi. Setelah usia 9 tahun temanku yang 2 tahun lalu ditinggal mati suaminya, kemudian menyusul suaminya. Melihat nasib Putri aku jadi trenyuh dan memutuskan mengasuhnya sampai dewasa. Mengambil anak asuh untuk tinggal bersamaku rasanya menyenangkan dan membahagiakan hatiku. Putri sejak ditinggal wafat oleh ibu angkatnya, memang tidak memiliki keluarga lagi. Ada memang kakak tirinya, tetapi karena kondisinya yang menjanda ditinggal kabur suaminya dengan perempuan lain, dia tidak memungkinkan memelihara Putri karena masalah ekonomi. Aku mengenal Putri mungkin sejak ia berusia 5 tahun, sehingga dia menganggap aku sebagai familinya juga. Tempat tinggalku di apartemen di Jakarta yang di dalam kompleks bangunan ini fasilitasnya cukup lengkap, karena ada pusat perbelanjaan, ada hipermarkaket Carefur dan ada pula pusat rekreasi air dan berbagai permainan anak-anak. Putri tentu saja merasa senang tinggal di apartemenku, karena dia merasa leluasa jalan-jalan di mall dan sewaktu-waktu ingin berenang tak perlu jauh-jauh bepergian. Aku menempati apartemen dengan 2 kamar. Selama ini aku mengurus sendiri semua apartemenku, karena aku tidak suka ada pembantu yang kukhawatirkan mengganggu kebebasanku dan juga banyak cerita pembantu yang suka mencuri. Kehadiran Putri yang kini berusia 9 tahun lumayan membantu ku untuk mengurusi sebagian urusan rumah tangga. Dia bersekolah dengan fasilitas antar jemput, sehingga aku tidak perlu bersusah payah mengantar dan memikirkan menjemputnya. Sesampai di rumah biasanya dia mencari makan sendiri dengan turun ke food court yang memang menyediakan berbagai jenis makanan. Satu hal yang agak terganggu adalah kebebasanku di dalam rumah. Aku biasanya jika berada di apartemenku, hanya mengenakan celana dalam, atau kadang-kadang malah telanjang saja. Aku memang senang bebas. Tapi sejak kehadiran Putri di apartemenku, aku jadi kembali kekehidupan normal lagi, berpakaian lengkap dan menjaga kerapian semua perabotan rumahku. Putri aku sediakan kamar khusus sesuai dengan usianya, selain boneka dan pernak-pernik permainan anak perempuan juga ada komputer yang selalu tersambung dengan internet. Seluruh ruangan di apartemenku kupasangi kamera. Instalasi kamera ini sudah terpasang sejak awal aku menempati apartemenku. Tujuannya agar aku bisa mengontrol siapa tahu ada orang tak di undang masuk ke apartemenku. Putri sudah tidak lagi canggung hidup bersama ku setelah melalui masa 3 bulan. Anak ini punya kelemahan pada kulitnya yang sering ada korengnya. Aku tidak tahu apakah karena dia tidak bersih ketika mandi atau sebab lain. Sudah berbagai salep dan obat-obat koreng aku coba, tetapi selalu saja ada muncul koreng baru di tempat lain. Aku penasaran terhadap cara anak ini mandi, apakah memang dia mandi cukup bersih atau tidak. Satu hari aku penasaran untuk membersihkan badannya. Aku bawa di kekamar mandi dan aku minta di membuka bajunya semua. Mulanya Putri menolak karena katanya dia malu. Aku mengatakan, bahwa dia tidak perlu malu karena masih anak-anak. Dengan berat hati akhirnya dia membuka semua bajunya dan bertelanjang bulat di depanku. Dia menutupi kemaluannya. aku biarkan saja dia berlaku begitu. Dia kusuruh masuk berendam di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Dengan spons dan sabun sulfur aku bersihkan semua badannya sampai 2 kali. Putri dipungut dari pasangan keturunan Cina , sehingga kulitnya putih. Dalam usia 9 tahun dia masih belum memiliki payudara. Di sekitar putingnya saja yang agak sedikit menonjol, sementara di kemaluannya masih polos tanpa rambut. Setelah aku menyabuni seluruh tubuhnya dan mengeringkan dengan handuk Putri sudah tidak malu lagi. Selesai mandi, koreng-koreng yang mengotori kulit putihnya aku olesi dengan salep. Selama seminggu aku telateni membersihkan anak ini. Hasilnya lumayan, karena tidak ada lagi koreng baru muncul. Rupanya menjadi kebiasaan bagi Putri. Dia sekarang tidak mau mandi sendiri, sehingga selalu minta aku memandikannya. Kadang-kadang aku menolak juga karena cape. Tapi kalau sudah begitu, Putri ngambek dan tidak mau mandi. Aku sama sekali tidak terangsang meski melihat Putri telanjang. Perbedaan umur yang cukup jauh, dimana aku sudah berusia 55 tahun sedang Putri baru 9 tahun. Meski begitu dia termasuk anak yang lumayan bongsor karena badannya agak berisi dan tingginya diatas rata-rata anak seusianya. Suatu kali ketika aku sedang asyik berendam di air hangat untuk menghilangkan rasa penat bekerja seharian, Putri masuk menerobos dan langsung buka baju lalu ikut nyemplung. Jika berendam di air hangat penisku selalu mengembang. Memang tidak bangun 100 persen, tetapi lumayan membesar juga. Nah celakanya ketika Putri ikut berendam dia mengambil posisi telungkup diatas aku yang sedang berbaring. Tubuhnya jadi menyenggol-nyenggol penisku yang agak menegang. Sentuhan itu mengakibatkan penisku jadi makin mengeras. Aku tidak kuasa mengendalikannya. Apalagi kedua pangkal paha Putri tepat menjepit penisku yang berdiri. Pada mulanya Putri tidak memperhatikan bahwa penisku berdiri, tetapi lama-lama karena dia tergoda juga bertanya. “ oom ini apaan sih kok keras-keras,” katanya. “ Itu pipit Oom, kenapa” kataku. “ Enggak apa-apa, geli aja rasanya ada rambut-rambutnya.” katanya. Pembicaraan ke arah itu tidak berlanjut, sampai aku harus menyabuni diriku. Tentu saja aku tidak bisa terus pada posisi berendam. Aku berdiri dan senjataku mengacung keras. Putri mengetawai senjataku yang katanya lucu, kayak sosis. Aku diam saja dan melanjutkan aktifitas menyabuni diriku. Putri juga ikut berdiri dan menyabuni dirinya dengan spons yang berbusa. Dia lalu ikut menyabuniku. Kelihatannya tertarik melihat senjataku yang mengacung sehingga tanpa izin dan berkata apa-apa tangannya meraih senjataku dan menyabuninya. Aku jadi belingsatan senjataku dipegang. Sebenarnya aku ingin melarang, tetapi karena rasanya nikmat akhirnya aku biarkan saja dia menyabuni senjataku. Aku pura-pura tidak peduli, meski sejujurnya aku merasa nikmat. Aku tidak mau berlama-lama dan segera meraih shower untuk membersihkan sabun di seluruh badanku. Sampai aku mengeringkan dengan handuk, voltase di penisku tidak mau turun. Aku cepat-cepat mengenakan celana dalam untuk menyembunyikannya. Tidak ada kejadian yang aneh setelah itu. Namun untuk hari-hari berikutnya, Putri jadi makin sering ikut aku mandi. Dia katanya senang melihat senjataku yang selalu mengacung. Dia pun tahu dari keadaan senjataku lemas sampai akhirnya mengacung tegang. Ketika dia tanya kenapa penisku yang tadinya lemas lalu menjadi keras. Aku jawab sekenanya, bahwa setiap kena air panas penisku jadi makin keras. Kebiasaan Putri ikut menyabuni badanku makin lama makin menyiksaku, karena dia entah karena nalurinya atau sebab apa melakukan gerakan mengocok penisku. Aku biasanya tidak bisa melarang, karena rasanya nikmat sih. Namun ketika ada tanda=tanda mau ejakulasi aku menghentikannya dan langsung menyambar shower untuk menetralisir rangsangan. Satu kali aku lepas kontrol, sehingga akhirnya aku ejakulasi. Entah apa hari itu aku cepat sekali mencapai ejakulasi. Putri tentu saja kaget melhat ada cairan keluar dari ujung penisku. Tangannya yang terkena semburan sperma buru-buru dicuci dan disabuni berkali-kali. Dia mengira aku mengencingi tangannya. Aku menjelaskan bahwa yang keluar itu, bukan kencing, tetapi sperma. Dia keluar kalau seorang laki-laki merasa nikmat. Setelah aku jelaskan secara gamblang bahwa sperma itu adalah bibit untuk mendapatkan seorang bayi, akhirnya di lain waktu ketika dia mengocokku, dia tidak lagi merasa jijik. Aku jadi terbiasa dikocok oleh anak 9 tahun. Hampir tiap hari dia mengocok penisku. Tapi tidak setiap kali dikocok aku mendapatkan ejakulasi, karena jika aku setiap hari mengeluarkan mani maka perlu waktu cukup lama dikocok. Jika terlalu lama dikocok, ketika keluar aku merasa ngilu di sekitar pinggir topi bajaku. Makanya kadang-kadang aku menghentikan kocokan Putri di tengah jalan karena kalau sudah terlalu lama, nanti akhirnya aku merasa ngilu. Aku jadi bisa kembali bebas bertelanjang di dalam rumah sejak mandi bareng menjadi kegiatan rutin kami. Putri pun jadi ikut-ikutan bertelanjang di dalam rumah. Kebiasaan barunya adalah ikut tidur malam di ranjangku. Aku meskipun sering dikocok Putri, masih belum mempunyai nafsu terhadapnya. Aku pikir dia masih anak-anak, teteknya belum ada dan memeknya juga masih gundul dan rapat, jadi dia sebagai perempuan belum menarik dan merangsang. Aku jika tidur malam, kadang-kadang pakai celana dalam, kadang-kadang malah telanjang bulat. Putri pun juga begitu, dia sering tidur satu selimut denganku dalam keadaan bugil pula. Kami sering berdua tidur bugil dalam satu selimut. Sejauh ini sih keadaan aman-aman saja. Putri makin manja kepadaku, karena hampir semua keinginannya selalu aku turuti. Dia tidak pernah lagi tidur di kamarnya, selalu bergabung tidur bersamaku. Akhir-akhir ini dia punya kebiasaan baru, meremas-remas penisku, dari keadaan lemas sampai akhirnya menegang. Aku tidak bisa melarangnya, karena kalau dilarang dia lalu ngambek. Akhirnya aku biarkan saja dia mempermainkan penisku sampai dia tidur. Aku lama-lama jadi terpancing juga merabai memeknya ketika dia meremas-rmas penisku. Ketika kurabai, memeknya terasa agak basah. Anak ini rupanya terangsang, tetapi mungkin dia tidak sadar. Aku jadi makin asyik merabai memeknya dan memainkan clitorisnya. Mulanya dia merasa geli, tetapi lama-lama dia merasa nikmat pula. Jika kurabai dia bereaksi mengejang-ngejang. Menurut dia rasanya enak di rabai begitu. Kegiatan itu menjadi kegiatan rutin menjelang tidur. Aku tidak tahu apakah dia mencapai orgasme atau tidak karena antara orgasme dan perasaan enak dia selalu mengejang-negejang. Sementara aku tidak pernah mencapai ejakulasi saat diremas-remas di tempat tidur. Mungkin karena sebelumnya ketika mandi aku sudah menyemburkan spermaku, jadi ketika menjelang tidkur penisku jadi imum. Suatu kali aku meyakini bahwa Putri mencapai orgasme ketika habis mengejang dan menjepit jariku lalu dia menjauhkan memeknya dari tanganku karena dia merasa ngilu. Apakah itu orgasmenya yang pertama, atau sebelum ini dia sudah mencapai orgasme, aku tidak tau pasti. Entah dari mana dia mendapat pengetahuan, tetapi ketika aku malas merabai memeknya dia memegang penisku dan ujungnya dia gosok-gosokkan di sekitar memeknya. Dia kembali mengejang-ngejang dan akhirnya menekankan permukaan memeknya ke penisku. Mungkin saja itu adalah naluri, karena aku yakin dia tidak punya pengetahuan mengenai hubungan kelamin. Kebiasannya menggeser-geserkan penisku ke memeknya menjadikan dia ketagihan dan selalu dilakukannya setiap malam. Sampai disini aku kadang-kadang mulai kehilangan akal sehatku. Aku sering menekankan penisku ke memeknya ketika dia menggeser-geserkan. Aku juga merasakan kenikmatan. Namun ujung penisku tidak sampai masuk ke dalam lubang memeknya karena mungkin terlalu kecil. Kegiatan menggeser-geser ujung penisku ke memeknya tidak lagi dia lakukan dengan posisi saling menyamping. Aku lama-lama lelah juga tidur miring, sehingga aku mengubah posisi telentang. Mungkin karena kenikmatan yang dirasakan Putri tanggung, dia nekat menindihku. Belahan memeknya di tepatkan di atas penisku dan dia mengeserkan badannya . Ibarat batang penisku itu rel dan memeknya membekap diatasnya maju mundur. Dia bisa juga mencapai orgasme dengan cara itu. Aku lama-lama tidak bisa bertahan dengan perlakuan Putri yang sejauh ini. Kadang-kadang kupaksakan juga ujung penisku memasuki lubang memeknya. Tetapi tidak pernah berhasil karena dia merasa kurang nyaman dan sakit. Akal sehatku mulai menurun, sampai akhirnya aku bernafsu ingin menjilati itilnya. Aku pikir dengan cara itu toh aku tidak merusaknya dan dia mendapat kenikmatan. Putri kuminta tidur telentang dan aku mencium pipinya lalu lehernya terus turun ke kedua puting susunya yng belum terlalu tumbuh. Nafas Putri memburu menandakan bahwa dia sangat terangsang. Ketika aku turun terus dan membuka celah memeknya dia seperti tidak sadar diri. Tubuhnya menggelinjang ketika lidahku menyapu ujung clitorisnya yang sudah mencuat karena rangsangan. Aku menjilati itilnya sampai akhirnya dia orgasme. Entah sialnya atau untungnya, Putri jadi ketagaihan aku oral begitu. Dia setiap malam jadi minta dioral. Sebulan lebih aku jadi terbiasa mengoralnya akhirnya aku bosan dan pegel juga leherku. Aku ganti minta dia mengoralku. Mulanya Putri menolak, tetapi setelah aku yakinkan bahwa aku pun akan merasakan kenikmatan yang dia rasakan kalau dioral, akhirnya dia mau juga. Memang mulanya dia tidak mahir mengoralku, karena giginya berkali-kali menggerus batang penisku. Namun lama kelamaan dia makin mahir sampai akupun ejakulasi. Putri makin mahir sampai dia kemudian senang menelan semua spermaku. Manusia selalu dilanda rasa tidak puas. Meski aku bisa ejakulasi dengan hanya dioral, tetapi kemudian aku berkeinginan menyetubuhi Putri. Bayangan keinginan menyetubuhi itu tidak bisa kutahan, meskipun aku berusaha mati-matian menghilangan bayangan itu dari otakku. Karena sudah tidak tahan lagi menahan gejolak untuk menyetubuhinya, aku akhirnya membeli K Jell. Malam itu aku melumuri seluruh batang penisku dengan KJell dan seluruh permukaan lubang vagina Putri. Aku sudah gelap mata, kepala penisku ku posisikan di depan gerbang vaginanya. Berkat bantuan jelli yang licin, kepala penisku bisa menguak masuk sedikit ke gerbang vaginanya. Aku pelan-pelan menekan dan berhenti ketika Putri kesakitan. Penisku ku tarik sedkit, setelah rasa sakit Putri reda aku tekan kembali penisku dan berhasil masuk lebih jauh. Ketika dia menjerit kesakitan, aku hentikan lagi. Sampai akhirnya semua kepala penisku masuk dan tidak bisa maju lagi aku sudah berejakulasi. Permainan masuk kepala penis dan tetap dengan bantuan Jelli aku lakukan berkali-kali selama seminggu. Setelah lebih dari seminggu tanpa bantuan Jelli kepala penisku bisa masuk dan berhenti ketika Putri merasa kesakitan. Jika tidak aku paksa menekan lebih jauh Putri kini sudah tidak lagi kesakitan. Jadi bersetubuh dengan hanya membenamkan kepala penisku Putri tidak lagi merasa kesakitan. Penerobosan penisku lebih jauh terhalang oleh selaput perawannya. Aku tentu saja penasaran karena bersetubuh dengan cara ini tidak memuaskanku, meskipun aku bisa mencapai ejakulasi. Satu kali aku sudah berkehendak penuh ingin memerawani Putri, Batang penisku kembali aku lumuri jelli dan aku dengan mudah memasukkan kepala penisku. Sampai menemui jalan buntu aku berhenti. Sambil berdiam aku mengejankan penisku dan sedikit mendorong masuk. Aku lakukan berkali-kali dan Putri mulai merintih-rintih sakit. Aku seperti kesetanan tidak memperdulikan kecuali memusatkan perhatian memajukan penisku. Terasa penisku makin maju dan menerobos masuk. Ketika aku dorong penisku bisa maju lebih jauh. Sementara itu Putri merintih, tetapi aku tidak peduli dan terus mendorong masuk, sampai penisku akhirnya tenggelam seluruhnya. Terasa sekujur batang penisku dijepit memek Putri. Aku diam sebentar sampai Putri merasa reda sakitnya. Setelah itu aku tarik perlahan-lahan lalu aku dorong kembali. Gerakan maju mundur penisku makin lama makin lancar sampai akhirnya aku tidak mampu bertahan dan menyemburkan spermaku seluruhnya ke dalam memek Putri. Sejak kejadian itu 3 hari kami tidak melakukan aktifitas sex. Putri yang merasakan memeknya perih mungkin tidak bisa terangsang. Hari keempat sampai ke tujuh kami hanya melakukan kegiatan sex oral. Aku tidak mau mencoba memasukkan penisku ke memek Putri, karena kasihan dia kesekitan. Namun di hari ke delapan Putri mengambil inisiatif melumuri penisku dengan jelly dan lubang memeknya pun dia lumuri. Aku diam saja dan menunggu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Aku tidur telentang. Putri menaikiku dan memegang batang penisku lalu dia posisikan di lubang memeknya. Sambil dalam posisi jongkok dia masukkan penisku ke memeknya dengan dia merendahkan badannya. Perlahan-lahan penisku terbenam ke dalam memeknya. Rasanya masih sangat ketat, tetapi karena bantuan jelly batangku jadi licin memasuki lubang sempit itu. Melihat raut wajahnya, Putri terlihat tidak terlalu merasa sakit, dia hanya sesekali nyengir menahan sakit, tetapi penisku terus tenggelam di memeknya. Dia lalu melakukan gerakan memompa penisku. Aku tidak menyangka anak seusia 9 tahun setengah bisa disetubuhi. Mungkin karena Putri badannya bongsor, maka meski usianya masih muda, tetapi alat reproduksinya mengembang sejalan dengan perkembangan badannya. Jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya dia memang terlihat paling besar. Bahkan jika dilihat dari badannya dia seperti anak-anak kelas 6, padahal dia baru kelas 4. Aku sejak itu hampir 2 hari sekali melakukan hubungan dengan Putri. Aku berusaha menahan diri untuk tidak memulai, kecuali Putri yang menginginkan. Dengan situasi seperti ini, Putri kelak tidak dibebani perasaan seolah-olah dia diperdaya dan diperkosa olehku. Aku memang telah lama mensterilkan diri, sehingga leluasa menyemburkan sperma di dalam. Namun Putri meski aku masih subur, dia belum bisa dihamili karena belum mendapat haid. Dengan demikian dia belum bisa meproduksi telur untuk dibuahi. Jika dia mengenakan seragam sekolahnya, tak seorangpun akan menyangka bahwa Putri sudah sangat lihai berhubungan badan dengan laki-laki. Sikap polos dan kekanak-kanakannya masih menonjol. Akhir-akhir ini keprivasian ku agak terganggu karena Putri sering dikunjungi temen-temen ceweknya. Malah kalau akhir pekan mereka selalu menginap dan selalunya ngrumpi di kamar Putri. Tentu saja mereka senang menginap di apartemen kami , karena dari apartemen itu dengan mudah bisa dicapai arena rekreasi, baik berenang maupun berbagai wahana permainan. Dalam situasi seperti itu, tentu saja aku bersikap kebapakan dan jaga wibawa. Seperti pernah aku ungkapkan di bagian awal kisah ini, seluruh ruanganku terdapat kamera cctv. Ini gunanya agar aku selalu bisa mengawasi keadaan rumah. Aku dan Putri juga sering menikmati film-film porno utuk menambah wawasan. Film-film itu disimpan disatu laci khusus agar tidak terlihat jika teman-teman Putri berkunjung. Di rak DVD hanya terlihat film-film biasa dan juga film yang disukai anak-anak seusia Putri. Suatu kali ketika mereka aku tinggal pergi untuk kerja lembur di kantor. Aku melihat melalui kamera cctv bahwa teman-teman Putri asyik menonton koleksi film porno ku. Mereka cekikikan melhat berbagai adegan. Ada 2 teman Putri yang sering menginap di akhir pekan. Kedua anak-anak ini baru kembali Minggu sore dijemput orang tuanya di mall. Mereka adalah teman sekelas Putri. Aku beberapa kali pernah bertemu dengan mereka. Syntia anak keturunan Cina badannya agak kecil, tapi kelihatannya sudah tumbuh teteknya, meski kecil menyembul dari bali bajunya. Yang satu lagi Debby, juga teman sekelas Putri badannya sudah berkembang, karena dia lebih tua setahun dari Putri. Kedua anak ini selain hobby jalan-jalan di Mall, tetapi paling senang menonton film porno di kamar Putri. Aku memonitor mereka melalui layar komputer di kamarku. Putri tidak mengetahui bahwa di semua ruangan, termasuk di kamarnya diawasi kamera. Seperti cerita sebelumnya kami menempati apartemen yang dibawahnya terdapat banyak arena bermain anak-anak, kolam renang dengan berbagai permainan dan mall. Berkat letak yang yang strategis itu, beberapa teman sekolah Putri sering menginap jika di akhir pekan. Mereka seolah-olah berkunjung ke Singapura, karena menjelajahi mall yang sangat luas dan pilihan makanan yang juga cukup banyak. Untuk bermain juga tersedia banyak pilihan. Cyntia kemudian seperti berlangganan jika akhir pekan dia pasti menginap di apartemen kami. Anak ini tampangnya antara pertemuan Cina dengan Bule. Dia jadi nya cakep dan imut. Aku pun tahu kegemaran Cintya, yaitu menonton film-film porno. Ini berkat kamera CCTV yang kupasang tersembunyi di setiap sudut apartemenku. Bagaimana mungkin ya anak umur 10 tahunan sudah mengerti nafsu dan tertarik film-film porno. Meski aku tahu kegemaran teman si Putri, tetapi aku tidak pernah sedikitpun berbuat kurang sopan terhadapnya. Aku tentunya jaga wibawa dan menjaga kehormatan Putri di depan temannya. Suatu kali ketika aku pulang dalam keadaan lelah aku menginginkan berendam di air hangat barang setengah jam. Ketika aku sampai, apartemenku kosong. Aku menduga Putri berada di mall, mungkin sedang janjian ketemu dengan teman-temannya. Tadi ketika ku telepon dia sedang makan di acara ulang tahunnya di food court di bawah. Aku segera menyiapkan air hangat di bak mandi untuk berendam. Setelah mencuci bersih aku nyemplung ke dalam bak air hangat. Rasanya nikmat sekali dan sambil terkantuk-kantuk aku terus berendam. Suhu air kunaikkan perlahan-lahan sampai batas maksimal aku bisa menahannya. Dalam keadaan setengah ngantuk aku terkejut karena Putri dan temannya Cintya menerobos masuk. Baju mereka basah, mungkin habis berenang di bawah. Cyntia tidak segera mengetahui aku, jika Putri tidak menyapaku. Dia terkejut, tetapi tangannya dipegang Putri agar Cintya tidak keluar lagi. Putri seperti biasa langsung membuka semua bajunya sampai telanjang. Temannya disuruh telanjang masih malu. Mereka berdua lalu masuk ke kompartemen shower. Dari bayangan kaca kulihat Cintya membuka bajunya semua. Sekitar 10 menit mereka mandi sambil terus cekikikan, karena Putri sering menggamit tetek Cintya yang sudah mulai tumbuh. Dari kompartemen shower, Putri menggeret Cintya agar masuk bersamanya ke dalam bak tempat aku berendam. Pada mulanya Cintya menolak, tetapi karena Putri memaksanya akhirnya dengan langkah ragu dia ikut nyemplung. Kami bertiga telanjang berendam dalam satu bak mandi yang ukurannya tidak terlalu besar. Putri dengen leluasa memanjangkan tubuhnya dan mencelupkan kepalanya . Aku mengubah posisi menjadi duduk dari posisi sebelumnya tidur telentang. Ku yakin Cintya bisa melihat penisku dari bailk air. Dengan leluasanya Putri memegang penisku lalu dia menyelam. Aku tentu saja rikuh, apalagi Cintya. Dia seperti salah tingkah. Dia terjebak dalam keadaan bugil berada dihadapanku yang juga bugil. Aku berusaha menetralkan dengan mengatakan, tidak usah malu. Putri menawariku menyabuni badanku. Tentu aku dengan senang hati menyambutnya. Putri berdiri menyabuni seluruh tubuhku. Dia menarik Cintya agar ikut menyabuniku. Cintya dengan agak terpaksa ikut berdiri tetapi mukanya dipalingkan ke arah lain, menghindari melihat penisku yang sedang berdiri. Menyabuniku tanpa melihatku tentu saja gerakannya kacau. Tangan Putri menuntun tangan Cintya mengarah ke penisku yang menegang. Gerakan tangan Cintya terasa terkejut. Sambil terus berpaling dia menyabuni penisku dibantu arahan Putri. Gilanya Putri mengarahkan gerakan mencocok penisku, sehingga Cintya jadi mengocok penisku. Putri memerintahkan agar Cintya tetap menyabuni bagian pensiku sementara Putri memberishkan bagian belakangku. “Ini apa sih oom kok keras,” tanya Cintya mulai berani. Aku menyarankan agar dia melihat sendiri apa yang dia pegang. Ketika berpaling dia terkejut dan melepaskan kedua tangannya lalu menutupnya ke mulutnya. Setelah badanku penuh dengan sabun, Putri memerintahkan aku untuk menyabuni Cintya . Dengan sigap aku lalu menyapu seluruh permukaan badannya. Teteknya yang kecil terasa kenyal, memeknya belum berjembut. Aku tidak menyabuni bagian dalam memeknya karena kalau kemasukan sabun nanti akan terasa perih. Selesai kami berselimut sabun aku menghidupkan shower di bak rendam dan menyirami mereka satu persatu dan mengusap sekujur tubuhnya. Terhadap Cintya aku curi-curi mengorek bagian dalam vaginanya. Dia kaget dan menggelinjang. Dari kamar mandi kami berselimut handuk kembali ke kamar masing-masing. Sejak kejadian pertama itu aku mengalami mandi bareng Cintya sekitar 3 kali. Dia tidak lagi canggung, malah mengajakku mandi bersama. Cintya seperti juga Putri senang mengocok penisku. Aku bertahan sekuat tenaga agar tidak sampai muncrat. Untungnya hal itu bisa dan berhasil. Entah hasutan apa suatu malam Putri dan Cintya naik ke tempat tidurku, kata Putri Cintya minta diajari. Cintya hanya tertunduk malu. Sementara itu Putri mencopoti celana boxer dan celana dalamnya sehingga aku bugil. Cintya yang masih terdiam kaku dan malu bajunya dicopti oleh Putri. Cintya diminta tidur telentang, aku segera mengerti bahwa dia ingin merasakan dioral. Aku segera mengambil posisi untuk mengoral. Aku tidak langung menjilati memeknya tetapi dimulai dari seputar gundukan memek nya yang gundul. Cintya kegelian sehingga menggelinjang. Dia masih diliputi rasa takut, ragu dan khawatir. Aku mulai menyapu lidahku ke belahan memeknya. Dia mengejang sekali-kali manakala lidahku menyentuh bagian ciltorisnya. Ketika kuraba memeknya terasa mulai basah, aku mulai melakukan serangan ke sekitar clitorisnya. Dia menggelinjang kegelian pada awalnya, tetapi lama-lama menggelinjang karena rangsangan lidahku ke clitorisnya. Perasaan ragu, takut dan khawatir, kini berubah jadi rangsangan. Tangannya mencekam sprei di kiri kanannya . Aku terus melakukan serangan sampai dia melenguh panjang dan menjepit kepalaku. Cintya berhasil aku buat mencapai orgasme. Aku lalu menciumi teteknya dan mencium mulutnya dalam-dalam. Dia menyambut ciumanku dengan ganas. Aku tidak melanjutkan permainan dengan Putri, karena ini menjadi rahasia kami. Cintya sejak itu mungkin lebih 5 kali aku oral, sehingga dia menjadi ketagihan. Mungkin saja karena seringnya Cintya bertandang ke apartemenku, ibunya Cintya ingin tahu bagaimana apartemenku. Dijemput Putri , Cintya dan Ibunya berkunjung ke apartemenku. Kami berkenalan dan bercerita mengenai latar belakang kami masing-masing. Ibu Cintya berusia sekitar 30 tahun, tetapi masih cantik dan sekel. Dia keturunan Cina dan kawin dengan Bule Amerika yang bekerja di perminyakan off shore. Jadi dia sering ditinggal berbulan-bulan oleh suaminya. Kami cepat akrab dan sering mami Cintya yang mengaku bernama Mei meneleponku menanyakan kabar anaknya. Jika hari libur, kami sering makan bersama sementara anak-anak sibuk di arena permainan. Sambil menunggu anak-anak selesai, Mei aku ajak ke apartmenku untuk beristirahat. Entah bagaimana awalnya kami kemudian terlibat hubungan percintaan yang terburu-buru. Ketika anak-anak menelepon dan akan naik ke apartemen kami buru-buru merapikan baju. Sejak saat itu Mei sering diam-diam mengunjungiku ketika anak-anak sedang sekolah. Kami melampiaskan nafsu kami. Mei mungkin kehausan sex karena lama tidak disambangin suaminya. Kami makin akrab sehingga jadi teledor. Ketika kami sedang berbugil dan bergumul pintu kamarku terbuka dan di situ berdiri Putri dan Cintya. Kami kaget dan tidak sempat mengubah posisi dimana Mei sedang berada diatasku. “ Mama ngapain,” kata anaknya tanpa ekspresi. Mei tidak mampu berpikir lain kecuali memanggil anaknya untuk mendekat. “ Sini Yang, liat mama sedang dibahagiakan oleh Oom,” kata Mei . “Enak ya ma,” tanya Cintya. “Enak” jawab Mei. “Aku mau juga dong kalau enak,” pinta Cintya merengek. “Eh kamu masih kecil jadi belum waktunya merasakan seperti ini, nanti saja kalau sudah besar,” kata Mei. “Ah mama curang, ya udah ntar Cintya bilang ke Papa,” ancam Cintya. “Eh jangan gitu dong nak, iya deh sini minta diajari oleh si oom ya,” kata Mei. Aku yang sejak awal telentang saja dan memperhatikan dialog antara ibu dan anaknya akhirnya bangkit duduk di ranjang sambil bersila. Penisku masih basah oleh cairan memek si Mei. Putri yang tadi menghilang kembali sudah berganti baju. Cintya dengan cekatan membuka semua bajunya dan langsung duduk dipangkuanku. Mei pasti mengira Cintya sudah demikian terbakar birahinya sehingga berani buka baju dan bugil dengan cepat. Padahal dibalik itu, sebenarnya Cintya sudah biasa bugil bersamaku. Aku lalu minta ketegasan Mei apakah benar anaknya boleh aku garap. Dia hanya mengangkat bahu sebagai tanda pasrah. Aku mengambil pelicin jelly lalu penisku aku lumuri dan lubang vagina Cintya aku lumuri juga banyak-banyak. Dengan berhati-hati aku mulai memasukkan ujung penisku ke dalam belahan memek Cintya. Cintya meringis. Aku jelaskan ke Cintya bahwa pada awalnya akan terasa perih dan sakit, tetapi itu cuma sebentar, selanjutnya akan terasa enak. Cintya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Aku tekan perlahan-lahan sampai ujung penisku tertahan oleh selaput dara Cintya. Aku pelan-pelan menekan terus sampai tiba-tiba Cintya terpekik dan bersamaan dengan itu penisku masuk lebih jauh ke dalam vagina anak umur 10 tahun. Aku berhenti sebentar lalu setelah Cintya reda rasa sakitnya aku mulai memompanya. Rasanya sempit sekali, beda dengan memek ibunya yang sudah agak longgar dan banjir berair. Sebentara saja air maniku sudah muncrat di dalam memek Cintya. Ibunya segera menyiapkan kain sapu tangan ditempelkan di memek anaknya. Dari situ keluar air sperma bercampur darah sedikit. Anaknya dibimbingnya ke kamar mandi untuk dibersihkan. Setelah Mei menyelesaikan tugasnya dia kembali kecerita awal, orgasmenya yang tertunda minta dituntaskan. Penisku di kulumnya sampai akhirnya berdiri lagi, dia segera menaiki ku dan dengan ganasnya dia memompaku sampai akhirnya dia mencapai orgasme. Sejak itu apartemenku menjadi rumah kedua Mei dan anaknya. Jika suaminya ada di Jakarta, mereka kembali ke rumahnya di Kemang. Ketika suaminya berangkat ke off shore dia mengungsi ke tempatku. Aku menjadi bertambah berat karena harus melayani 3 cewek. Untuk itu aku membuat jadwal dengan jeda 2 hari untuk setiap orang. Dalam usia 55 tahun aku sudah bukan superman lagi.

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons