Sunday, October 14, 2012

Dicumbu Seniorku

Kisahku yang sebenarnya terjadi pada saat aku duduk di bangku SMA. Aku bergabung dalam sebuah grup yang bergerak di bidang bertualang di alam terbuka.
Mendaki gunung, menjelajah, berkemah adalah aktifitas grupku dan di grup itulah aku mengenal salah seorang seniorku.
Usianya waktu itu 35 tahun, sudah beristri dan punya anak dua. Namanya Kak Dani. Orangnya baik, pandai bergaul, pintar memainkan gitar dan keyboard dan Kak Dani sering menghibur kami semua ketika beristirahat di arena kegiatan.

Beliau sangat berwibawa dan menyayangi kami semua dan dari seringnya aku bergiat dengan dia, dalam hatiku sering muncul perasaan “lain” kepadanya. Sungguh, aku menyukai dia sebagai seorang lelaki ketimbang sebagai senior tetapi aku pendam dalam-dalam saja perasaan itu karena aku takut akan menghancurkan rumah tangganya dan aku juga malu pada kawan-kawanku.
Lama ku simpan perasaan itu dan semakin hari semakin besar menyesak dalam hatiku tapi tetap saja ku pendam.

Hingga pada suatu ketika grupku merencanakan kegiatan pengembaraan melewati daerah Pantai Selatan ( Sindangbarang ke Cidaun ) dan untuk kegiatan tersebut harus melakukan survey medan terlebih dahulu. Kak Dani akan melakukan survey medan dan menawarkan siapa yang mau ikut dalam survey ? Semua tidak ada yang siap karena mereka tau bahwa Kak Dani kalau sudah berjalan, dia sering berjalan cepat sehingga sering kami tertinggal.
Iseng-iseng aku mengacungkan tangan sambil berkata “Saya siap, Kak.” Kak Dani melihat padaku lalu bertanya “Kamu gak kan rewel nanti di jalan, Er ?”. “Siap, saya janji gak kan rewel” dan aku disoraki oleh teman-temanku. Kak Dani menyetujui keinginanku dan sungguh, aku merasa bahagia sekali karena itu berarti aku akan berjalan hanya berdua dengannya.

Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah aku dengan Kak Dani. Dari Bandung perjalanan dimulai dengan menggunakan motor menuju Sindangbarang.
Selama di jalan Kak Dani bercerita tentang asal muasalnya menjadi petualang, tentang hobbynya bermain musik dan diapun meminta aku bercerita tentang keluargaku, hobbyku dan semua. Katanya supaya tidak ngantuk karena perjalanan ke Sindangbarang itu cukup jauh.
Rencananya, setibanya di Sindangbarang, motor akan dititipkan pada kawannya yang suka ke Bandung dan kami akan berjalan kaki ke Cidaun.
Tiga kilometer sebelum kota Kecamatan Sindangbarang hari sudah menunjukkan pukul 15.30, cuaca mendung menyambut kehadiran kami dan sesuai rencana motor Kak Dani akhirnya dititipkan. Temannya sempat menyuruh kami bermalam di rumahnya tetapi Kak Dani bilang tanggung, untuk mempersingkat waktu jadi kami tetap jalan saja. Teman Kak Dani akhirnya melepas kepergian kami dengan janji akan membawa motor Kak Dani kembali ke Bandung.

Kami kemudian mulai berjalan menuju titik pertama dalam rencana peta. Sepanjang jalan kami ngobrol ngalor ngidul sehingga tiba-tiba saja hujan turun dan kami berlarian mencari tempat berteduh. Kebetulan saat itu kami berada di jalan yang sepi banyak pepohonan dan akhirnya kami menemukan sebuah dangau yang agak menjorok ke dalam menjauhi jalan. Kesanalah kami tuju untuk berteduh.
Baju kami agak basah dan aku menggigil kedinginan sehingga Kak Dani lalu berinisiatif memelukku dan aku diam saja saat tangannya merengkuh tubuhku dan merapakan tubuhku ke tubuhnya.
Walaupun pakaian kami agak basah tetapi saat tubuh-tubuh kami serapat ini, kehangatan itu muncul dan terasa olehku. Aku sandarkan kepalaku pada dada bidang Kak Dani dan aku resapi pelukan kokoh tangannya dan aku rasakan degup jantung Kak Dani yang sedikit lebih keras …… sungguh aku merasa bahagia sekali bisa berada di pelukan orang yang selama ini aku kagumi dan ketika aku sedikit menggigil, Kak Dani menggamit daguku sehingga aku dapat dekat dengan wajahnya. Nafasnya terasa hangat menerpa wajahku dan ketika gigiku gemeletuk karena merasa dingin, tiba-tiba saja Kak Dani menempelkan bibirnya ke bibirku. Ooooh …. Dia menciumku. Mula mula hanya nempel lalu perlahan-lahan lidahnya berusaha masuk ke mulutku. Aku pasrah, kubuka sedikit mulutku sehingga lidahnya akhirnya menggeluti lidahku. Aku pasrah, aku bahagia dan aku rela dicumbu oleh lelaki ini. Ciumannya membuat tubuhku mulai menghangat. Tangannya yang tadinya ada di bahuku sekarang mulai bergerak lembut ke dadaku dan kemudian Kak Dani mulai meremas dengan lembut dan aku menggelinjang karena geli. Ciumannya sekarang menjalar ke telingaku, leher, tengkukku sehingga aku terus menggelinjang …. “ Kaaaakkkk …. Ooohhhh ….” Hanya itu yang keluar dari mulutku karena aku merasa geli tidak ketulungan. Getaran tubuhku semakin meningkat dan kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, ternyata payudaraku diremas olehnya. Aku merasa melayang, sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya putingku, tak sadar desahku semakin mengeras karena kenikmatan yang melandaku. Tangannya bermain lincah di kedua dadaku sehingga tubuhku lemas tetapi terkejang-kejang nikmat. Aku sudah tidak tau lagi ini tempat apa, cuaca bagaimana, otak dan seluruh ragaku sepenuhnya meresapi kenikmatan cumbuan lelaki ini.
Tiba-tiba Kak Dani menghentikan cumbuannya, dia kemudian menatapku lalu berkata “Er, kamu baru ngalami ini ?”
Aku tertunduk malu, tak sanggup ku tatap matanya yang lembut menatapku dan akhirnya malu malu kuanggukkan kepalaku.
“Maafkan Kakak sudah nakal yaa …” sambil dia kecup pipiku lalu merapihkan bajuku yang ternyata kancingnya sudah terlepas dari lubangnya. Setelah bajuku tertutup lagi, aku segera duduk bersandar di tiang dangau sementara Kak Dani segera membuat perapian kecil dengan menggunakan paraffin, mengeluarkan nesting dan menuangkan air untuk dipanaskan. Terampil sekali dia melakukannya dan sesekali dia menatapku sambil tersenyum …. duh, senyumnya, aku membatin.
Setelah air mendidih, Kak Dani membuatkan 2 cangkir teh lalu dia berikan segelas kepadaku. Dia lalu mematikan api dan mengembalikan alat-alat ke ranselnya lalu dia duduk di sebelahku, menghisap rokok dan menikmati air teh yang hangat.
“Er, kamu gak nyesel dengan apa yang terjadi tadi ?” tanyanya memecah keheningan. Aku kaget tetapi kemudian ku jawab “Tidak Kak, Er tidak apa-apa”.
“Kakak gak tau kenapa jadi senakal itu yaa ?” katanya lagi sambil memandang jenaka padaku. “Aaaahh .. kakak ….” kataku sambil memukul bahunya tapi hatiku sennaaaanng sekali.
Tanganku dipegangnya lalu dia genggang dan dia kecup dengan lembut. Aku tergetar, jantungku kembali berdebar ….. tapi kemudian Kak Dani bilang “Sebentar lagi hujan reda … yuk, kita siap-siap. Mau ganti baju dulu dengan yang kering ?” tanyanya. Aku menggeleng karena bajuku tidak terlalu basah karena bahannya agak sedikit tebal.
Setelah hujan benar-benar reda, kami lanjutkan perjalanan dan akhirnya pukul 18.30 kami tiba di Kota Kecamatan Sindangbarang.

Kami cari tempat untuk makan dan setelah kami temukan, makanlah kami di sana. Usai makan, sambil merokok, Kak Dani bertanya padaku apakah aku siap untuk jalan malam sampai jam 21 atau bagaimana ?
“Jujur ya Kak, Er pegel seharian duduk di motor … jadi kalau boleh, Er ingin malam ini istirahat di sini saja, besok kita lanjutkan. Kakak juga tentunya cape kan nyetir motor dari pagi ?” jawabku.
“Ya sudah, kita cari penginapan. Disini ada beberapa yg harganya tidak mahal”, jawabnya.

Setelah membayar ke pemilik warung nasi, kami jalan lagi mencari penginapan dan akhirnya ketemu. Tidak mewah memang tetapi bersih dan asri sehingga aku setuju ketika Kak Dani .memilih penginapan ini.
Kami membayar sewa kamar untuk semalam dan setelah mengisi buku administrasi, kami diantar pegawai penginapam menuju kamar.
Di kamar itu ranjangnya ada 2, kamar mandi di dalam tapi tidak ada tv dan pegawai penginapan hanya mengantarkan sebuah teko plastik dan 2 gelas kosong. Tidak masalah, toh kami membawa perlengkapan untuk mandi dan masak ringan.

Kakak lalu mempersilahkan aku untuk mandi dengan pesan jangan lama-lama karena hari sudah malam dan akupun segera membawa pakaian ganti dan alat kebersihan lalu mandi.
Ketika keluar kamar mandi, aku melihat Kak Dani tengah tertidur di ranjang hanya memakai celana panjang bertelanjang dada. Aku sempat menatap wajahnya yang begitu tenang meski terlihat kelelahan. Perlahan ku bangunkan dia “Kak … kak …” sambil ku goyang-goyangkan lengannya. Dia terbangun, menatapku sebentar lalu dia meminta handuk dan tas kecil alat kebersihan lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian kudengar guyuran air. Aku sendiri segera memasak air dengan menggunakan paraffin. Tiba-tiba terdengar suaranya memanggilku “Er … maaf, ambilkan kaos oblong sama sarung Kakak di ransel”
Aku segera membuka ranselnya, kuambil apa yang dia minta. Ku ketuk pintu kamar mandi dan ketika terbuka sedikit, tangannya menerima kaos dan sarung lalu pintu tertutup lagi.
Tak lama kemudian Kak Dani keluar dari kamar mandi lalu menggantungkan handuk basah di kapstok dan menyerahkan tas kebersihan padaku.
Saat dia tengah duduk di beranda, aku hampiri dia sambil menyerahkan minuman kopi instant kesukaannya.
“Makasih Er, duduklah ….” dia mempersilahkan aku duduk di kursi kosong di sebelahnya.
Aku duduk kemudian kami ngobrol tentang rencana jalan besok dilanjutkan dengan obrolan ringan. Kadang aku tertawa, cemberut mendengar guyonannya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21 sehingga Kak Dani mengajakku masuk kamar.
Aku berbaring di ranjangku dan Kak Dani kulihat sedang menulis buku catatan.
“Er … kamu pegal ndak badannya ?” tanyanya sambil menutup buku catatannya.
“Iya Kak … “ jawabku singkat.
“Mau sama Kakak dipijetin ?” dia bertanya lagi.
“Mau Kak tapi … Kakak juga cape kan ?” jawabku sambil balik bertanya.
“Ya gantian dong” jawabnya sambil berjalan ke arahku.
Mula-mula tangannya memijati bahuku yang pegal terbebani ransel seharian, lalu tengkukku. Pijatannya terasa nyaman lalu “Er, ada body lotion ? Kalau pake bodylotion lebih enak, jadi tidak kesat kulitnya” katanya. Aku bilang saja ada di tas dan kemudian dia mengambilnya.
“Er … kaosnya Kakak angkat yaa ?” tanyanya. Deg … aku kaget tapi benar juga, bagaimana lotion mau dibalurkan kalau aku masih pakai kaos ?
“Tapi Kakak janji gak kan nakal …” jawabku sambil melihat ke tembok karena aku malu melihat wajahnya.
“Ya, kakak tidak akan nakal …. asal ……” dia potong kata-katanya.
“Asal apa … hayo … ??” jawabku sambil membalikkan tubuhku sehingga setengah terlentang dan kupegang tangannya dengan kedua tanganku.
“Asal Er tidak menggoda Kakak dengan wajah cantikmu …..” jawab kakak sambil merebahkan tubuhku.
Aku tertawa ( senang dan bahagia ) dengan jawabannya lalu ketika Kak Dani menyuruhku untuk berbaring telungkup.
Kembali Kak Dani memijat bahuku tapi kemudian dia bertanya
“Er, bagaimana lotion ini bisa Kakak gunakan kalau kamu masih pakai baju ? Kakak buka yaa bajunya ….” Sambil dia membuka bajuku dan aku yang masih merasakan keindahan tadi di dangau diam saja, bahkan ku angkat tanganku agar bajuku mudah terlepas.
Saat bajuku terlepas, aku segera tengkurap karena aku mrasa jengah berpakaian setengah terbuka di hadapan lelaki ini.
Saat aku tengkurap lagi, Kak Dani mulai membalurkan lotion di bahu dan punggunggku dan saat dia mulai memijat aku terpejam merasakan kenikmatan dan … terasa pengait bhku dilepaskan olehnya …
“Kakkk …. janji gak kan nakal ….” ucapku tanpa melihat wajahnya.
“Iya … ndak, Kakak gak akan nakal” jawabnya.
Pijatannya merambat turun dari bahu ke punggungku dan aku merasakan enaknya pijatannya. Saat tangannya memijat punggungku,sesekali jemarinya menyentuh tepian buah dadaku dan aku merasa seperti tersengat tetapi aku diam saja karena memang enak. Agak lama tangan kakak menyenggol-nyenggol bagian ini kemudian baru bergerak ke bawah.
“Er, mau dipijat semuanya atau cukup sampai sini ?” tanyanya.
“Erni takut Kak …. “ jawabku menggantung dan Kak Dani melihat keraguanku sehingga akhirnya pijatannya mulai menurun mengarah ke bongkahan pantatku. Otomatis celana piyama dan cdku turun terdorong dan aku tidak tahu harus bagaimana, antara malu, suka, takut, bercampur aduk dalam hatiku tetapi karena aku percaya lelaki ini baik, akhirnya aku diam saja. Kutahan erangan kenikmatanku saat tangannya memijiti/meremas pantatku lalu turun ke pahaku sambil terus menurunkan pakaian bagian bawahku hingga ketika pijatannya sampai ke betisku, aku tersentak kaget karena tubuhku sudah telanjang.
“Kakaaakkkk …. ?!!“ aku segera mengambil bantal menutupi dada dan kemaluanku dan segera aku bergerak ke sudut ranjang. Aku panik, malu dan bingung karena meski bagaimana, aku belum pernah bertelanjang di depan lelaki manapun. Aku sampai ingin menangis karena malu yang luar biasa.
“Er, kenapa ? Kakak tidak mencelakakan kamu kan ?’ dia bertanya sambil mendekatiku. Aku semakin merungkut ke sudut ranjang tapi karena aku sudah terpojok akhirnya Kak Dani dapat menyentuhku dan menarik tubuhku untuk masuk dalam pelukannya. Agak memaksa memang karena aku masih merasa takut tapi karena sentuhannya begitu lembut, akhirnya aku masuk juga dalam pelukannya.
Kak Dani lalu memelukku, melindungi tubuhku sambil membelai kepala dan rambutku.
“Er, jangan takut …. Kakak tidak akan berbuat yang tidak kamu suka. Kakak tau bahwa kamu anak yang baik dan kewajiban Kakak menjagamu agar tetap baik. Dah … jangan takut lagi yaa ?” tanyanya sambil mengecup rambutku.
Aku diam karena masih bingung lalu akhirnya Kak Dani membaringkan tubuhku. Aku masih memeluk bantal untuk menutupi ketelanjanganku. Kak Dani kemudian berbaring di sebelahku dan memeluk tubuhku hingga posisiku menjadi miring terhalangi oleh bantal.
Dengan lembut dia belai kepalaku dan dengan kondisi kamar yang hening membuatku berangsur merasa tenang serta nyaman.
Belaiannya sekarang bergerak ke belakang telingaku, jari-jarinya bermain di belakang telingaku sehingga aku merinding, terus dari telingaku jarinya bergerak ke tengkukku … aku menggelinjang dan mendesah kegelian. “Kkkaaakkkkk …..” akhirnya desahku keluar.
Jarinya masih terus bermain di situ sehingga aku mulai merasa ada yang aneh dalam tubuhku, aku merintih perlahan merasakan tarian jarinya. Mataku sesekali melihat wajahnya tetapi lebih banyak ku pejamkan mataku karena merasakan kenikmatan jemarinya.

Lalu kurasakan hembusan nafas di wajahku, aku melirik, ternyata wajah Kak Dani sudah begitu dekat dengan wajahku, matanya begitu tajam menatapku dan akhirnya ku pejamkan mataku saat bibirnya menyentuh bibirku. Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati kecupan dan kulumannya di bibirku. Kenikmatan yang tadi terjadi di dangau kembali terulang dan suasana disini lebih nyaman daripada di dangau. Kubuka sedikit mulutku hingga akhirnya lidahnya bergerak lembut menggeluti lidahku. Getaran-demi getaran kurasakan dan tubuhku terasa melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh payudaraku. Mulanya hanya rabaan lembut lalu akhirnya jadi remasan yang membut aku merasa melayang hebat, dimana kedua tangan Kak Dani meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan. Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, tak sadar ku keluarkan desahan pelan.

Perlahan sekali, sangat perlahan bantal yang menghalangi tubuhku dengan tubuhnya ditariknya perlahan dan aku sudah tidak peduli lagi karena aku sedang merasakan kenikmatan yang baru ku alami. Ciumannya lalu mulai bergerak perlahan ke leherku dan disana lidahnya menari dengan tarian yang mampu membuatku terkejang-kejang nikmat sehingga dari mulutku keluar sudah desah dan rintihan tiada henti dan kenikmatan itu semakin bertambah dengan remasan lembut tangannya di payudaraku. Aku sudah tidak bisa menolak lagi, kubiarkan saja semua berjalan apa adanya. Aku hanya mampu terpejam, merintih, menggelinjang dalam kenikmatan sehingga akhirnya akupun balas memeluk tubuhnya.
Sekarang ….. oooohhhhh …. Lidah mulai turun ke buah dadaku dan tangannya masih bermain lembut di dada yang satu. Aku terbeliak dan meremas rambutnya ketika lidahnya mencucupi putingku …. “Addduuuhhhh …. Kakkkaaaakkkkk ….. oooohhhhh ….” racauku. Setelah menelentangkan tubuhku, giliran dadaku yang sebelah kiri diperlakukan yang sama ….. aaaaahhhhhhh …. aku sudah terbakar, terbakar oleh kenikmatan yang disodorkan oleh seniorku.

Lidahnya terus bergerak ke bawah, menuju pusarku dan kembali aku terkejang-kejang. Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatannya. Takut bercampur geli, nikmat yang tak terkira berkecamuk di dalam dadaku.
Namun kesadaranku sempat muncul ketika jilatannya sudah mendekati selangkanganku. Kurapatkan kedua pahaku karena takut tetapi ketika matanya menatapku, akhirnya aku diam saja. Ku jambak rambutnya dan lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkannya untuk mencumbu kemaluanku yang berbulu meski tidak terlalu lebat. Mula-mula jilatannya hanya di bagian atas tetapi ketika tiba di belahan bawah, tubuhku sontak terbangun merasakan sesuatu yang sulit aku ungkapkan. Aku semakin mendesah dan tanganku menjambak rambutnya, menarik-narik kaosnya, meremas sprei dan apa saja yang bisa ku gapai. Aku terlonjak, menahan rasa yang tak bisa ku bendung dan akhirnya aku merasakan sesuatu yang tidak bisa kuungkapkan …….. “Kakkkkkaaaaakkkkkk ……… oooooouuuuuhhhhhh “ aku mengejan untuk menahan itu tapi akhirnya aku merasakan sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir…
Tubuhku langsung terhempas dan aku tak perduli pahaku terbuka mempertontonkan kemaluanku. Lemas, nikmat dan aahhh … aku tak bisa mengungkapkannya.


Kemudian Kak Dani membaringkan tubuhnya di sebelahku dan baru ku sadari ternyata dia sudah bertelanjang dada dan saat ku lirik sekilas ke bawah, dia hanya menggunakan celana dalam saja … entah kapan dia membukanya. Kulihat Kak Dani menatapku dengan lembut, tersenyum dan membelai rambutku.
“Sakit Er ….?” tanyanya sambil menatapku.
“ Tidak Kak tapi ….. aaahhhh, Kakak ….. Er maluuuu …..” lalu ku peluk tubuhnya, kususupkan kepalaku ke lehernya. Kurapatkan dadaku ke dada bidangnya dan ku belit kakinya dengan sebelah kakiku. Pahaku merapat ke pahanya dan aku sempat menyentuh sesuatu yang tegang tapi aku tak begitu perhatikan.
“Er, yang barusan kamu rasakan itu adalah apa yang dicari oleh pasangan-pasangan yang memadu asmara” katanya saat aku rebahkan kepalaku di dadanya dan tangannya membelai punggung telanjangku.
“Er merasa aneh Kak …. koq begitu sih rasanya” kataku.
“Bukan sesuatu yang aneh. Itu terjadi karena kamu sudah terangsang oleh cumbuan Kakak sehingga akhirnya kamu sampai pada puncaknya yang disebut orgasme” jelasnya.
“Or ….apa Kak” tanyaku karena bahasa asing ini.
“Orgasme, Sayang” katanya sambil mengecup bibirku.
“Er takut Kak ….” kataku
“Takut kenapa ?”
“Takut …. Eeeeuuuu …. Hamil” jawabku ragu.
Kak Adi terkekeh lalu dia kembali kecup bibirku lalu berkata “ Er …. Er …. mana mungkin kamu hamil kalau tidak adanya kontak kelamin diantara kita tadi ? Kan Kakak hanya memainkan lidah Kakak di kemaluanmu lalu kamu … gituu deh” kembali dia terkekeh dan aku mencubit dadanya karena malu dan lega.
“Eh … aduh, sakit Er …” tubuhnya terlonjak karena cubitanku.
“Kakak dah ingkar janji …. Kakak ternyata nakal” kataku sambil menyandarkan daguku ke dadanya sehingga aku bias menatap wajahnya.
“Tapi kamu suka kan ?” jawabnya sambil mencium bibirku. Ku sambut ciumannya dengan rasa bahagia dan ku balas lumatannya tanpa rasa malu lagi.
Setelah ciuman terlepas, Kakak lalu menjelaskan tentang berbagai hal soal sex dan bersetubuh sehingga akhirnya aku mengerti. Kami ngobrol di ranjang sambil berbaring lalu akhirnya Kak Dani kembali menggeluti tubuhku dan yang kali ini ku balas gulatannya dengan penuh gelora.
Tapi aku sempat kaget juga ketika Kak Dani membimbing tanganku untuk memegang batang kemaluannya … aku sempat menggeleng tapi karena bujukannya akhirnya aku pegang juga batang kemaluannya.
Kak Dani ajari aku bagaimana memperlakukan batang kemaluan lelaki bila kondisinya sudah begini dan memang aku merasa aneh dan geli dengan bagian tubuh lelaki yang baru kulihat sedekat ini. Keras tapi tidak seperti kayu, lembek tapi tidak membengkok karena keras.
Mulanya tangaku digenggam, diajarkan cara menggerakan tanganku naik turun naik turun dan lama-ama aku jadi lancar juga melakukannya. Ku lihat ekspresinya begitu kenikmatan dan aku berusaha memainkan batang kemaluannya lebih cepat.
“Tenang Er, jangan keras-keras. Perlahan saja ….” bisiknya sambil membelai punggung telanjangku.
Ada desiran lagi saat tangannya membelai-belai punggungku dan meremas bongkahan pantatku. Lalu Kak Dani kembali menciumku, meremas dadaku dan aku menyambut itu dengan penuh gairah Karena aku sudah merasakan kenikmatan yang tadi kuraih saat digelutinya.

Kali ini Kak Dani suka terkejang-kejang sambil sesekali menyebut namaku perlahan di sela-sela cumbuannya dan kemudian tubuhku kembali ditelentangkan. Sekarang dengan posisi seperti ini, Kak Dani mencumbuku lebih panas dari yang pertama dan aku membalasnya karena aku ingin merasakan kenikmatan yang tadi lagi.

Saat aku sudah sangat terbuai lalu Kak Dani membuka pahaku dan menahannya dengan kedua lututnya. Aku tersadar ……
“Kak …. Jangan …. Jangan Kak ……” aku mendorong tubuhnya dan sebelah tanganku menutup kemaluanku.
“Er … ndak apa-apa, Kak cuma ingin melakukan petting saja …. Gak apa-apa … Kakak tidak akan mencelakaimu ….. ayolah” jawabnya dengan nafas memburu dan menarik tanganku untuk tidak menutupi kemaluanku.
Dengan ragu aku akhirnya melepaskan tanganku dan kemudian Kak Dani menempelkan kepala kemaluannya di belahan lubang kemaluanku.

Kurasakan kepala kemaluannya bergerak menggesek bibir kemaluanku, menyentuh daging kecil di atasnya terus kembali lagi ke bawah dan berulang-ulang hingga akhirnya aku kembali kegelian.
Ku peluk tubuhnya, ku ciumi bibirnya sambil kumasukan lidahku sementara gerakan kemaluannya terus menerus menggesek belahan lubang kemaluanku sehingga aku juga merasakan sensasi yang sama seperti waktu lidahnya membelai-belai belahan kemaluanku. Sadar atau tidak, pinggulkupun kemudian bergerak perlahan mengimbangi gerakan kemaluannya dan akhirnya aku kembali mengejang … seperti ada yang meledak di selangkanganku, rasa nikmat tadi kembali terulang. Ku rengkuh tubuhnya sambil ku gigit bahunya dan tak lama kemudian Kak Danipun meregang. Dia kocok batang kemaluannya dan ….. kusaksikan ada cairan putih kental keluar dari lubang kencingnya, berjatuhan di perutku. Aku yang masih merasakan nikmat tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat tubuh Kak Dani meregang sambil mengocok batang kemaluannya dan kemudian menyemburlah cairan itu.
Setelah Kak Dani terbaring dengan nafas memburu, aku raba cairan itu … kental tapi tak sekental putih telur lalu kulihat batang kemaluannya mulai mengendur ketegangannya.
Kemudian, Kak Dani memelukku dan berkata “Makasih Er, maafkan Kakak mengotori tubuhmu”.
“Gak apa Kak …. Er senang melihat Kakak seperti tadi” jawabku sambil mengecup bibirnya.
Kami sempat istirahat sejenak lalu kemudian kami berdua ke kamar mandi membersihkan tubuh telanjang kami.

Malam itu, kami melakukan sekali lagi ( baru ku tahu bahwa itu namanya petting ) dan kali kedua kami lakukan itu, aku sudah tidak ragu dan takut lagi karena aku percaya bahwa Kak Dani memang sayang padaku …..

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons