Monday, October 15, 2012

Sopir Angkot

Kalau ada yang belum paham Angkot, itu adalah singkatan dari Angkutan Kota. Singkatan itu sangat populer di Jakarta dan sekitarnya. Jadi pahamlah kalau saya bercerita dengan setting di sekitar Jakarta. Saya memang bekerja sebagai supir angkot. Pekerjaan ini memang jauh dibawah kualifikasi saya sebagai sarjana ekonomi yang mendalami marketing. Kalau di TV ada iklan dengan ejekan “ Sarjana ojek”, maka saya adalah “Sarjana Angkot”.
Saya bukan berasal dari keluarga kaya. Orang tua saya hidup sering kekurangan. Saya membiayai kuliah dengan bekerja serabutan. Apa saja yang menghasilkan duit ya saya kerjakan. Awalnya saya memang bercita-cita bekerja sebagai pegawai, dengan gaji yang besar, pakaian keren dan duduk di ruang sejuk di gedung-gedung tinggi yang bergengsi. Namun setelah saya lasak menjelajah internet lalu berkenalan dengan istilah pensiun muda, orientasi saya jadi berubah. “ Berapa sih gaji pegawai, apalagi yang pengalaman 0 tahun, Dapat 3 juta sudah besar. Mau jadi pegawai negeri or BUMN, walah seleksinya luar biasa ketatnya,” batin saya.
Sabar dulu ya bos, jangan buru-buru mupeng. Kita kenalan dulu dong biar saya enak ceritanya.
Lha ya itu cari 3 juta, bagi saya nyupir angkot adalah hal yang biasa. Sehari saya bisa dapat bersih seratus ribu. Kalau saya rajin sebulan bisa dapat 2,5 juta. Itu baru dari pendapatan nyupir. Pendapatan lain-lain masih ada. Sorry teman-teman supir angkot, yang membaca cerita saya ini jangan mencibir dulu. Saya tahu bahwa teman-teman memang sulit mendapat lebihan bersih seratus ribu sehari. Ikuti saja cerita saya, siapa tahu ente terinspirasi dan bisa mendapat penghasilan malah lebih besar dari saya.
Saya nyupir angkot sudah sekitar 3 tahun, sehingga seluruh seluk beluk nya paham.
Saya mau ceritakan bagaimana sebagai supir angkot saya bisa dengan mudah mendapat TTM. Begini ceritanya.
Saya membawa angkot dengan line yang paling ramai. Di jalur saya ini lebih dari 500 kendaraan yang beroperasi. Oleh sebab itu persaingan sangat ketat. Hampir setiap menit melintas angkot dengan nomor line yang sama. Kata orang, berkedip saja sudah nongol angkot jurusan 03, ya itu adalah jurusan angkot yang saya jalani.
Mulanya saya menelorkan gagasan untuk meningkatkan penumpang di angkot saya, tetapi ternyata dampaknya meluas kemana-mana. Saya merasa bersaing mendapatkan penumpang dengan kejar-kejaran dengan angkot lain, tidak ada gunanya. Trik yang saya pakai adalah melayani penumpang saya dengan ramah, berusaha mengenali kebiasaan penumpang dan mengingat-ingat dimana biasanya dia turun. Bukan itu saja, saya memajang No HP saya yang mudah dan murah dihubungi (maksudnya No operator CDMA), menuliskan nama komersil saya dan ada pula alamat email saya. Kalau angkot ini di bawa orang lain identitas itu saya copotlah.
Nama komersil itu, bukan nama yang sama dengan nama asli. Saya menerakan nama Ryan.
Belum 3 bulan saya memajang identitas saya di angkot, sms yang saya terima dari nomor yang tidak dikenal cukup banyak. Sehari saya bisa menerima puluhan sms. Uniknya lagi di email saya juga banyak pesan yang masuk.
Memang isinya banyak yang basa-basi yang memuji kinerja saya. Tapi banyak juga yang ingin kenal. Biasalah yang ingin kenal, ya cewek-cewek. Saya berusaha membalas sebisa saya baik sms maupun email.
Tetapi yang lebih unik lagi saya sering menerima telepon menanyakan angkot saya sudah sampai dimana. Ada saja penumpang yang rela menunggu berjam-jam untuk menumpang angkot saya. Itulah sebabnya angkot saya tidak pernah kosong, malah cenderung selalu kelebihan muatan. Saya malah sering menolak penumpang, untuk memberi tempat kepada penumpang yang sudah menelepon saya. Lho kok gitu. Ya iya lah, para penumpang yang menelepon itu, kalau kasi ongkos umumnya gak mau terima uang kembalian. Mereka semua mengenal saya dengan memanggil nama saya Ryan, ada juga yang manggil Mas Ryan atau dik Ryan.
Saya memang menjaga penampilan, sehingga tidak tampil lusuh dan bau badan yang tak sedap. Itulah bedanya saya dengan yang lain. Ini juga dalam rangka marketing untuk diri saya sendiri.
Nah ceritanya dari sekian banyak pelanggan saya ada beberapa wanita dewasa yang ingin berkenalan lebih dekat dengan saya. Mereka memperkenalkan namanya melalui SMS. Caranya, “Mas Ryan, ini Rini, saya tunggu di depan Indomaret di daerah Anu ya,” begitu bunyi smsnya.
Jadi sesampainya saya di depan tempat yang dia maksud, dan ketika seorang wanita masuk ke angkot langsung saya sapa, “ Mbak Rini sudah lama nunggu,”.
Setelah itu saya harus berusaha setengah mati menghafal nama dan orangnya. Untuk membantu mengingatnya saya mengaitkan dengan tempat biasa dia menunggu dan ciri-ciri fisiknya.
Untungnya otak saya memorinya masih mampu menampung. Mungkin karena usia saya baru 25. Semua saya buat enjoy aja, Jadi supir angkot, enjoy, memasukkan memory pelanggan saya juga enjoy.
Saya membuka semua akses informasi ke diri saya, dan tentunya saya juga berusaha agar mudah mengakses berbagai informasi. Itulah sebabnya, meskipun saya supir angkot, tapi saya juga punya HP yang punya fasilitas push email dan akses internet unlimited. Saya menyadari, dalam abad informasi ini, siapa yang mempunyai informasi lebih banyak dialah yang berpeluang mendapat penghasilan lebih besar. Jadi kalau temen-temen supir angkot ada yang membaca cerita saya ini, jadi mulai ngertikan, kenapa saya mudah mendapatkan penumpang dan penghasilan saya lebih tinggi dari rata-rata kalian.
Nah soal cewek, ceritanya lebih unik lagi. Di jam istirahat siang, istirahat sore, bahkan pada malam hari selalu saja ada yang menunggu saya. “ Mas Ryan kita makan siang bareng yuk, saya tunggu di terminal,” gitu kira-kira bunyi SMS. Yang beginian haram hukumnya untuk ditolak. Sebab, pasti dia yang akan menraktir saya makan. Saya gak perlu pura-pura mau bayar makanan. Basa-basi yang basi menurut saya, mau sok bayar makan, lha wong saya kan supir angkot, gitu lho.
Saya penuhi saja ajakan mereka, senengnya mereka bukan main. Mereka mungkin senang bergaul dengan saya karena saya mau mendengar curhatnya. Saya pikir perempuan itu otaknya didisain untuk perlu curhat agar memorinya tidak terlalu berat menanggung beban. Kalau saya laki-laki rasanya gak penting dan gak perlu curhat. Kalau ada masalah ya coba cari solusinya, kalau gak ketemu, mungkin besok ada pemecahannya. Ya pokoknya masalah saya , orang lain gak perlu tau. Sebab rasanya kalau saya ceritakan masalah saya, mereka sering malah membebani saya dengan masalah baru. Saya tertantang melahirkan kreativitas untuk mencari solusi.
Banyak yang ingin akrab denganku, maksudnya cewek-cewek. Padahal aku hanya supir angkot. Aku terpaksa menyeleksi mereka. Bagi yang bukan tipe ku atau kalau diterawang hanya akan merepotkan, aku hindari secara halus dengan sikap yang tidak menyinggung martabatnya.
Saya pernah dengar nasehat, kalau mau kaya ya bergaullah dengan orang kaya, kalau mau jadi maling yang bergaul dengan maling. Jadi sorry ya teman-temen, saya terpaksa mendelete temen-temen yang miskin dari daftar teman saya. Saya tidak memutuskan persahabatan, tetapi dengan yang miskin saya batasi berakrab-akrab ria. Bergaul dengan orang miskin, saya bisa jadi terbawa miskin nanti. Sebaliknya kalau bergaul dengan orang kaya, kan saya bisa terbawa kaya. Itu saja modalnya.
Diantara yang lolos seleksi ada sekitar 10 cewek yang punya potensi. Mereka itu terlihat sangat bersungguh-sungguh ingin dekat dengan saya, Ada janda, ada yang belum kawin, ada yang masih punya suami dan semuanya mereka wanita karir. Kalau kuceritakan satu-satu nanti ceritanya jadi panjang sekali. Jadi aku pilih saja ya.
Mbak Elly, dia janda dan bekerja sebagai sekretaris Dirut. Umurnya sekitar 30 tahun. Aku mengenalnya sudah hampir setahun. Mbak Elly sangat setia menunggu angkotku. Aku sudah berkali-kali ditraktir makan. Tentunya bukan makan siang, karena dia kan kerja di kantor. Bukan itu saja dia sering memberi hadiah, mulai dari baju, celana jeans, sepatu bahkan uang. Aku tidak mampu menolak pemberiannya. Meski pemberiannya itu memang aku butuhkan, tetapi sebagai laki-laki rasanya agak tersinggung juga harga diri kalau terus-terusan disuapin. Tapi aku tekan sajalah harga diri itu, karena memang aku belum tahu hargaku berapa……
Mbak Elly sering curhat. Saya jujur saja tidak tahu solusi apa yang harus saya sampaikan. Tapi meskipun saya tidak menyarankan solusi apa-apa, dia puas curhat ke saya. Malah kalau saya kasi solusi, dia kurang suka. Ya mungkin perempuan lebih suka menuang saja uneg-unegnya dan merasa tidak perlu menerima masukan.
Dia sebenarnya punya mobil sendiri. Awalnya mengenalku karena mobilnya rusak, dia lalu menumpang angkot untuk selanjutnya menyambung dengan taksi. Mungkin saja dia tertarik oleh penampilanku, bisa mengakses langsung ke aku, dan menurut kriterianya aku adalah pribadi yang unik yang kebetulan jadi supir angkot.
Sanjung terus….., sampai melembung. Aaah bukan gitu lah. Kalau tidak saya jelaskan, nanti pembaca kan bingung karena ada link cerita yang gak nyambung, iya kan….
Aku semakin akrab karena Mbak Elly dan suatu hari mengajakku menemaninya jalan-jalan ke mall. “Mas Arya, sampeyan itu terlalu smart untuk seorang supir angkot, kenapa sih gak cari kerja kantoran saja,” tanya Mbak Elly dengan logat jawanya yang medok.
Saya selalu menyembunyikan kesarjanaan saya, jadi Mbak Elly hanya tahu kalau saya cuma lulus SMA saja. “Ah kerja kantoran kan gajinya kecil mbak, lagian terikat banget jam kerjanya, kalau supir angkot kan bebas dan kelebihannya bisa kenal ama mbak Elly,” pujiku.
“Kamu itu diplomatis banget ya njawabnya, pake nyanjung segala bikin orang lupa dengan pertanyaannya,” kata mbak Elly. Dia rupanya tidak mudah terlena dengan sanjungan.
Kami jalan hampir seharian. Bukannya dia belanja untuk dirinya, malah lebih banyak belanjaan untuk diriku.
Di akhir perjalanannya setelah hampir sore, Mbak Elly menawarkan aku untuk istirahat sejenak. Aku sebenarnya tidak paham ajakan istirahat itu apa, tetapi akhirnya paham setelah dia menggandengku memasuki lobby hotel yang menyatu dengan mall. “Waduh Mbak Elly yang manis mengajakku masuk kamar hotel, mungkin dia ingin aku ngeloni apa gimana ya,” batinku dengan tetap memasang mimik bodoh.
Masuk kamar hotel, terasa sejuk dan kamar yang bersih dengan sebuah ranjang besar di tengahnya.
Setelah bellboy meninggalkan kamar, Mbak Elly menyuruhku mandi membersihkan badan. Kata dia biar badanku segar. Dia mengajariku menggunakan fasilitas yang ada di kamar mandi, lalu menyerahkan kimono untuk aku pakai sehabis mandi nanti.
Sambil membuka baju aku membayangkan apa kira-kira yang diinginkan mbak Elly mengajakku ke hotel. Penisku sudah lebih paham kayaknya dari pada otak kiriku, sehingga dia sudah standby.
Setelah badanku bersih, aku ingin mencoba berendam air hangat di bak. Sambil menunggu bak terisi air cukup banyak, aku mencoba duduk di closet. Mungkin karena nggak kebelet, atau karena biasa bab jongkok, makanya susah banget mengeluarkan ampas dari perutku.
Aku terkejut, karena Mbak Elly masuk nylonong saja ke kamar mandi sambil mengenakan kimono hotel. Padahal aku lagi bugil-gil. “ Lho mbak ada apa ?” tanyaku kaget sungguhan.
“Kamu sih mandinya lama banget, aku kebelet pipis, kamu lagi ngapain tuh duduk di situ,” tanya Mbak Elly.
“Lagi nyoba duduk aja mbak sambil nungguin baknya penuh,” kataku.
“Minggir sana, gantian gua mau pipis,” kata Mbak Elly.
Sambil berkata begitu dia membuka kimononya. “Duarrrrr” aku kaget, karena dibalik kimono itu, Mbak Elly sudah telanjang bulat. Dengan tenangnya dia angkat kimononya lalu duduk di closet. Aku yang juga bugil langsung nyebur ke bak mandi. Mau langsung berendam, airnya panas sekali, jadi ya berdiri saja sambil menyiram-nyiram kecil ke tubuhku agar badanku bisa beradaptasi dengan air panas itu. Mbak Elly begitu duduk langsung melepas desakan air kencingnya dengan menggas sekencang-kencangnya, sehingga suaranya keras berdesir. “Apa itu mbak kok suaranya berisik ,” godaku.
“Ah kamu ngeledek aja, lha kamu kenapa tuh kok barangnya udah ngacung aja, emangnya mau nembak siapa,” katanya ganti ngledek.
Aku lalu merendahkan badanku dan mulai berendam di air yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Mbak Elly yang usai membersihkan memeknya sehabis kencing tadi langsung membuka kimononya. Ternyata tidak ada pelindung apa pun di balik kimono itu, alias sudah bugil. Dia ikut bergabung di bak mandi. Kami duduk berhadapan. Dia kemudian membalikkan badannya lalu merapat ke tubuhku. Tanpa disuruh lebih lanjut aku menyambutnya dengan memeluk tubuhnya yang gempal. Lehernya aku ciumi. Mbak Elly menengadahkan kepalanya sehingga aku langsung mengecup bibirnya. Untung tadi aku sudah gosok gigi yang memang tersedia lengkap di meja toilet kamar mandi, sehingga aroma rokok dan tidak sedap lainnya dari mulutku berubah bau segar.. Sementara itu tanganku meremas-remas kedua payudaranya yang cukup besar dengan kedua putting yang mengeras. Puas meremas kedua susunya, sambil terus berciuman tanganku langsung menjelajah ke bawah dan menemukan selangkangan yang berbulu lebat. Kugosok-gosok sebentar lalu jari tengahku ku selipkan ke lipatan memeknya. Mbak Elly menggelinjang-gelinjang karena memeknya ku kobel-kobel.
“ Ayo kita sabunan,” kata Mbak Elly sambil melepaskan sumbatan di bak mandi. Mbak Elly mengambil sabun cair dan kembali masuk ke bak mandi. Sambil duduk berhadapan dia menyabuni seluruh tubuhku. Penisku adalah bagian yang paling lama dia sabuni. Selanjutnya aku berganti menyabuni tubuh Mbak Elly. Terasa sekali tubuhnya yang lembut. Badan kami penuh berlumuran sabun. Mbak Elly mendorongku sehingga aku terbaring di bak mandi. Dia menindih tubuhku lalu memagutku. Badan kami licin sehingga tubuh mbak Elly meluncur-luncur di atas tubuhku. Sapuan jembutnya yang lebat ke tubuhku membuat sensasi yang sangat erotis. Penisku yang tegak mengacung berkali-kali di gerus oleh jembutnya yang lebat. Mbak Elly bangkit meraih shower lalu dia membersihkan penisku dari lumuran sabun dan juga selangkangannya. Dia lalu jongkok perlahan-lahan sambil menggenggam penisku untuk selanjutnya diarahkan ke lubang vaginanya. Penisku merasa hangat tercekat di dalam vagina Mbak Elly. Seluruh penisku terbenam di memeknya lalu dia menarik tubuhku. Posisi kami jadi aku memangku Mbak Elly, dan kedua kakinya merangkul pinggangku. Tubuh kami menyatu dengan sambungan penisku ke memeknya. Mbak Elly bergerak liar diatas pangkuanku. Aku merasa sensasi yang luar biasa nikmatnya, sehingga tidak bisa berkata apa-apa kecuali melenguh. Mbak Elly pun begitu, dia bergerak-gerak sambil terus mendesah-desah. Aku berusaha menjaga agar tidak terlalu cepat berejakulasi, dengan membuyarkan kosentrasi.
Cukup lama juga kami menyatu dengan posisi itu sampai Mbak Elly berteriak panjang dan kedua kakinya menjepit tubuhku erat sekali. Penisku merasa denyutan berkali-kali di sekujur bagian dalam memeknya.
Aku membimbing Mbak Elly keluar dari bak mandi dengan hati-hati karena licin. Aku duduk di closet yang telah aku tutup dan Mbak Elly ku bimbing duduk dipangkuanku. Penisku kembali tertancap di memeknya. Kedua tanganku memegang pinggulnya dan berusaha menggerakkan tubuh Mbak Elly. Dia mengerti keinginanku. Tubuhnya kembali bergerak-gerak dan penisku terasa seperti diremas-remas memeknya. Mbak Elly mendesah desah dan gerakannya makin lama makin cepat sampai akhirnya dia menjerit panjang dan memelukku erat. Aku merasakan sensasi denyutan memeknya ke sekujur penisku.
Dalam posisi penisku masih tertancap di memeknya aku bangkit dan menggendong tubuhnya. Mbak Elly terkejut lalu tangannya melingkar ke leherku dan kedua kakinya merangkul pinggangku. Aku menggendongnya keluar kamar mandi lalu kami rebah ke tempat tidur. Kini giliranku menggenjot Mbak Elly. Mbak Elly menarik kedua kakinya lalu di letakkan ke bahuku. Aku terus menggenjot karena terasa ejakulasiku sudah makin mendekat. Menjelang aku melepas sperma aku sempat bertanya, “dilepas dimana mbak,”
“Di luar saja,” katanya sambil terengah-engah.
Aku makin liar dan cepat bergerak menjelang ejakulasi. Mbak Elly membantu gerakanku dengan melingkarkan kedua kakinya ke tubuhku. Menjelang ejakulasi aku menarik penisku keluar tetapi kedua kaki mbak Elly mengunci gerakanku sehingga aku gagal melepas penisku dari memeknya. Aku merasa tidak mampu menahan ejakulasiku, maka aku benamkan sekalian penisku ke dalam memeknya. Nikmatnya luar biasa, rupanya Mbak Elly menyusul orgasme setelah menerima semprotan hangat spermaku.
“Mbak kenapa ditahan, aku jadi nembak di dalam deh,” kata ku.
“Iya aku juga nggak tahan, karena lagi nanggung, nggak apa-apa deh, “ katanya sambil kembali memagutku.
Kami berbaring di atas bed cover dan beristirahat sejenak melepas lelah sehabis bertempur. “ Mas Ryan Gendong dong ke kamar mandi,” kata Mbak Elly manja. Aku mengangkat tubuhnya. Tubuh Mbak Elly kutaksir beratnya sekitar 50 kg dengan tinggi 155. Tubuhku yang hampir 175 dengan berat juga hampir 70, masih cukup bertenaga membopong Mbak Elly.
Kami membersihkan sisa-sisa sabun yang mengering dan membersihkan alat paling vital. Setelah mengeringkan dengan handuk, aku kembali menggendong mbak Elly ke tempat tidur. Bed cover aku lipat dan ku masukkan ke lemari, lalu kami berdua masuk ke dalam selimut dalam keadaan masih tetap bugil. Mbak Elly tidur dengan memelukku. Kami tertidur sekitar satu jam.
Aku terbangun karena merasa penisku diremas-remas mbak Elly dia juga mengulum penisku sehingga bukan hanya penisku yang bangun, aku juga jadi tersadar. Kami main lagi 2 ronde sebelum chekout sekitar jam 11 malam.
Mbak Elly dan aku berpisah di dekat rumahnya. Di rumah aku terkejut karena di dalam kantong baju baru ada amplop yang berisi uang cukup banyak.
Sejak itu kami sering berkencan dan berintimria, tidak hanya di Jakarta, tetapi menjelajah sampai ke Bandung. Aku tidak hanya intim dengan Mbak Elly, tetapi ada beberapa wanita kaya yang akrab denganku. Soal duit, kini aku sudah mencukupi. Duit hasil persenan dari para TTM ku bisa menjadi uang muka untuk membeli 3 angkot baru. Dalam waktu setahun cicilanku malah sudah lunas semua. Semua angkot itu aku jual dan uangnya aku ubah untuk membeli bisnis waralaba yang hasilnya lebih besar dari pendapatan angkot dan mengelolanya juga lebih mudah. Dalam usia 30 tahun aku sudah berhasil mendapatkan pasive income puluhan juta, sementara teman-temanku yang meniti karir menjadi pegawai negeri baru mencapai golongan 3b dengan take home pay seperduapuluh penghasilanku.
Pengelanaanku bersama wanita-wanita kaya sekarang tidak lagi menjadi gigolo mereka. Aku menjadikan mereka sebagai patner bisnis. Jadi aku banyak memiliki bisnis patungan dengan mereka. Selain aku mendapat sex gratis, aku juga mendapat penghasilan besar. Relasiku tidak terbatas pelanggan angkot ku yang dulu, tetapi mereka mereferensikanku ke koleganya yang juga tajir-tajir.
Satu lagi cerita syur. Aku beberkan karena kejadiannya agak unik. Waktu itu aku masih “narik” angkot. Salah seorang pelanggan angkotku ngajak jalan. Dia ngajak bukan di hari libur dan ngajaknya maksa banget. Sampai-sampai dia mau mengganti pendapatan angkotku sehari, karena aku nggak narik.
Karena penasaran dan ingin tahu ujungnya, aku turuti kemauan Bu Mella. Kami bertemu di mall. Dari situ kami ke mall di Jakarta Barat. Aduh lupa cerita. Aku dan Bu Mella sudah beberapa kali berhubungan badan. Dia juga lumayan kaya. Bekerja di perusahaan asing di bidang perminyakan, gaji Bu Mella tergolong besar. Kutaksir umurnya sekitar 40 tahun. Tapi dia pandai merawat diri, sehingga tidak terlalu gemuk dan tampil selalu modis. Sebenarnya dia tidak cocok jadi penumpang angkot ku. Tapi dia termasuk pelanggan setia. Kalau ngasi ongkos ke aku gak pernah kurang dari 50 ribu dan tidak pernah mau terima uang kembalian. Padahal aku sering menolak dia membayar ongkos, karena paling aku kehilangan 2 ribu saja untuk ongkos dia. Jadi gitulah teman-teman supir angkot pembaca ceritaku, ongkos cuma 2 ribu dibayar limpul. Langgananku kalau bayar minimal 10 ribu tanpa mau terima uang kembalian.
Aku tidak tahu apakah Bu Mella janda, atau masih bersuami, atau belum pernah nikah. Dia tidak pernah mengungkap statusnya, jadi aku juga tidak mengoreknya. Aku pikir itu wilayah pribadinya yang tidak boleh aku tembus.
Setiba di Mall tujuan dia menggandengku ke lift. Ternyata lift itu menuju apartemen. Kami berdua memasuki unit apartemen disambut oleh seorang wanita paruh baya yang tidak kalah cantiknya dari Bu Mella. Wajahnya rada indo, mungkin ada keturunan bule. Yang jelas penampilannya terlihat banget dia wanita kaya. Dia memperkenalkan namanya Bernadeth, selanjutnya aku memanggilnya tante Ber. Orang nya cuantik banget umurnya kira-kira sebaya dengan Bu Mella. Kulitnya sangat putih, teteknya kelihatan gede, karena gundukan atasnya kelihatan nyembul. Aku paling gak tahan melihat lipatan tetek, rasanya pemandangan itu memberi daya pukau yang luar biasa.
Aku disuguhi white wine. Badan terasa hangat di dalam dinginnya udara AC di ruang ini. Bukan itu saja birahi juga bangkit karena kehangatan wine. Tante Ber permisi sebentar katanya dia mau ke kamar mandi. Bu Mella langsung duduk merapat ke dekatku. Dia memberi penjelasan bahwa Bu Mella ingin dipuaskan oleh ku. “Tadi dia sudah kasih kode bahwa kamu cukup oke baginya,” kata bu Mella.
“Kalau saya sih bu nggak usah ditanya, mau service apa pun saya siap,” kata ku.
Bu Mella meraih HPnya lalu dia menekan-nekan keypad. Kelihatannya dia mengirim SMS. Tidak lama kemudian terdengar suara HP di belakang tanda SMS masuk. Aku duga Bu Mella meng sms Tante Ber.
Tidak lama kemudian Tante Ber muncul dari belakang. “ Yuk kita bersih-bersih dulu,” katanya.
Bu Mella menarikku masuk ke kamar. Di dalamnya terdapat ranjang ukuran King size dengan sprei warna krem lembut. Interior di dalam kamar ini sangat klasik. Mungkin ruangan ini di isi barang-barang Da Vinci.
Bu Mella membukai bajuku sampai aku telanjang bulat. Dia lalu membuka bajunya juga. Sementara Tante Ber kelihatannya dia tadi masuk ke kamar mandi. Aku dan Bu Mella bergandengan masuk ke kamar mandi.
Mewah dan besar sekali ukuran kamar mandinya. Di sudutnya terdapat bak mandi segi tiga yang cukup besar. Di dalamnya terlihat Tante Ber sudah berendam. Aku tidak buru-buru menyusul masuk ke bak. Di meja toilet terlihat beberapa sikat gigi baru. Aku membersihkan gigiku dengan sikat dan berkumur-kumur sampai mulut terasa segar. Sebelum nyemplung Aku membilas dengan shower air hangat dan membersihkan seluruh tubuhku dengan sabun cair merk mahal yang wangi. Bu Mella sudah masuk ke bak mandi bersama Tante Ber.
Otakku berproses untuk memikirkan peran apa kiranya yang pantas aku mainkan dalam suasana seperti ini. Peran budak, ya itu aku rasa paling cocok. Aku akan berperan menjadi budak bagi kedua wanita yang ada bersamaku. Setelah badanku bersih, aku mempelajari berbagai peralatan yang ada di kamar mandi. Aku menghidupkan api yang menghasilkan wewangian aroma therapi, memilih sabun cair dan mendekatkan spons ke dekat bak tempat mereka berdua berendam.
Mereka setuju ketika aku tawari untuk menuangkan sabun cair ke dalam bak mandi. Air jadi berbuih. Kugandeng Tante Ber keluar dari bak mandi lalu kubaringkan ke matras yang ada di situ. Bodynya luar biasa putih dan indah. Dia berbaring telungkup. Aku menggosokkan spons keseluruh tubuhnya bagian belakang, lalu setelah dia berbalik telentang aku membersihkan bagian depannya. Dalam situasi itu, aku tidak memperlihatkan minatku untuk mencumbuinya, tetapi seolah-olah bekerja sebagai petugas spa. Sampai sela-sela jari kaki aku bersihkan dengan teliti. Setelah itu baru aku guyur dengan air hangat.Setelah badannya bersih dari busa sabun aku berjongkok dan mulai menjilati tubuh Tante Ber dari mulai ujung kaki terus naik ke atas. Tante Ber menggelepar kegelian, tetapi dia menikmati sensasi mandi kucing yang saya jalankan. Saya terus menjilati seluruh tubuhnya sampai berakhir mengecup bibirnya sebentar. Setelah itu kembali menelusur ke bawah dan agak lama menghisap kedua pentilnya yang berwarna merah muda. Tante Ber mulai terbakar birahinya. Jilatan aku teruskan ke bawah dan puncaknya aku merenggangkan kedua kakinya dan selangkangannya yang berbulu tidak terlalu lebat langsung mengekspos belahan bibir vagina yang berwarna merah muda. Lidahku langsung menyerang lipatan clitorisnya. Tante Ber berteriak lirih ketika itilnya terjilat. Pelan-pelan dari balik lipatan memeknya mulai menyembul tonjolan clitoris. Di lidahku terasa semacam daging tumbuh yang ereksi. Aku terus menyerang tonjolan clitoris itu sambil kedua jari ku masuk ke dalam lubang vaginanya. Terasa hangat dan berlendir. Tante Ber tidak mampu bertahan lama dia langsung mencapai orgasmenya. Kedua jariku yang berada di dalam lubang vaginanya merasa kedutan berulang-ulang yang merupakan ekspresi dari gelombang orgasme. Terasa tonjolan Gspotnya. Aku mempermainkan daerah sensitif itu dengan gerakan halus oleh ujung-ujung jariku. Tante Ber mulai merintih dan dia langsung menjepitkan kakinya rapat-rapat sambil kedua tangannya menutup mulutnya. Tante Ber terdengar menjerit ditutup oleh kedua tangannya ketika dia mencapai orgasme lagi.
Aku melirik ke Bu Mella. Dia hanya mengangkat dua jempol ke aku. Kusibakkan kedua tangan tante Ber lalu bibirnya kukecup dan kuhisap kuat. Dia tidak menyangka mendapat serangan seperti itu kelhatan agak gelagapan. Namun tidak lama kemudian tangannya memeluk tubuhku. Aku menindih Tante Ber sementara penisku berada diantara kedua pahanya. Salah satu tangan tante Ber menggenggam penisku lalu dia mengarahkan penisku memasuki kemaluannya. Terasa hangat sekali dan licin memeknya. Penisku sudah 100% terbenam. Aku tidak menyia-nyiakan peluang ini langsung aku menggenjotnya. Aku terus mencari posisi yang bisa memaksimalkan nikmat yang dirasakan Tante Ber. Setelah kutemukan aku melakukan penetrasi yang teratur dan konstan. Tante Ber yang sudah mendapat 2 kali orgasme, tidak mampu menahan gelombang orgasme berikutnya Dia memelukku erat sekali dan menjerit lirih bersamaan dengan denyutan orgasmenya. Penisku terasa dipijat-pijat di dalam liang vagina.
Tante Ber mengeluh badannya terasa sangat penat. Aku kembali membersihkan seluruh tubuhnya dengan sabun dan menyiraminya dengan air hangat. Badan Tante Ber aku keringkan badannya lalu aku bimbing masuk ke dalam selimut di bed yang berukuran king size.
Aku kembali ke kamar mandi. Kali ini aku harus menghadapi Bu Mella yang rumpanya sudah sangat terangsang melihat adegan tadi. Aku tidak langsung menancapkan penisku ke memeknya, tetapi Bu Mela aku ciumi seperti orang kangen. Dia merasa tersanjung oleh ciumanku. Birahinya makin terbakar tinggi. Diraihnya penisku lalu dihisapnya kuat sekali. Saking kuatnya hisapan bu Mella sampai air maniku terasa seperti dipaksa disedot keluar. Tapi aku harus bertahan. Bu Mella yang masih berselemak sabun aku baringkan di matras. Dia kembali aku cumbui sambil menindihnya. Kedua putting susunya aku serang dengan hisapan lembut, lalu clitorisnya adalah giliran serangan berikutnya. Bu Mella tidak mampu bertahan lama dia langsung orgasme setelah tidak lama aku kulum clitorisnya. Ditengah-tengah gelombang orgasmenya aku langsung menancapkan penisku ke memeknya. Aku menggenjotnya dengan gerakan kasar. Bu Mella melolong-lolong nikmat. Aku bersiasat ketika gelombang orgasmeku terasa sudah dekat. Posisi aku balik dan Bu Mella berada di atasku. Dia kuminta mengambil kendali persetubuhan. Bu Mella melakukan gerakan yang liar diatasku dan mengatur posisinya yang dia senangi. Sementara itu aku pasif dan hanya meremas-remas teteknya yang bergantungan. Bu Mela akhirnya mendapatkan orgasme yang dia inginkan. Aku kembali mengambil kendali dan Bu Mella kutindih kembali. Terasa orgasmeku sudah makin dekat maka penisku kuhunjam dalam-dalam ke vaginanya. Beberapa tembakan kulepaskan ke dalam vaginanya dan aku mencapai kepuasan yang sempurna.
Kami membersihkan diri dan bergabung masuk ke dalam selimut bersama Tante Ber.
Tante Nina rupanya punya fantasi sex yang unik. Setelah beristirahat, aku digelandangnya keluar kamar. Sementara itu Bu Mella masih lelap tertidur. Aku diminta Tante Ber menyetubuhinya di ruang tamu, di dapur, di atas meja makan. Dia minta aku bertahan sehingga dia bisa melakukan berbagai posisi senggama. Untungnya lubang vagina tante Nina tidak terlalu ketat, sehingga aku mampu bertahan lama. Yang aneh lagi aku diminta menjilati eskrim yang diletakkan di atas memeknya.
Tante Nina kelihatan puas dengan service ku, sehingga dia diam-diam meminta no kontakku sekaligus no rekeningku.
Hari itu aku disekap sekitar 12 jam di apartemen tante Ber dan terus menerus diminta melayani berbagai fantasi sexnya. Untungnya aku mampu dan banyak membaca di internet mengenai berbagai fantasi sex.
Selanjutnya Tante Ber sering mengontakku tanpa diketahui Bu Mella. Dia termasuk kolegaku yang berani memberiku uang cukup besar.
Begitulah tugas sampingan supir angkot, yang mendapatkan side income berlipat kali dari pendapatan menarik angkot.

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

MustBhagoezt on
Add Me
Follow Me
Add Me
Langganan Gratis

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons