Suatu hari ayahku menawariku pekerjaan. Ia menawariku kerja jaga malam
di rumah bosnya. Bosnya adalah orang asing yang bekerja di Jakarta. Dia
tinggal di wilayah Kemang Jakarta, tempat para ekspatriat bermukim.
Menurut ayahku, jika aku mau bekerja, baginya agak ringan membiayaiku.
Paling tidak aku bisa membiayai sendiri kuliahku dari honorku.
Aku sebenarnya sudah lama mengidam-idamkan pekerjaan, tetapi tidak aku
sangka peluang yang ada hanya jaga malam. Menurutku pekerjaan ini
terlalu sepele buat pengetahuanku yang sudah semester 6. Namun apa boleh
buat, ayah berharap aku mau menerima pekerjaan itu, karena dia memang
sering mengeluh mengenai biaya ku yang makin lama makin banyak.
Sementara itu dua adikku yang sudah mulai masuk SMA juga butuh biaya
lumayan besar.
Aku kemudian diperkenalkan kepada bos ayahku. Kami bersandiwara bukan
sebagai ayah dan anak. Untungnya tampangku tidak ada kemiripan dengan
ayahku, sehingga bos ayahku dan istrinya tidak curiga. Aku memang punya
bekal ilmu bela diri, inilah yang dipromosikan ayahku sehingga si bule
itu cepat mengambil keputusan untuk menerima.
Lagian menuntut syarat apa sih, untuk seorang penjaga malam, pokoknya
kelakuannya baik, ada yang bisa menjamin dan tidak penakut, itu saja kan
cukup. Jadilah aku penjaga malam. Malam duduk bengong sambil nonton TV
kecil di rumah pos jaga sampai pagi. Nyatanya kalau sudah tengah malam
aku tidur juga. Lagian mau jaga apa, orang rumah bos ku ini dikelilingi
pagar dan tembok tinggi. Paling-paling aku menyaring tamu kalau pun ada.
Itu jarang sekali ada tamu pada saat aku bertugas dari jam 7 malam
sampai jam 6 pagi. Paling-paling kerjaku hanya membukakan gerbang kalau
mobil mereka datang.
Jika aku tidak kuliah aku nongol di rumah bosku, meski bukan jam
dinasku. Ada saja yang kukerjakan, mulai memotong rumput, membersihkan
halaman, mencuci mobil membantu ayah. Abis dirumah bosan, mau jalan gak
punya ongkos. Yah mending aku main di rumah bossku . itung-itung
nglancarin ngomong Inggris.
Rupanya karena aku bekerja melebihi tanggung jawabku, akhirnya bosku
senang. Dia sering kasih tips dan yang membuat aku berbunga-bunga dia
mau membiayai aku membuat SIM A. Meski bagi pembaca biaya membuat SIM A
tidak ada artinya, tetapi bagiku, itu amat banyak.
Aku memang sudah mahir mengendarai mobil. Itu juga sebabnya ketika aku
diminta membawa mobil memnggantikan ayahku yang kebetulan sedang sakit
perut, si bos kelihatannya puas dengan caraku membawa. Dia terkejut,
ketika dijalan mengetahui bahwa aku belum mempunyai SIM.
Wah ceritanya jadi kemana-mana ya. Bos ku sebutlah dia Mr Barnes, orang
Amrik, umurnya kira-kira 45 tahun dan istrinya lebih muda dikit, mungkin
sekitar 40 tahun. Susah sih sebenarnya nebak umur orang bule, karena
pada tahap usia setengah umur, kelihatannya mereka nggak tua-tua.
Mereka mempunyai anak 4 orang perempuan semua. Anak yang pertama Lisa
katanya usianya belum genap 13 tahun. Tapi anak bule biar baru segitu
badannya udah kayak cewek kita yang umurnya 15 tahun. Yang kedua adalah
kembar panggilannya Terri dan Sue umurnya 11 tahun kata mereka dan yang
bungsu Kim baru 9 tahun.
Aku akrab dengan mereka berempat, karena kalau aku lagi kosong tidak ada
kuliah aku sering mengawal mereka, baik jalan ke mall, maupun mengantar
les.
Wuis jangan salah kira, kalau aku jalan di Mall, gak ngejomplang amat
dengan mereka. Pokoknya aku gak keliatan sebagai supir or babi sitter
mereka.
Aku makin dipercaya bukan hanya mengantar nyonya Barnes saja ke
supermaket, tetapi juga mendampingi anak-anak. Jadi kalau aku ada jadwal
kuliah sore, banyak yang kecewa. Aku sudah menjadi bagian dari keluarga
mereka. Aku malah lebih akrab dibanding ayahku yang sudah lebih dari 5
tahun bekerja dengan mereka.
Mungkin inisiatifku dengan gerakan one step a head, membuat mr Barnes
suka ke aku. Misalnya bila mereka ingin makan malam di satu restoran.
Sebelum berangkat aku sudah melakukan reservasi tempat duduk bahkan menu
yang akan mereka santap. Jadi sesampainya mereka di restoran, tidak
perlu menunggu lama, langsung deh terhidang.
Di rumah aku sudah seperti sekretaris mereka, mengurusi segala macam
tetek bengek, mulai dari pesan hotel, pesan tiket sampai ngurus
surat-surat ke imigrasi, semua bisa kulakukan. Awalnya memang aku tidak
tau, tetapi modal nekat dan kemauan besar akhirnya banyak hal aku bisa
kuasai.
Wah ternyata meski resminya aku hanya penjaga malam, tetapi tugas dan
tanggung jawabku besar sekali. Setahun aku bekerja disitu, honorku sudah
lebih besar dari ayahku. Yang bikin nggak enak, Ayahku seolah-olah
malah menjadi supir serapku. Sebab jika ada aku Mr Barnes lebih suka
pakai aku. Kadang-kadang aku jadi rebutan antara tuan-nyonya dan
anak-anak.
Mr Barnes menjanjikan akan memberi pekerjaan yang lebih baik dikantornya jika kelak aku sudah selesai kuliah.
Nah ceritanya dimulai dari sini. Suatu saat tuan dan nyonya Barnes harus
bepergian keluar negeri selama 2 minggu. Anak-anak tidak ada yang ikut,
karena kepergian mereka bukan dalam rangka liburan, tapi dalam rangka
tugas.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh ayahku untuk mengambil cuti. Mr Barnes
tidak keberatan, tetapi dia mewanti-wanti aku agar tetap bekerja.
Untungnya kuliahku lagi libur sebulan, jadi aku bisa ngepos seharian di
rumah Mr Barnes.
Di rumah itu ada 2 pembantu cewek, Mbak Sri dan Mbak Yanti. Mereka sudah
sekitar 40 an dan tugasnya masak dan membersihkan rumah. Selepas makan
malam, tugas mereka selesai dan mereka berdua kalau nggak ngrumpi dengan
pembantu di sebelah ya nonton TV dikamarnya.
Aku diminta mengawasi anak-anak, soal makannya, soal jam tidur dan
sebagainya. Dua pembantu seharusnya yang bertugas untuk ini, tetapi
mereka, kurang disukai anak-anak dan bahasa inggrisnya blekok banget.
Begitu kedua orang tuanya berangkat, keempat anak-anak ini bukannya
sedih malah bergembira. Mereka merasa bebas dari pengawasan orang tua.
Aku malam itu sedang mengikuti tayangan film di tv di pos jaga. Pintu
gerbang sudah kukunci dan rencananya jika aku ngantuk tinggal tidur di
pos jaga. Telepon lokal berbunyi, ternyata anak-anak yang memanggil Aku
diminta Lisa menemani mereka menonton TV di ruang tengah. Aku bilang Bik
Sri atau Bik Yanti kemana. Lisa bilang mereka tidak mau ditemani oleh
dua orang itu.
Padahal aku sudah agak ngantuk, dengan berat hati aku masuk ke ruang
tengah. Aku duduk di sofa. Rupanya ruang tengah berantakan. TV sedang
menayangkan chanel MTV dan suaranya cukup keras, karena menggunakan home
theater. Lisa Duduk di sofa panjang bersama Terri dan Sue, aku duduk di
sofa kecil. Kim terlihat larut dengan lagu-lagu yang sedang hit. Kim
meski umurnya 9 tahun, tetapi dia kelihatan lebih besar. Mungkin karena
anak bule jadi agak bongsor. Malam itu Kim mengenakan piyama dengan
atasan dari bahan kaus putih. Baru sekarang aku tau bahwa tetek Kim
sudah mulai tumbuh. Bagian putingnyanya menonjol mendorong kaus putih
yang memberi pemandangan agak transparan. Kim menari-nari di depan TV.
Tarian Kim pada awalnya ngasal, tetapi lama-lama dia melakukan gerakan
seperti penari striptease. “Hey, Kim looks like a stripper the way she’s
dancing, Yeah! Hey Kim, take it off! Take it all off! Tssst, Tst Tst
Tssst, Tssst, Tst Tst Tssst!” teriak Sue and Terri.
Aku diam saja dan begitu juga Lisa. Kami hanya menyaksikan aksi Kim.
Gerakan Kim makin hot bahkan pingggulnya digerak-gerakkan seperti
goyangan Inul. Dia beberapa kali menghampiriku lalu menggusek-gusekkan
pantatnya ke pangkuanku. Aku diam saja . Disamping aku mendapat
rangsangan, aku berpikir harus bertindak apa terhadap mereka. Bagaimana
pun ini adalah tanggung jawabku.
Kim makin menjadi-jadi, Dengan gerakan pelan dia mulai menurunkan celana
luarnya sambil terus melakukan gerakan berputar-putar. Aku bingung,
antara harus berbuat apa dengan ingin melihat lebih jauh. Tiba-tiba Lisa
berteriak. “Now that’s enough! Stop it!”
“Yes, put your clothes on right now, little lady! And you twins stop encouraging her!” sambung ku
“Ahhh, too bad, show’s over,” said Terri.
Kedua kembar yang dari tadi ngompori adiknya langsung kecewa. Terri
mendekati Kim dia seperti membisikkan sesuatu. Kim lalu tertawa.
“Time for bed, you guys,” kata Lisa ke adik-adiknya.
“Hey, who died and made you queen?” si kembar komplain.
“Lisa’s right,” kataku. “Your mother said that you three younger girls
have to be in bed by ten, and Lisa can stay up to eleven because she’s
older.”
“Ohhh, come on, please…?” si kembar mencoba menawar.
“That’s final,” kataku dengan gaya agak diwibawakan
Mereka bertiga dengan langkah berat akhirnya jalan menuju tangga dan naik ke kamar tidurnya masing-masing.
Sepintas aku mendengar bahwa Kim dan Terri sedang membicarakan diriku,
samar-samar sepertinya dia mengatakan bahwa Terri menanyakan apakah
“barangku” mengeras. Si Kim menjawab kayaknya gitu.
Wah sialan nih anak-anak kecil, sudah berani ngomongi barang orang
dewasa. Aku berusaha memaklumi bahwa mungkin anak bule lebih cepat
mateng, dari pada anak kampung.
Lisa pamit mau ke kamar dulu, sementara aku disuruhnya menunggu. Rasa
kantukku memang hilang gara-gara sajian si Kim tadi. Malahan barangku
jadi ngaceng terus. Apalagi membayangkan bakal nonton berduaan dengan
Lisa.
Lisa turun. Dia mengenakan piyama dari bahan kaus berwarna pink. Aku
jadi terpaku memandangnya. Teteknya yang sudah agak membulat tercetak di
baju atasnya, karena kelihatannya dia tidak mengenakan apa-apa seperti
mini set atau bh. Sedang celananya yang ketat di bagian pinggulnya
demikian ketatnya sampai bentuk memeknya seperti tercetak menyembul.
Aku makin terangsang, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Lisa lalu
mengeluarkan keping DVD. “Let’s watch something different,” katanya.
“Hey,” tegurku, “you’re too young to be watching this stuff.”
“Oh, come on,” Lisa memohon, “mom never lets us watch this at night, and I won’t tell if you won’t.”
“Well, maybe it’s O.K.,” kataku memberinya kelonggaran.
Film yang diputarnya adalah film dewasa yang mempertontonkan ketelanjangan dan hubungan sex.
Ruang dalam ini memang dingin baget, karena ACnya distel terlalu dingin.
Jadi aku yang hanya mengenakan kaos oblong tipis sejak tadi sudah
berselimut, bekas yang dipakai Kim tadi. Aku duduk sendirian kedinginan
di sofaku.
Lisa rupanya kedinginan juga sehingga dia ingin ikutan berselimut. “I’m a
little chilly. Would you mind sharing that blanket with me?” katanya.
Aku dimintanya pindah ke sofa panjang dan akhirnya kami berdua berselimut satu selimut. Suasana makin menegangkan.
Adegan di TV makin seru. Tiba-tiba Lisa nyeletuk. , “I sure wish I was
that girl.” kata Lisa yang membayangkan cewek di film itu adalah dia.
Padahal cewek itu sedang dicumbu oleh aktornya.
Tanpa kusadari, mungkin karena sudah dorongan birahi aku juga ikut
nyeletuk “W-Well, m-maybe we could just play pretend, I mean like we are
the actors in the movie,” kata saya mengajaknya kita berpura-pura saja
mengikuti pemain di film itu.
Yang lebih mengejutkan lagi Lisa langsung menimpali “I guess we could try as long as we’re just pretending.”
Di layar TV sedang berlangsung adegan si cowok menciumi telinga
ceweknya. Sementara itu Lisa duduknya sudah makin merapat, sehingga aku
langsung merangkul dan beraksi menciumi telinganya seperti di TV. Kami
berdua tidak saling berpandangan, kecuali memperhatikan adegan di layar
TV.
Adegan di layar tv meningkat, tangan si cowok menggerayangki tetek
ceweknya. Ini sebenarnya yang aku harapkan. Aku pun mulai memasukkan
tanganku ke bawah kaus atasannya dan pelan-pelan mencari gundukan
teteknya. Lisa diam saja malah makin nglendot ke aku.
Telapak tanganku menelungkup ke buah dadanya yang belum begitu besar,
tetapi cukup mantap di telapak tanganku karena volumenya segenggam
penuh. Putingnya aku pelintir-pelintir dan kayaknya belum tumbuh
membesar, masih kecil. Di usia 13 tahun Lisa sudah lumayan sekel untuk
dipeluk dan dicumbu. Tiba-tiba telepon berdering. Rupanya Ny Barnes
sedang mengontrol anaknya.
Cumbuan kami terpaksa berakhir dan Lisa mengatakan dia akan naik dan tidur.
Aku pasrah dan kembali ke pos jagaku di depan.
Selagi asyik-asyik nonton tv, telepon berdering lagi. Aku malas
ngangkat, karena anak-anak pasti yang akan mengangkatnya. Benar saja di
dalam sudah ada yang mengangkat. Aku iseng-iseng menghidupkan speaker
phone, ada suara. Ternyata teleponku induksi. Tedengar percakapan Lisa
dengan Jenny temannya. Mereka membicarakan soal cowok. Gilanya si Lisa
menceritakan cumbuan yang kami lakukan tadi. Rupanya Lisa memang sudah
mempersiapkan ingin dicumbu. Ini yang dia ungkapkan ketika mereka
ngobrol di telepon. Lisa diam-diam mengidolakan diriku
Jenny ternyata kompor juga, dia mendorong Lisa untuk melihat penisku dan
menganjurkan Lisa telanjang di depanku. Lisa mengatakan, bahwa dia
masih ragu apakah penisku boleh dipegang dan apakah juga mau melihat
Lisa telanjang. Karena Lisa dianggap olehku masih sebagai anak kecil. Si
kompor Jenny mendorong Lisa agar mencobanya.
Gila juga percakapan dua anak remaja bule ini. Jenny masih belum cukup
umur, masih sepantar dengan Lisa, ya masih sekitar 13 tahun . Mereka
satu kelas di sekolah internasional. Ini baru setengah hari mereka
ditinggal kedua orang tuanya. Padahal mereka akan ditinggal 2 minggu.
Keesokan harinya adalah hari pertama aku meladeni mereka. Pagi-pagi aku
mengantar Kim ke kelas senamnya. Ia mengenakan baju seam yang ketat.
Dalam perjalanan Kim bertanya apakah aku suka dengan dancenya tadi
malam. Kukatakan aku suka dan tidak menyangka bahwa Kim bisa menari
demikian bagus. Namun selayaknya Kim tidak membuka baju ketika menari di
depanku. Anak perempuan tidak baik bertelanjang di depan anak
laki-laki. “ Tapi saya ingin menunjukkan seluruh tubuh saya, sayang si
Lisa sudah men stop, jadi acaranya terganggu.” Kata Kim
“ Saya suka menari tanpa baju, apalagi di depan cowok, rasanya kemaluan
saya geli dan lembab. Malam itu sebenarnya untuk pertama kalinya aku mau
menari begitu.” kata Kim.
Rupanya Terri menyuruh Kim menari telanjang agar mereka bisa melihat
kontolku menegang. Patti teman sekelasnya juga menceritakan bahwa
kemaluan laki-laki bisa menegang jika terangsang melihat cewe. Terri
kata Kim sudah pernah membuktikannya. Gimana ceritanya, tanyaku.
Kim menolak menceritakan, karena katanya ini rahasia mereka berdua.
Aku membujuknya dan berjanji tidak akan bercerita kepada siapapun.
Akhirnya Kim luluh. Dia bercerita bahwa Patti pernah diminta menari
telanjang di depan abangnya dan 2 temannya yang berusia 12 tahun. Ketika
cowok-cowok itu membuka celananya sehingga burungnya kelihatan. Petti
diberi uang 50 ribu lalu diminta menari telanjang di depan mereka.
Ketika Patti menari, ketiga cowok itu burungnya langsung berdiri. Mereka
lalu mengocoknya sambil melihat Patti menari.
Kim lalu menanyaku, apakah aku juga ingin melihatnya telanjang dan
melakukan sesuatu di penisku. Aku langsung menjawab, “I don’t think it’s
such a good idea, Kim.” Padahal di dalam hatiku sebenarnya berkata
sebaliknya, dan tentu ingin sekali melihat Kim telanjang.
“You don’t have to give me five O Rups ,” kata Kim , “I like to be
naked, and especially if you’re watching. I want to see your thing too,
when you rub it. I’ll show you how I rub mine. Please?” kata Kim.
Gila ini anak umur 9 tahun lho sudah punya keinginan melihat kontol
dewasa dan orang memainkan kontolnya. Dia juga ingin memperlihatkan
bagaimana dia merabai memeknya. Wah dasar bule cepet mateng.
Sesampainya di sekolah, Patti menjemput Kim aku lalu diperkenalkan ke
Patti. Anak nya seumuran dengan Kim dan tingginya sama. Bedanya dia
rambutnya lebih pirang. Patti menyalamiku dan mengatakan, biasanya mama
si Kim memberi tumpangan pulang, karena mamanya tidak bisa menjemput.
Aku menjawab, tidak masalah.
Aku kembali pulang.Di rumah aku menemukan catatan dari Lisa bahwa dia
naik sepeda ke rumah Jenny. Kepalaku langsung berdenting, apalagi yang
akan mereka bicarakan.
Si kembar sedang main pingpong di lantai basement. Aku meneruskan pekerjaanku membersihkan kolam renang dari daun-daun.
Tidak lama kemudian si kembar Sue dan Terri muncul dengan baju renang
bikini. Aku terbiasa melihat mereka begini, tetapi kali ini rasanya agak
lain. Mungkin karena tidak ada orang tuanya. Tetek keduanya masih
sebesar apel manalagi, tapi bongkahannya terlihat karena bhnya kecil
bener, hanya menutupi bagian putingnya saja.
Mereka nyebur dan berenang sebentar lalu mentas dan mondar-mandir di
depanku. Aku jadi bisa melihat benda yang berada dibalik bikini basah
itu. Ini membuatku jadi tambah ngaceng.
Untuk menyembunyikan perasaan penisku aku terpaksa ikut nyebur. Aku ikut berenang bersama mereka.
Kedua kembar ini nakal, mereka bergelayutan ke badanku sehinga aku tidak
bisa meneruskan berenang. Kedua teteknya sengaja banget di
dempet-dempetkan ke badanku. Malahan memeknya di dekapkannya ke badanku
dengan melingkarkan kedua kakinya ke badanku. Yang parah Terri
merangkulkan kedua kakinya ke leherku, sehingga memeknya tepat berada
didepan mlutku. Dia sengaja banget menempelkan memeknya ke mulutku
sampai tidak ada jarak. Mulutku ketekan oleh gundukan memeknya. Aku
dapat merasakan cembungan memeknya di mulutku. Merasa diberi angin maka
lidahku langsung menjilati belahan memeknya yang tercetak di celana
bikininya. Kepalaku dipegang oleh kedua tangannya dan menarik kepalaku
agar lebih keras menekan memeknya. Tiba tiba tangannya menguakkan celah
bikininya dan tarpampanglah belahan memek gundulnya . Lidahku langsung
menyerobot masuk ke belahan memeknya. Terri kelihatan sangat menikmati
jilatanku karena dia sampai mendesis-desis.
Sementara itu Sue mulai memegangi kontolku yang ngaceng. Tangannya nakal
mulai menelusup ke dalam celanaku dan langsung memegang penisku yang
sudah mengeras. Sue menyelam dan menarik celanaku ke bawah. Penisku
langsung dikulumnya di bawah air.
Aku seperti diperkosa oleh dua gadis cilik ini. Kedua tanganku
berpegangan ke sudut kolam renang. Sementara Terri terus-terusan minta
dioral, si Sue mengangkat bagian bawahku keatas sehingga penisku
mendekati permukaan air. Sue sambil berdiri di air memegangi badanku dan
mulutnya melanjutkan menghisap penisku. Dia tidak perlu menyelam lagi
karena dengan posisi begini aku jadi seperti mengambang dan Sue dapat
bernafas sambil mengulum penisku.
Sue lalu menodorong badanku turun kembali ke dalam air. Aku tidak bisa
melihat apa yang akan dilakukan, tetapi hanya bisa merasakan bahwa
penisku seperti di gesek-gesekkan ke belahan memeknya di dalam air. Sue
berusaha memasukkan penisku ke dalam lubang vaginanya tetapi selalu
tidak berhasil karena terasa agak seret.
Sue lalu memberitahukan ke Terri yang sedang asih aku jilati, bahwa
susah memasukkannya. Aku diam saja. Sue meminta Terri mencobanya. Mereka
lalu bergantian posisi, Sue mengangkangiku dan menyibakkan celana
renangnya sehingga aku bisa menjilati belahan memeknya . aku mencari
kelentitnya. Sue langsung menggelinjang ketika clitorisnya terkena
lidahku. Sementara itu Terri mulai berusaha memasukkan penisku ke
memeknya. Tentu juga sudah seperti Sue tadi. Berkali-kali dia rapatkan
penisku ke lubang memeknya tetapi tetap tidak berhasil. Terri
membenarkan penisku susah masuk. Mereka lalu membisikiku agar aku nyusul
ke kamar mereka.
Mereka berdua mentas lalu berlari-lari masuk rumah. Kolam renang ini
agak tertutup dari pandangan tempat para pembantu lain beraktifitas.
Keberadaanku di kolam renang juga sudah biasa karena memang tiap hari
aku membersihkan kolam renang. Jadi Mbak Sri dan Mbak Yanti tidak curiga
dan mungkin juga tidak mengetahui aktifitas ku yang barusan tadi.
Aku mentas dan segera ganti baju.
Pikiranku berperang antara ingin melanjutkan permainan atau
menghentikannya. Tapi karena otakku sudah tercemar oleh nafsu, akhirnya
kuturuti kemauan mereka. Aku nyusul mereka masuk ke dalam kamarnya.
Sue mendorongku berbaring Terri langsung menarik celanaku sehingga
penisku yang sudah mengeras langsung melenting. Tanpa menunggu lama,
Terri langsung membuka celananya dan mendudukiku sambil memegang penisku
dan berusaha memasukkan ke lubang vaginanya. Di cobanya berkali-kali,
tetap saja penisku susah memasuki lubangnya. Dia baru berhasil
memasukkan kepala penisku saja. Sementara itu Sue yang sudah
bertelanjang penuh menduduki mulutku. Aku mengerti bahwa dia minta
dioral. Sue duduk menghadap ke Terri yang sedang berusaha memperkosaku.
Dia mengatur posisi agak nungging sehingga aku masih punya ruang untuk
bernafas, meskipun di depan hidungku tepat adalah lubang anusnya.
Terri berkali-kali memaksakan masuk, tetapi dia merasa kesakitan.
Gerakan penisku di lubang vaginanya agak licin. Rasanya Sue melumuri
penisku dengan ludahnya. Entah apa yang mendorong Terri, tetapi dia
tiba-tiba menekankan badannya sekeras mungkin sehingga penisku melesat
masuk ke dalam memeknya
Terri menjerit kesakitan, tetapi dia tidak segera melepaskan batang
penisku yang sekarang tenggelam di memeknya. Kemudian dia mencoba
menarik sedikit, tetapi mungkin dia merasa sakit, lalu dia benamkan
lagi.
Aku tidak tahu apa yang dirasakan Terri, tetapi dia melakukan gerakan
ayunan pelan-pelan. Aku merasa penisku sangat ketat terjepit. Tiba-tiba
aku tidak mampu menahan ejakulasiku dan menyemburlah lahar panas di
dalam memek Terri. Terri terkejut karena disemprot oleh cairan panas di
dalam memeknya. Dia tidak tahu bahwa aku sudah ejakulasi. Dia tetap
melakukan gerakan sampai akhirnya penisku lepas karena sudah makin
mengecil dan makin loyo.
Dia lalu terheran kenapa penisku jadi mengecil. Sementara itu memeknya
kebanjiran spermaku. Terri bertanya apakah aku telah ejakulasi. Aku
tidak bisa menjawab kecuali jempolku yang menjawab. Mulutku masih
tertutup oleh memek si Sue, bagaimana bisa menjawab. Sue lalu berseru
lirih bahwa ada darah di penisku. Terri lalu mengatakan bahwa mungkin
itu darah keperawanannya. Sue penasaran, menanyakan apakah enak atau
sakit. Terri mengatakan, mulanya sakit, tapi lama-lama agak enak juga.
“Memek kita rasanya penuh dan mengganjal,” katanya.
Sue penasaran ingin juga merasakan, maka dia lalu bangkit dan memintaku
untuk segera menegangkan penisku. Aku bilang tidak bisa semudah itu,
perlu waktu. Sue lalu menggenggam penisku dan dikocok-kocok. Tanganku
meremas susu Sue rasanya sangat mengkal dan kenyal. Tetek Sue maupun
Terri sudah lumayan berkembang, namun belum maksimal. Oleh karena itu
mereka berdua kelihatannya belum memakai BH, tetapi hanya menggunakan
miniset. Jika dirumah mereka jarang menggunakan mini set, sehingga
puting susunya sering kali terlihat menonjol.
Akibat rangsangan yang dilakukan Sue dan aku meremas susunya,
perlahan-lahan penisku mulai bangun lagi.. Sue kelihatan senang karena
usahanya mulai berhasil. Aku juga berpindah dari meremas susunya beralih
memainkan vagina Sue. Vaginanya masih sedikit ditumbuhi bulu. Jariku
mencari kelentitnya dan begitu kelentitnya kumainkan dengan
menggosok-gosok jariku, Sue menggelinjang-gelinjang.
Dengan inisiatifnya sendiri dia mulai mengulum penisku. Mungkin dia
tidak punya pengalaman, tetapi aku heran mengapa dia mengetahui soal
aksi mengulum penis. Aku tanyakan darimana dia tahu cara mengulum penis
untuk membangunkan gairah laki-laki. Menurut Terri mereka berdua sering
ngobrol dengan temannya soal “senjata” cowok. Jadi mereka kemudian
mengetahui setelah salah seorang temannya pernah melihat film blue.
Sue yang penasaran ingin merasakan memeknya dimasuki penis segera
menarikku untuk menindihnya. Kakinya sudah dia kangkangkan lebar-lebar.
Malah lututnya dia lipat sehingga aku bisa melihat celah vaginanya yang
berwarna merah muda merekah. Gairahku pun sudah meninggi. Aku melumuri
kepala penisku dengan ludah agar lebih mudah masuk ke memeknya. Dengan
bantuan tuntunan tangan Sue yang menepatkan di gerbang vaginanya. Aku
tidak terlalu repot, hanya tinggal mendorong perlahan-lahan. Kepala
penisku masuk sedikit demi sedikit. Sue mengatakan memeknya perih,
sehingga dia menarik pinggulnya mengakibatkan penisku terlepas lagi.
Sue bertanya ke Terri, seberapa sakit, penis kalau masuk ke memek. Kata
Terri hanya sakit sebentar. Tia malah menyarankan agar Sue melemaskan
otot-otot di kemaluannya agar, tidak terasa lebih sakit.
Sue kembali membimbing penisku memasuki vaginanya. Aku segera menekan
sampai akhirnya mentok setengah jalan tertahan selaput daranya. Sue
meringis kesakitan. Dia mengeluh rasanya perih. Aku menahan gerakanku
dan menahan posisi agar penisku tidak sampai keluar lagi. Sambil
mendorong aku mengejan, sehingga penisku jadi makin keras. Akibatnya
penisku menembus vaginanya dan Sue berteriak kesakitan.
Mungkin saja rasa sakit yang dirasakan anak umur 11 tahun ini lebih
tinggi dari pada cewek dewasa yang diperawani. Selain lubang vagina
mereka masih belum berkembang sempurna, selaput dara yang dimilikinya
juga masih cukup kuat. Mungkin kalau sudah dewasa selaput dara itu agak
getas sehingga mudah diretas.
Aku perlahan-lahan mendorong terus penisku makin dalam ke memek Sue. Sue
terus merintih kesakitan sambil sekali-kali menarik pinggulnya. Namun
aku terus menekan, sehingga batang penisku tidak terlepas. Seluruh
penisku akhirnya terbenam ke dalam memek Sue. Sue meneteskan air mata.
Aku tidak tahu air mata itu sebagai wujud rasa sakit, atau perasaan yang
lain.
Pelan-pelan aku mulai memompa. Mulanya memang agak seret, tetapi
lama-lama akhirnya agak licin juga. Sue mulai merasa tidak terlalu perih
lagi. Dia malah sesekali menanggapi gerakanku dengan
mengangkat-ngangkat pinggulnya seolah-olah mengharapkan penisku untuk
masuk lebih dalam lagi. Gerakan Sue itu membuatku jadi lebih
bersemangat. Aku mulai memompa penisku dengan gerakan normal. Sue
kelihatannya sudah mulai bisa menikmati penisku di dalam memeknya. Dia
mendesis-desis dan mengatakan bahwa lama-lama rasanya enak juga. Memek
Sue makin banjir sehingga gerakan penisku di dalam vaginanya makin
lancar. Mungkin saja Sue sudah melupakan rasa sakitnya karena kedua
kakinya malah merangkul badanku dan setiap kali aku melakukan gerakan
menekan, kakinya merangkulku kuat. Ini seoalah-olah Sue minta penisku
dihunjam sedalam-dalamnya ke memeknya.
Permainan di ronde kedua ini membuatku agak imum. Penisku bisa lebih
lama bertahan untuk tidak segera ejakulasi. Aku lalu menukar posisi agar
Sue berada di atasku. Sue mengerti kemauanku. Kami berguling sambil
menjaga agar penisku tidak terlepas dari nonoknya. Sue bersimpuh diatas
badanku dan melakukan gerakan maju mundur. Penisku terasa seperti
diperas-peras oleh memeknya yang super ketat. Aku merasa seolah-olah
batang penisku seperti dicabut-cabut oleh cengkeraman memek sue yang
mencengkeram. Memek Sue megang banget rasanya. Mungkin dia menemukan
posisi nikmatnya sehingga dia melololong-lolong sambil melakukan
gerakannya. Tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia berasa ingin pipis. Aku
tahu bahwa dia akan mencapai orgasmenya. Kusarankan dia melepaskan saja
sesak pipisnya diatasku. Tiba –tiba dia memekik dan terasa memeknya
berkedut-kedut. Sue ambruk dipelukanku dan aku merasa penisku
dijepit-jepit oleh gerakan orgasme di vaginanya.
Setelah orgasme tuntas badannya kubalikkan dan penisku copot akibat
gerakan itu. Aku mencoba memasukkan penisku kembali. Kali ini lebih
mudah dan penisku perlahan-lahan kembali terbenam di dalam nonok Sue.
Aku langsung memompanya dengan gerakan hati-hati, karena kata Sue
memeknya masih agak sakit. Aku terus memompa sampai akhirnya mencapai
ejakulasi.
Setelah semua spermaku keluar pikiranku jadi siuman lagi. Aku teringat
untuk menjemput Kim di kelas senamnya. Aku segera bangkit dan
membersihkan diri. Kepada Sue dan Terri yang sedang tergolek bugil
kukatakan bahwa aku akan menjemput Kim.
Di perjalanan aku tertawa geli sendiri dan rasanya ingin bercerita
kepada orang-orang bahwa aku baru saja memperawani 2 cewek bule yang
masih baru tumbuh. Aku menyetubuhi mereka karena mereka sendiri yang
meminta secara paksa. Jadi bukan aku yang memperdayai mereka. Ini adalah
suatu prestasi membanggakan yang rasanya ingin kuceritakan kepada
orang. Tapi kepada siapa aku curhat mengenai hal ini, rasanya tidak ada
orang yang cocok bisa mendengar ceritaku.
Aku tiba di tempat senam Kim. Mereka baru saja bubar. Kim dan Patti
segera menghampiri mobil yang kuparkir agak jauh, karena tempat parkir
penuh. Seperti kata Patti tadi, dia minta numpang pulang ke rumahnya.
Aku katakan tidak masalah.
Patti memandu jalan arah ke rumahnya. Kim bercerita bahwa Patti baru
memiliki kamera video hadiah dari ayahnya. Kim ingin bisa mengambil
gambar video. Oleh karena itu Kim meminta izinku untuk menginap semalam
di rumah Patti. Mereka katanya akan mengambil gambar dari burung dan
alam. Aku tidak bisa melarangnya kecuali memberi nasehat agar
berhati-hati.
Aku kembali ke rumah. Aku berpapasan di depan rumah dengan si kembar Sue
dan Teri yang keluar dengan sepedanya. Mereka melambaikan tangan sambil
mengatakan akan jalan-jalan ke rumah temannya.
Ketika aku memasuki rumah aku mendegar ada aktifitas di basment. Ada
yang bermain pingpong di sana. Ketika kuhampiri kulihat Lisa dan Jenny
sedang bermain.
Mereka berdua mengenakan baju yang sexi Lisa mengenakan tank top pink
dengan perut yang terlihat sehingga pusarnya bisa jelas terlihat.
Sementara puting susunya juga menonjol di balik kausnya. Celana putih
pendek sekali sehingga sebagian bongkahan pantatnya terlihat. Jenny tak
kalah sexynya. Dia mengenakan kaus puntung yang lengannya longgar.
Sehingga berkali-kali aku bisa melihat teteknya yang lumayan gempal
dengan puting merah jambu yang masih lancip dari sisi lubang lengannya.
Aku merasa mereka sengaja mengenakan baju sexy begini agar aku melihat
kelebihan mereka. Jenny sangat cantik. Dia mengingatkan aku akan muka
Brooke Shields ketika masih kecil dulu.
Keduanya main dengan penuh semangat sampai bermandi keringat. Lisa
menghentikan permainan dan dia mengatakan akan mandi dan menyegarkan
badannya. Sementara itu Jenny mengajakku main pingpong menggantikan
posisi Lisa. Jenny mengajakku ngobrol sambil bermain. Dia menanyakan
kesanku mengenai Lisa. Kukatakan cantik, tetapi dia masih terlalu muda
umurnya saja belum genap 13. Jenny protes bahwa Lisa sudah tumbuh
berkembang seperti cewek dewasa. Dia katanya sudah memiliki buah dada
yang cukup besar dan rambut di kemaluannya juga sudah tumbuh. Wah dasar
anak bule, pikirku, cara ngomongnya nggak pake tedeng aling-aling amat.
Aku katakan Lisa masih bisa lebih berkembang lagi sampai dia mencapai
umur 17. Jenny ngotot bahwa Lisa memiliki tubuh yang sempurna. Karena
Jenny tidak konsentrasi bermain pingpong, dia berkali-kali tidak bisa
mengembalikan bola.
Tiba-tiba Jenny mengatakan bahwa dia akan mengajakku melihat Lisa dalam
keadaan telanjang. Ah aku tentu saja tidak percaya. Jenny lalu menarik
tanganku. Dia membimbingku ke arah kamar mandi dekat kamar Lisa sambil
jalan berjingkat-jingkat. Jenny memintaku agar tidak bersuara dan
berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Jenny mengetuk pintu kamar
mandi. “Lisa, it’s just me. Open up!” kata Jenny. Lisa segera membuka
pintu kamar mandi. Dia dalam keadaan telanjang menghadap kearahku. Aku
tentu saja terkejut melihat bentuk lekuk tubuh Lisa yang sangat indah.
“I’m sorry Lisa, I was just coming out your room, and I didn’t mean to
look.” kataku sambil berharap Lisa percaya bahwa aku tidak sengaja
melihatnya
“Th-that’s OK, I know you didn’t mean to…” jawab Lisa yang kelihatannya tidak keberatan aku melihatnya dalam keadaan telanjang.
Aku tidak enak berlama-lama memandangnya lalu aku berlalu. Jenny
tersenyum penuh arti ke arahku dan aku membalas senyumnya dengan mimik
terima kasih. Drama satu babak yang mencengangkan itu membuatku makin
terangsan oleh tubuh Lisa.
Jenny tak lama kemudian pamit pulang ke rumahnya dengan sepeda.
Sementara itu aku mengajak Lisa bermain billiard. Lisa mengatakan bahwa
dia tidak bisa memegang stick secara benar. Aku mengajarinya dengan
menunjukkan cara yang benar di tangan kirinya pada ujung stick dan
mengarahkan tangan kanannya ke pangkal stick. Posisiku jadi seperti
setengah memeluk Lisa. Mulutku tepat sekali di kupingnya dan terasa bau
harum. Kubisikkan ke Lisa bahwa dia memiliki tubuh yang sempurna dan
cantik. Lisa kelihatanya senang atas pujianku. “You really think so?”
katanya.
Untuk lebih menyenangkannya kukatakan, “I didn’t know you were so grown
up.” Aku memujinya bahwa aku tidak menyangka tubuhnya sudah demikian
tumbuh dewasa.
Lisa lalu menimpali “I-I think you have a g-great body too….but….I
haven’t seen you y-yet…”. dia memujiku pula bahwa aku memiliki tubuh
yang ideal. Kami berdua jadi terpaku.
Aku lalu menyarankan agar Lisa nanti malam tidur agak lebih lambat, agar
si kembar tidur duluan. Permintaan ku ditanggapi antusias oleh Lisa.
Kukatakan aku memiliki video dengan adegan yang lebih seru dari yang
ditonton semalam. Lisa senang dan dia langsung menjawab, bahwa kita bisa
mengkuti permainan di Video itu.
Selepas itu aku diminta mbak Yanti untuk membeli sesuatu ke supermaket.
Segera aku keluarkan mobil dan menuju supermaket yang letaknya tidak
terlalu jauh.
Dalam pikiranku melayang membayangkan kejadian yang bakal terjadi nanti
malam dengan Lisa. Namun kata-kata video mengingatkan aku akan Kim yang
katanya malam ini akan merekam gambar burung-burung dan alam. Aku waktu
itu kurang menyadari bahwa mana mungkin malam-malam bisa mengambil
gambar burung. Pasti Kim dan Patti merekam gambar lain, yang kayaknya
seputar kegiatan sex. Wah aku jadi tidak sabar ingin melihat rekaman
gambar Kim juga.
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba di belokan aku hampir menabrak
sepeda. Sepintas terlihat kayak cewek bule, Dia terjatuh ke sisi pinggir
jalan yang ditumbuhi rumput. Ah ini gara-gara melamun jadi gak
konsentrasi. Kupinggirkan mobil dan aku segera menghampiri cewek yang
jatuh tadi. Lha itu rupanya Jenny, teman Lisa.. Dia meringis kesakitan
sambil memegang lututnya. Aku melihat sekeliling. Tidak ada orang.
Kompleks perumahan bule emang sepi banget dan gak ada orang lalu lalang.
Jenny kupapah ke mobil dan sandarannya kurebahkan agar dia bisa lebih
lega. AC mobil ku hidupkan dan sepedanya kumasukkan ke dalam bagasi
mobil.
Aku kembali ke mobil duduk disebelahnya. Kutanya bagian mana yang sakit,
dia mengurut-ngurut bagian lututnya sebelah kanan. Aku menawarkan diri
untuk mengurut bagian itu, sebagai tebusan rasa bersalah. Jenny
mengijinkanku. Aku mengurut pelan-pelan dan Jenny kelihatan nyengir,
kayaknya menahan sakit. Dia lalu mengatakan bahwa rasa sakitnya sekarang
agak berkurang. Jenny lantas membuka pembicaraan. Dia mengatakan bahwa
Lisa sagat naksir kepadaku, tetapi khawatir aku tidak menerimanya karena
Lisa masih 12 tahun. Tapi kata Jenny Lisa sudah tumbuh dewasa dan
tubuhnya sudah sempurna sebagai seorang gadis. Jenny lalu merendahkan
dirinya bahwa Lisa bodynya lebih bagus dari dirinya. “Oh, come on,
Jenny, I think you have a very sexy body too.” kataku memuji kecantikan
dan kemontokan bodynya
“You think so?” katanya kurang yakin.
“Oh, yeah, your legs, well, they fee–look really, uh, nice.” Pujiku
Dia senang dengan pujianku lalu mengatakan bahwa pantatnya juga sakit
ketika jatuh tadi, dia minta aku memijat agar rasa sakitnya hilang.
Sehabis bicara begitu, Jenny langsung telungkup. Aku mulai memjiat
pantanya yang kenyal dan bahenol. Aku mulai menekan kedua ibu jariku ke
pantaynya yang gemuk. Dia menggelinjang katanya sakit bercampur geli.
Aku tahu bahwa bagian itu jika dipijat akan menimbulkan rangsangan bagi
cewek. Aku meneruskan pijatan dengan gerakan rada usil menekan kedua
jariku ke belahan pantatnya terus turun ke bawah sampai hampir mendekati
kemaluannya. Dia menggelinjang.
Sambil kakinya direnggangkan. Mungkin dia tidak sadar tetapi dia
mendesis seperti cewek ketika terangsang. Aku makin sering menekan
belahan pantatnya bagian dalam . Dia memujiku bahwa tidak menyangka aku
pintar sekali memijat,sampai rasa sakitnya sekarang hilang.
Jenny lalu mengatakan ada rahasia, yang sebenarnya tidak boleh
diceritakan ke aku. Jadi penasaran aku meminta Jenny untuk menceritakan.
Jenny memintaku agar jangan sampai di membocorkan rahasia ini. Aku lalu
berjanji. Ternyata Lisa ingin merasa bersetubuh denganku.
Aku terkejut, tetapi berusaha bersikap biasa dan menanyakan, apakah itu
betul yang diinginkan Lisa atau hanya karangan Jenny. Jenny mengatakan
dia berani bersumpah.
Ada satu hal lagi yang tidak dibocorkan ke Lisa, kata Jenny.
Aku makin penasaran. “I’ll… well, I’ll show you, if you want me to. But
I’ve never done it before, so if you could, sorta, tell me if I’m doin’
it right–I’ll try it if you want. I’ll suck on your p-penis.” katanya
terus terang
“Oh, wow, Jenny! Would you really? I’d love it if you would, since Lisa’s too afraid.” kataku.
Aku lalu menyandarkan sandaran tempat dudukku dan mengunci pintu.
Untungnya kaca mobil ini cukup gelap. Kupelorotkan celana jeans ku dan
mencuatlah penisku yang sudah tegak. Jenny ku ajari memegang penisku dan
bagaimana mengulumnya agar tidak tersentuh gigi. Jenny dengan bernafsu
langsung meraih penisku dan segera mengulumnya . kepalanya kuangkat dan
kuturunkan . Lama-lama Jenny melakukannya sendiri dan dia setiap kali
mengangkat kepalanya diikuti dengan isapan yang kuat sehingga rasanya
air maniku seperti dipaksa untuk keluar. Luar biasa sedapnya kuluman
Jenny. Aku merabai teteknya yang ternyata hanya dilapisi miniset.
Teteknya cukup gemuk dan sekal. Putingnya masih lancip dan mengeras aku
remas-remas teteknya.
Puas memainkan teteknya tanganku segera merogoh celananya dan jariku
langsung menemukan belahan memeknya. Celah memeknya terasa agak berair.
Jari tengahku ku korek-korekkan dan menemukan daging agak mengeras di
situ. Kuduga itu adalah clitorisnya. Aku memainkan clitorisnya. Jenny
menggelinjang-gelinjang sampai kadang-kadang dia lupa tugasnya mengulum
penisku. Aku merasa akan segera ejakulasi, aku melenguh-lenguh tapi
kubiarkan saja Jenny terus mengulum, aku meledakkan spermaku di mulut
Jenny, dia tetap mengulumku sehingga aku merasa sangat kegelian.
Spermaku tidak banyak karena sudah banyak terkuras tadi.
Jenny kelihatan puas dan dia menelan spermaku, katanya rasanya agak
asin. Aku melap sisa sperma yang menetes di pinggir mulutnya dan melap
penisku yang belepotan ludah dan sperma. Aku merapikan celanaku dan
Jenny juga demikian. Jenny mengharapkan bisa menikmati lagi seperti ini.
Aku menjanjikan minggu depan di tempat yang sama di waktu yang sama.
Jenny mengatakan dia ingin merasakan lebih yang dirasakan hari ini. Aku
mengantar Jenny sampai depan rumahnya dan menurunkan sepedanya.
Aku buru-buru ke supermaket dan segera kembali. Rupanya aku sudah
ditunggu sebab, Terri dan Sue sudah menelpon ke rumah minta dijemput.
Aku segera kabur kembali dengan mobil ke sekolah Sue dan Terri. Mereka
sudah menungguku di pintu sekolah sehingga mereka segera masuk. Sue
duduk di depan dan Terri duduk dibelakang. Mereka bercerita kepadaku
soal pengalamannya kepada temannya. Teman-teman mereka antusias
mendengar karena belum satu pun dari mereka merasakan, meskipun mereka
sangat menginginkan. Kedua anak ini tidak sadar bahwa cerita mereka itu
bisa membahayakan diriku. Aku lalu menegur mereka bahwa hal itu tidak
selayaknya diceritakan, karena sangat berbahaya jika diketahui oleh para
orang tua. Mereka merajuk sebab, mereka merasa apa yang mereka dapatkan
itu adalah prestasi yang belum pernah dilakukan oleh teman-teman
sekelas mereka.
Ah dasar anak bule, soal begituan kok sudah jadi keinginan. Padahal Sue
dan Terri kalau di Indonesia di SD mungkin mereka baru kelas 5 atau
paling tinggi kelas 6. Ah gak kebayang anak kelas 5 sudah punya
keinginan melakukan hubungan sex.
Aku mengancam mereka tidak akan menuruti kemauan mereka lagi jika tidak
bisa menjaga rahasia. Mereka akhirnya minta maaf dan berharap aku tetap
seperti semula. Mereka berjanji untuk tidak lagi mengulangi perbuatan
mereka membocorkan rahasia.
Malam itu seperti sudah direncanakan, ketika waktunya Terri dan Sue
masuk ke kamar untuk tidur. Lisa masih tetap di depan TV. Aku
mengeluarkan DVD ku, Lisa penasaran ingin melihat covernya. Aku
tunjukkan gambar cover yang memang sangat vulgar. Sebelum aku
menghidupkan film tersebut, aku harus memeriksa apakah kedua kembar itu
benar-benar sudah masuk kamar. Aku melihat ke atas tangga , terlihat
Terri seperti menungguku. Dia memanggilku keatas. Aku penasaran apa
maunya anak ini.
Dia kembali meminta maaf dan kali ini merayuku untuk membolehkan dia
memegang penisku malam ini sebelum tidur. Aku melihat ke arah TV. Lisa
sedang asyik berselimut menonton acara siaran MTV. Kuajak Terri agak ke
sudut lalu aku segera menurunkan celanaku. Dengan terburu-buru Terri
langsung menyambar penisku dan di genggamnya. Dia jongkok lalu mengulum
penisku dan menghisap-hisapnya. Penisku jadi makin mengeras. Susu Terri
segera kurogoh, terasa kenyal sekali. Lama-lama aku lelah juga berdiri
akhirnya aku berbaring di lantai dan mengajak Terri mengikutiku. Kuatur
agar aku bisa meraih memek Terri. Kupelorotkan celana dalamnya dan
segera terpampang memek gundul yang menggemuk. Aku menjadi bernafsu dan
segera dia ku telentangkan dan penisku kuhunjamkan. Terri memekik
tertahan. Penisku tengelam di memek Terri dan aku melakukan dengan
gerakan kasar agar aku segera mencapai orgasme, tetapi sebelum aku
mencapai orgasmeku Teri memelukku erat sekali dan kakinya melingkar di
tubuhku. Memeknya berdenyut-denyut. Merasakan memeknya berdenyut aku
makin terangsang sehingga aku pun kemudian mengikutinya mencapai
ejakulasiku. Aku segera menyudahi permainan itu dan membimbing Terri ke
kamar mandi, kami melakukannya dengan menjaga agar suara tidak sampai
terdengar oleh Sue maupun Lisa di bawah. Setelah membersihkan diri aku
segera turun dan Terri masuk ke kamarnya dengan wajah puas.
Lisa menanyakan mengapa aku lama sekali di atas. Kujawab bahwa aku
melihat ke kamar Terri dan Sue apakah mereka sudah benar-benar masuk ke
kamarnya. Setelah itu perutku sakit jadi aku buang air sebentar, kataku.
Lisa percaya dan dia mengajakku untuk masuk ke dalam selimut. Aku
bergabung di dalam selimut Lisa yang duduk sambil bersandar di sofa.
Lisa tidak mengenakan apa-apa, alias telanjang dibalik selimut.
Tangannya langsung meremas selangkanganku. Dia tidak sabar dan melepas
celanaku.
Penisku masih lemas, karena habis bertempur dengan Terri tadi.
Diremas-remas-remasnya penisku lalu dia minta izinku untuk mencoba
mengulum penisku. Aku memberinya ruang agar dia lebih leluasa menghisap
penisku. Penisku yang lembek dijilati dan dikulum-kulum. Sementara itu
aku merabai tetek Lisa yang sangat mengkal. Putingnya masih sebesar
kacang kedelai dan terasa mengeras. Tetek anak bule seumur Lisa ini
sangat nikmat diremas. Dagingnya masih sangat kenyal dan rasanya jika
diremas masih terasa melawan. Puas memainkan susunya tanganku merabai
memeknya yang baru berbulu jagung. Celah memeknya sudah mulai berlendir
dan licin. Terasa clitorisnya mulai mencuat. Aku memainkan clitorisnya.
Lisa menggelinjang nikmat merasakan clitorisnya kupermainkan. Aku jadi
terangsang dan perlahan-lahan penisku mulai bangun lagi.
Lisa makin bersemangat mengulum penisku. Beberapa kali dia menghisap
ujung penisku sekuat-kuatnya sehingga aku merasa seperti sumsumku
disedot keluar. Penisku sudah mengeras sempurna. Aku meminta Lisa untuk
ku oral memeknya. Dia mulanya bingung, tetapi ketika kutunjukkan apa
yang sedang terpampang di TV dia akhirnya mau mencoba. Ku jilati sekitar
bibir memeknya. Dia mulai menggelinjang-gelinjang. Lidahku kemudian
menyapu bagian atas lipatan memeknya, Lisa makin menggelinjang. Dia
mengatakan agak geli tapi nikmat. Dengan sapuan halus lidahku menyentuh
ujung clitorisnya yang sudah menonjol. Lisa berjingkat dan berteriak.
Oooohhhh …..ooohhhh that’s good. Aku tidak langsung memusatkan jilatanku
ke puncak clitorisnya jilatan kulakukan menyapu dengan gerakan
horizontal. Lisa makin merasa nikmat dengan bergerak-gerak ketika ujung
clitorisnya tersentuh lidahku. Gerakan lidahku kemudian menyapu dari
atas kebawah. Lisa makin gelisah dan melenguh berkali-kali. Tampaknya
dia sudah makin memuncak karena clitorisnya terasa sudah mengeras.
Lidahku memusatkan jilatan ke puncak clitorisnya. Lisa seperti orang
gila kesetanan merasakan clitorisnya kujilat. Dia berjingkat-jingkat gak
karuan. Tiba –tiba dia diam dan tidak berapa lama kemudian dia melenguh
panjang ooooohhhh………. My……..oooooh. Sekujur permukaan memeknya
berkedut-kedut seperti kedutan kalau aku mencapai ejakulasi. Ketika
kusentuh clitorisnya dia berjingkat kegelian. Aku tahu clitoris jika
diusap terus dia akan tidak tahan merasakan geli yang luar biasa.
Lidahku kutekankan ke clitorisnya. Dia kelihatannya setuju karena
kepalaku ditekankan sekuatnya ke memeknya.
Selesai gerakan kedutannya aku melepas mulutku dari memeknya. Dengan
tissu kuusap mulut dan hidungku yang belepotan cairan ludah bercampur
lendir memek Lisa. Memek anak ini masih enak baunya, bau khas memek anak
kecil.
Lisa merasa melayang dan mengatakan rasa yang barusan dialami luar biasa
nikmatnya. Penisku yang masih menegang aku arahkan ke belahan memek
Lisa. Posisi Lisa bersandar ke kursi dengan kakinya menjuntai ke bawah.
Kuangkat kakinya dan kulebarkan. Kepala penisku kuusap-usapkan ke
belahan memek Lisa dia merasa nikmat oleh sentuhan ujung penisku. Lisa
lantas menghiba-iba agar aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku
mengingatkan bahwa pada awalnya akan terasa perih dan ada darah sedikit,
tetapi setelah itu akan terasa lebih nikmat. Its ok katanya. Kubimbing
ujung penisku memasuki gerbang vaginanya setelah terasa tepat aku dorong
pelan-pelan, tetapi tidak berhasil. Kutarik lagi dan kulumuri ludah di
ujung penisku lalu ku dorong pelan-pelan. Lisa mengeluh memeknya seperti
dipaksa membuka lebar, rasanya perih. Aku memintanya bersabar, karena
kepala penisku sudah berhasil tenggelam sampai akhirnya tertahan oleh
selaput dara di dalam. Aku melicinkan jalan penisku dengan gerakan
memaju mundurkan sampai lancar. Pada saat yang tepat aku tekan agak
keras dan terasa krekkk, penisku menjebol selaput daranya. Lisa menjerit
lirih dan berusaha mendorong tubuhku agar aku mencabut penisku. Tapi
aku makin menekan penisku sehingga makin terhunjam ke dalam memeknya
sampai ambles sepenuhnya. Kuhentikan gerakan setelah aku berhasil
menenggelamkan seluruh penisku. Lisa mengeluh rasanya sakit sekali.
Pelan-pelan aku tarik sedikit lalu kuhunjamkan lagi. Aku terus melakukan
gerakan itu sampai terasa lancar. Lisa yang tadinya memintaku menyudahi
permainan sekarang malah berkali-kali menarik badanku agar terus
merapat dan membenamkan penisku lebih dalam.
Kelihatannya rasa sakit di liang vaginanya sudah tertutup rasa nikmat
sehingga Lisa mulai meracau. Untuk tidak terlalu bersuara aku membekap
mulutnya dengan mulutku sambil terus menggenjotnya. Cukup lama aku
menggenjot karena tadi baru keluar dengan Terri. Nikmat mulai menjalari
tubuh Lisa sehingga dia makin berkeringat dan melakukan gerakan
menyesuaikan gerakan. Tiba-tiba kedua kakinya merangkulku dan kedua
tangannya memelukku erat sekali. Lisa berhasil mencapai orgasmenya. Dia
berusaha melepas bekapan mulutku dan berteriak. Aku segera kembali
membekap mulutnya kembali untuk meredam suara teriakannya. Dia berteriak
di dalam mulutku. Aku berhenti menggenjot dan merasakan denyutan
panjang berkali-kali mencengkeram penisku. Lisa mendapat orgasmenya yang
kedua. Aku kembali menggenjotnya dan belum 5 menit dia sudah mencapai
orgasme lagi. Begitu berulang-ulang sampai dia merasakan lebih dari 4
kali orgasmenya sebelum akhirnya aku pun mencapai ejkulasi. Aku bermain
dengan Lisa cukup lama mungkin lebih dari setengah jam, sampai badanku
penuh dengan keringat.
Lisa memuji permainanku dan dia mengatakan tidak menyesal sama sekali
virginnya kurengut, karena merasa nikmat yang luar biasa. Dia merasa
badannya lelah sekali dan sangat mengantuk. Kubersihkan seluruh
permukaan vaginanya yang penuh dengan lelehan spermaku dan lendirnya dan
akupun membersihkan seluruh permukaan penisku. Kami kembali berpakaian
dan acara tv sudah tidak menjadi perhatian kami lagi. Lisa berpamitan
ingin segera tidur. Aku membereskan ruang TV dan mencari sekiranya ada
maniku yang tercecer. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal aku
kembali ke pos Satpam, bukan untuk berjaga, tetapi tidur, karena hari
ini kerja ku sangat melelahkan
Keesok harinya aku menemui mereka berempat sedang makan roti di sarapan
paginya. Lisa kemudian pamit mau bersepeda ke rumah Jenny dan si kembar
ikut-ikutan mau ker rumah temannya. Aku kembali melakukan tugas rutin
membersihkan kolam renang dan halaman. Mbak Sri memanggilku, katanya Kim
minta dijemput di rumah Patti. Aku segera berkemas dan mengeluarkan
mobil menuju rumah Patti. Sesampainya disana Kim dan Patti sudah
menungguku. Mereka berdua langsung loncat masuk kemobil.
Sesampainya dirumah Kim memberiku sekeping vcd. Aku dimintanya menonton
hasil karyanya mereka semalam. Mereka lalu pamit berenang dan aku
membukanya melalui laptop di basement. Mula-mula muncul teks nama
mereka, Kim sebagai pemain dan Patti sebagai sutradara. Alunan musik
terdengar dan muncullah Kim menari-nari. Dia melakukan tarian erotis dan
mulai melepasi bajunya. Mula-mula dia menurunkan celana luarnya, lalu
melepas bajunya bagian atas. Terlihat tetek mungil yang hanya menonjol
di sekitar putingnya. Kim terus beraksi dan dia melepas celana dalamnya.
Kim akhirnya tampil telanjang. Memeknya masih gundul dan seperti
menggembung di sekitar belahannya. Tiba tiba di gambar muncul Patti yang
masih berpakaian lengkap. Dia pun mengikuti jejak Kim membuka bajunya
satu persatu. Kelihatan bahwa tetek Patti sudah agak lebih besar sedikit
dibanding Kim, tetapi hanya menggelembung sedikit di seputar pentilnya.
Sedangkan Kim baru bagian pentilnya yang menonjol. Kedua mereka
memeknya masih gundul.
Kim lalu melakukan gerakan sambil tiduran, kedua kakinya dilebarkan dan
kakinya ditekuk keatas. Lubang memeknya kelihatan merekah berwarna merah
muda. Disebelahnya Patti mengikuti pose Kim. Kedua memek mereka
terekspos jelas sekali gundul merekah berwarna merah muda.
Tiba-tiba kedua mereka muncul dengan bikini renangnya yang basah. Kim
bertanya bagaimana videonya. Aku memuji cukup bagus. Kim lalu bertanya
apakah setelah melihat video itu penisku mengeras. Aku membenarkan. Kim
penasaran ingin melihat penisku yang mengeras. Aku lalu memelorotkan
celana luar dan celana dalamku. Mereka terpekik dan memohon diijinkan
untuk menyentuh penisku. Mereka lalu memegang burungku, Dua tangan
mungil meremas-remas penisku yang sudah sangat mengeras. Aku komplain
tidak fair karena mereka harusnya juga telanjang. Keduanya dengan
cekatan lalu membukai sendiri bajunya. Mereka kembali meremas-remas
burungku dengan mimik yang lucu. Aku mengajak mereka duduk di kursi
panjang. Kim disebelah kanan dan Patti di sebelah kiri. Aku lalu merabai
memek mereka dan mencari clitoris keduanya. Mereka
menggelinjang-gelinjang ketika jariku berhasil menemukan posisi
clitorisnya.
Kim bertanya, menurut pelajaran di sekolah penis ini jika dimasukkan ke
lubang vagina cewek akan menghasilkan bayi. Ku katakan itu benar, tetapi
itu terhadap cewek yang sudah mengalami haid. Mereka berdua saat itu
belum mengalami haid. Patti lalu bertanya bagaimana mungkin penis
sebesar ini bisa masuk ke dalam lubang memeknya yang rasanya kecil. Ku
katakan bahwa vagina seorang cewek itu sangat elastis dan bisa
berkembang. Vagina cewek juga dilengkapi dengan pelumas. Aku menunjukkan
kepada mereka cairan di memek mereka. Mereka memang sudah terangsang
sehingga memeknya mulai lembab. Dengan pelumas itu akan memudahkan penis
memasuki liang vagina, kataku menjelaskan.
Kim bertanya bagaimana rasanya jika penis dimasukkan ke dalam memek.
Kujelaskan rasanya akan nikmat sekali lebih nikmat dibanding dimainkan
dengan tangan. Kim dan Patti penasaran ingin merasakan memeknya dimasuki
oleh penisku. Aku yang sudah terangsang berat segera menyanggupi mereka
dengan janji akan kulakukan bergiliran. Mereka setuju dan bersepakat
agar Kim yang mendapat giliran pertama.
Aku menyiapkan tempat eksekusi dengan matras di lantai dan mencari jelly
di tempat obat-obatan. Seluruh permukaan dan lubang vagina Kim kulumuri
jelli, penisku juga. Aku mulai mengarahkan ujung penisku ke belahan
memeknya. Aku tidak langsung menghunjam tetapi menyapukan kepala penisku
ke belahan memek Kim. Kim merasakan nikmat Patti yang mengamati dengan
serius dan terus bertanya kepada Kim mengenai apa yang dia rasakan.
Sudah saatnya aku memasukkan ujung penisku ke dalam lubang memek Kim.
Lubang memeknya tampak seperti dipaksa melebar. Kim mengeluh merasa agak
sakit. Aku menjelaskan bahwa memang akan ada rasa sakit diawalnya,
tetapi seterusnya akan merasa nikmat. Kim kuminta mengendurkan
otot-ototnya. Aku terus menekan dan berkat jelli kepala penisku bisa
terus masuk sampai mentok di selaput dara Kim. Aku mengocoknya sebentar
dan menanyakan kepada Kim apakah masih terasa sakit. Dia katakan rasanya
enak. Mengambil kesempatan dari kelengahan Kim aku menekan lebih kuat
penisku ke dalam memeknya sehingga terteroboslah selaput daranya. Kim
menjerit lirih, katanya sakit sekali. Aku katakan sabar sebentar, memang
terasa agak sakit tetapi selanjutnya akan terasa nikmat. Penisku terasa
terjepit keras sekali di dalam memek kecil Kim. Aku tidak menyangka
bahwa anak umur 9 tahun memeknya sudah bisa dimasuki penisku yang
ukurannya normal 15 cm. Penisku terus kubenamkan dan Kim nyengir-nyegir
menahan sakit. Patti berkali-kali menanyakan bagaimana rasanya Kim. Kim
tidak menjawab karena dia sedang merasa kesakitan. Setelah penisku bisa
terbenam seluruhnya aku merasa sekujur penisku seperti kejepit. Agak
susah menggerakkannya. Kim masih tegang. Dia kuminta rileks, aku
kemudian mencoba menggoyang penisku naik turun. Terasa sempit sekali
vagina anak umur 9 tahun, tetapi nikmatnya luar biasa. Aku tidakmampu
bertahan lama sehingga akhirnya aku menembakkan lahar panasku di dalam
memek Kim. Memeknya mungkin terlalu kecil sehingga air maniku meleleh
keluar . Spermaku keluar bercampur darah. Ketika kucabut penisku juga
terlihat berselaput sedikit darah.
Aku lalu mencuci penisku dan Kim mengikuti mencuci memeknya. Aku masih
mempunyai tugas satu lagi yaitu memerawani Patti. Patti kuajari mengulum
penisku. Sambil dia mengulum aku merabai memeknya. Rangsanganku mulai
timbuil sehingga pelan-pelan penisku membesar. Aku kembali melumasi
memek Patti dengan jelli dan penisku juga kulmuri jelli. Aku duduk di
bangku panjang sambil bersandar. Patti kupangku menghdap kearahku.
Penisku diarahkan ke lubang memeknya. Patti kuminta mengatur sendiri
tekanan. Setelah ujung penisku masuk ke dalam rongga memek Patti. Patti
kulepas untuk menekan atau mencabut. Patti menekan sedikit lalu
mencabutnya. Dia mengatakan sakit memeknya kemasukan penisku. Aku
memintanya dia mencoba lagi dengan melonggarkan otot-otot di sekitar
vaginanya. Patti menurut. Dia mulai memasukkan kembali penisku ke lubang
memeknya. Penisku mentok di selaput daranya. Aku rasanya tidak sabar
Patti kupeluk dan bdannya kutarik kebawah sehingga penisku otomatis
menghunjam memeknya lebih jauh. Patti menjerit kesakitan, tetapi penisku
sudah masuk lebih dalam bahkan sudah tenggelam. Badan Patti kuangkat
sedikit lalu kutarik lagi. Dia meringis kesakitan, tetapi aku terus
melakukan gerakan itu. Aku berdiri sambil menggendong Patti sementara
penisku di dalam memeknya seperti menyangga berat bdannya. Patti
kurebahkan ke matras dan aku mulai menggoyang penisku maju mundur. Patti
mulai merasa berkurang sakitnya, dia merasa agak enak, dan dia mulai
mendesis merasakan nikmat di lubang vaginanya. Aku terus memompanya.
Memek Patti juga terasa demikian sempit dan mencengkeram erat seluruh
batang penisku. Sensasi memek anak 9 tahun ini luar biasa, ketat sekali
dan jika penisku kutarik keluar sepertinya bagian dalam memeknya sedikit
ikut keluar sehingga kelihatan agak monyong. Aku tidak mampu
bertahanlama karena sesasi memek sempit itu membuatku cepat mencapai
ejakulasi. Air maniku membanjiri lubang memeknya dan seperti Kim tadi
ada seikit bercampur darah.
Setelah kami usai melakukan permainan, aku menjelaskan kepada keduanya
bahwa hubungan sex pada pertama kalinya agak susah untuk membawa cewek
mencapai rasa nikmat yang sesungguhnya. Hubungan sex berkutnya akn
terasa lebih nikmat karena rasa sakit itu sudh tidak terasa lagi. Kim
dan Patti membujukku untuk mengulangi permainan itu sekali lagi.
Kukatakan, jangan sekarang. Mungkin 3 hari lagi setelah rasa sakit di
memeknya sembuh, maka rasa nikmat yang sesungguhnya baru bisa dirasakan.
Mereka menurut dan memintaku berjanji untuk melakukan dengan mereka 3
hari lagi.
Mereka kembali berpakaian dan aku tidak tahu apa yang mereka mainkan di
dalam kamar Kim. Sementara itu aku meneruskan pekerjaanku rutin.
Aku tidak menyangka akan mendapat pengalaman yang demikian luar biasa
bekerja di rumah orang bule. Bukan saja honor besar yang kudapat, tetapi
aku mendapat 5 keperawanan anak di bawah umur. Di hari-hari selanjutnya
aku diminta secara bergantian oleh Lisa,Terri, Sue dan Kim melayani
mereka. Akhirnya mereka tahu bahwa satu sama lain melakukan hubungan sex
dengan ku. Anehnya mereka tidak merasa itu sesuatu yang salah. Janny
pun akhirnya berhasil aku jebol keperawannya dirumahnya sendiri ketika
orang tuanya sedang tidak dirumah. Aku jadi punya 6 cewek yang kebutuhan
sekxnya harus aku layani. Mereka semuanya anak dibawah umur yang mateng
terlalu dini. Meskipun aku berkali-kali menyetubuhi mereka, tetapi
memeknya masih tetap terasa sempit dan sensasional